Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Kota Hantu (3)



Kota Hantu (3)

0  Pintu masuk ke pasar bawah tanah ini berada di berada di kebuh belakang sebuah tempat yang tak mencolok.    

  Di kebun belakang ini, sebuah pintu masuk dengan sebuah tangga terlihat yang menuju ke bawah tanah. Beberapa pria yang baru saja menaiki tangga melihat Jun Wu Xie, tercengang sesaat.    

  "Anak ini benar-benar pergi ke Kota Hantu sendirian, jarang sekali." Mereka berbisik di antara mereka sendiri ketika pergi.    

  Kota Hantu adalah nama pasar bawah tanah itu.    

  Jun Wu Xie melangkah ke dalam pintu masuk yang gelap dan ia perlahan menuruni anak tangga. Ketika ia akhirnya tiba di dasar, ia disambut dengan suasana yang hidup.    

  Walaupun keadaan sepi di malam hari di Ibu Kota Kekaisaran, di sini bagaikan di dunia lain.    

  Jalan-jalan dipenuhi berbagai orang yang menjual barang mereka. Tidak ada toko di sini, hanya stan kayu temporer yang memenuhi jalanan. Stan kayu ini kira-kira setinggi setengah badan manusia dan barang-barang dipajang untuk dijual.    

  Dua orang lelaki berjaga di pintu masuk Kota Hantu. Mereka masing-masing menggunakan topeng dan hanya sepasang mata yang tajam dan dingin dapat terlihat dari celah topengnya.    

  Jun Wu Xie berjalan menghampiri mereka dan mereka bahkan tak berkedip.    

  "Miauw?" Kucing hitam kecil itu mengikutinya dari dekat sambil memperhatikan pemandangan di hadapan mereka.    

  [Nona, bagaimana kita akan menemukan teknik pengembangan yang sesuai untukmu?]    

  "Jika itu cocok untukku, ketika kita dekat dengannya Teratai Kecil akan dapat merasakannya." Jun Wu Xie berbisik. Setiap teknik pengembangan memiliki jejak roh kecil dan jika sesuai untuk mengembangkan roh kontraktualnya, akan ada getaran spiritual di antara mereka. Ini akan membantunya menemukan teknik itu di antara barang-barang yang tak terhitung jumlahnya ini di pasar yang begitu luas.    

  "Miauw."    

  [Apakah kau yakin bahwa si tukang menangis kecil yang bodoh ini akan merasakan sesuatu?]    

  Kucing hitam kecil itu menghina Teratai Kecil, kapan pun mereka bertemu, teratai kecil itu hanya bisa menangis.    

  "Kita harus melihat-lihat ke sekeliling terlebih dahulu." Jun Wu Xie masih bergantung pada harapan kecil.    

  Walaupun menelusuri begitu banyak koleksi buku di Istana Lin, Teratai Kecil tidak memiliki reaksi apa pun terhadap teknik pengembangan mana pun. Ini adalah harapan terakhirnya.    

  Kota Hantu sangat besar namun Jun Wu Xie murni berkonsentrasi pada buku-buku dan tidak tertarik pada hal lain seraya dirinya memilah melalui kerumunan dan dengan cermat memeriksa barang yang dipajang di setiap kios yang dilaluinya.     

  Hanya saja ….    

  Ketika sekelompok orang berkumpul, area sekelilingnya bercampur dengan berbagai variasi aroma, keringat, minyak wangi dan karena jumlah orang di pasar ini tidak sedikit, suhu udara pun meningkat yang membuatnya terasa panas, lembab, lengket dan bau.    

  Untuk orang lain, mereka terlalu semangat mengenai barang yang dijual di sini dan tidak menghiraukan ketidaknyamanan itu.    

  Untuk Wu Xie, bagaimana pun, kombinasi ini membuatnya gila. Ia mengerutkan keningnya dan mencoba untuk tidak bersentuhan dengan siapa pun sambil menyelipkan tubuh kecilnya di antara keramaian.    

  Tempat ini - ia tidak akan datang lagi!    

  Kucing hitam itu mengikutinya di sisinya dengan gesit dan dengan jelas dapat merasakan syaraf nonanya yang tegang.    

  Karena Nonanya memiliki penciuman tajam, tempat ini adalah neraka baginya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.