Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Putra Mahkota (2)



Putra Mahkota (2)

0  Ekspresi Mo Qian Yuan mendadak berubah. Matanya yang kabur tiba-tiba tajam ketika keheningan menyelimuti sekelilingnya dan udara pun mencekik. Ia kelihatannya berubah menjadi seekor harimau kumbang yang menunggu di dalam gelap bersiaga memburu mangsanya.    

  "Apa yang kau bicarakan?" Matanya memiliki getaran berbahaya.    

  Jun Wu Xie dengan tenang membelai bulu kucing hitam kecil, tanpa memandang ke atas, ia berkata dingin, "Beberapa orang tak menginginkan dirimu melanjutkan menjadi Putra Mahkota dan berharap kau menyingkir lebih awal. Jika kau juga berpikir hal yang sama untuk mengundurkan diri lebih awal, hantam saja kepalamu di meja batu, tak perlu membuang-buang waktu banyak orang."    

  Mulut Mo Qian Yuan sedikit berkedut. Ia selalu berpikir bahwa gadis ini sedikit kasar tetapi ia baru menyadari bahwa ia telah meremehkannya setelah terkena lidah beracunnya untuk pertama kali.     

  Gadis kecil ini, tak dapatkah ia mengatakan sesuatu dengan pantas? Apakah ia perlu mengatakannya dengan cara seperti itu?    

  "Kata-kata seperti ini tak bisa diucapkan sembarangan. Aku hanya akan menganggap tidak mendengar semua ini." Ia menggosok keningnya yang berkerut.    

  "Kata-kata tak bertanggung jawab? Yah, karena aku sudah memulainya aku mungkin sebaiknya melanjutkannya. Jika kau ingin membalaskan dendam ibumu dan keluarganya, kau harus tetap hidup dan mempertahankan posisimu sebagai putra mahkota." Ia perlahan memandang ke atas dengan mata yang dipenuhi keseriusan menatap langsung mata sang pangeran yang membuat pria ini terkejut.    

  "Apa yang kau tahu?" Matanya terlihat panik.    

  "Aku tahu bahwa kau adalah seorang pengecut yang tak berguna." Jun Wu Xie mengangkat alisnya.    

  "Kau!" Mo Qian Yuan murka, ia seharusnya tidak membela gadis ini tadi!    

  "Jika kau tak ingin, maka temukan segala cara dan jalan untuk bertahan. Jika tidak angkat tanganmu dan menyerahlah." Ia menjawab dengan cekatan.    

  Mo Qian Yuan menarik napas dalam-dalam, gadis kecil ini benar-benar tahu di mana harus menusuk di tempat yang paling sakit! Karena sang pangeran telah minum anggur sebelum ini, kepalanya terasa melayang tetapi tiba-tiba ia merasakan darah naik ke kepalanya. Ia berdiri dan melemparkan kendi anggurnya ke lantai.    

  Kendi itu pecah berserakan dan aroma kuat anggur menyerbak di sekitar situ.    

  "Kau pikir aku menginginkan hal ini? Hah? Apakah kau pikir aku meminta ini semua? Jadi apa artinya pangkat Putra Mahkota? Hah! Aku bahkan tak menginginkan apa pun! Hidupku, posisiku, semua itu bukan milikku! Bahkan ayahku sendiri menginginkan aku mati! Semua orang berpikir bahwa aku adalah seorang pangeran yang tak cakap! Siapa lagi di dunia ini yang dapat menyelamatkanku? Jadi kenapa kalau aku tidak menginginkannya? Apa yang dapat kulakukan untuk mengubahnya?"    

  Ia berteriak dengan mata merah seraya mengungkapkan semua yang telah membebaninya di dalam. Emosi yang terpendam selama bertahun-tahun ini keluar seperti mata air yang menyembur.    

  "Kau benar! Aku akan segera mati! Akan mati! Apa lagi yang dapat kulakukan dengan hal itu? Aku bisa dianggap mati! Katakan padaku, apa yang dapat kulakukan?!!!!"    

  Jun Wu Xie menatapnya dingin seraya ia meracau tak karuan.    

  "Bagaimana jika kau tak perlu mati?"    

  "Apa?" Ia menatap Wu Xie dengan mata lebar. Seolah petir tiba-tiba menyambarnya.    

  "Yah, lebih tepatnya, tak hanya kau tak akan mati sekarang, sebenarnya kau tak akan mati dalam beberapa tahun atau dekade ke depan." Ia mengoreksi perkataannya sendiri.     

  "Kau … kau … apa yang kau maksud?" Ia menelan ludah sambil bertanya gugup, tak berani mendengar hal yang paling diharapkannya.    

  Jun Wu Xie tetap cuek dan tak menjawabnya seraya ia berkata tak sabar, "Kau telah diracuni kan?"    

  "Bagaimana kau bisa tahu?" Siapa gadis kecil ini?! Ia begitu terkejut.    

  Wu Xie mengerutkan keningnya. Ia benar-benar tak pandai menjelaskan, dan mungkin juga memerlukan waktu lebih untuk membuktikannya.    

  "Kucing hitam kecil, pegangi dia." Ia berkata sambil tiba-tiba melepaskan kucing hitam kecil di tangannya.    

  Di bawah sinar rembulan yang terang, kucing hitam kecil sebesar tangannya tiba-tiba berubah - Tubuhnya menjadi lebih besar dalam sekejap dan kucing itu menjadi seekor macan kumbang menerkam Mo Qian Yuan.    

  Mo Qian Yuan yang lengah berdiri di sana sesaat sebelum ditekan ke tanah oleh seekor macan kumbang hitam yang besar. Ia begitu ketakutan ketika menatap macan kumbang di atas tubuhnya dengan mata dan mulutnya yang menganga, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.