Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Halaman Istana Kerajaan (2)



Halaman Istana Kerajaan (2)

0  Wu Wang merasa semua bulu kuduknya merinding ketika tekanan yang tak terlihat ditujukan padanya dengan tatapan Lin Wang. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya ia merasa begitu terancam. Ia telah menjalani kehidupannya selama enam puluh tahun dan selama itu, nama Lin Wang yang begitu berkharisma telah bergema jauh melintasi perbatasan Negeri Qi dan ia tentu saja juga merasakan hal itu.     

  Ia tas sadar menelan ludah berusaha untuk menenangkan dirinya.    

  "Masalah mengenai Istana Lin bukan urusanmu. Jangan menyusahkan dirimu untuk mengkhawatirkannya." Melihat para menteri di sekelilingnya tertawa gugup, ia akhirnya menarik ancamannya dan ketegangan itu berakhir.    

  "Yah, aku khawatir mengenai kerajaan kita." Setelah Jun Xian menarik pandangannya yang siap menerkam, Wu Wang menyimpulkan satu hal - Jun Xian telah menjadi macan ompong. Sekarang ia sudah tua, ia telah kehilangan keberaniannya yang dahulu dan tidak berani bertindak kurang ajar.    

  "Oh, aku mendengar Nona Kecil sudah beberapa waktu tidak pernah keluar dari Istana Lin? Ia masih muda, bahkan jika dirinya dan Xuan Fei kami tidak berjodoh, ia tak perlu berduka seperti itu. Ia harus keluar dan menghirup udara segar, tidak bagus gadis muda sepertinya mengurung diri sepanjang hari di dalam rumah!" Berpikir bahwa Jun Xian bukan lagi seorang macan ganas seperti di masa lalu, Wu Wang melanjutkan mengejek Jun Wu Xie setelah membicarakan Jun Qing.     

  Jun Xian memandang tajam ke arah Wu Wang.    

  Wu Wang tersenyum dan berkata, "Bulan depan adalah ulang tahun Putra Mahkota dan Yang Mulia telah menyuruhku mengatur pesta ulang tahun. Karena Wu Xiemu sudah lama tidak keluar, ajak dia ke pesta ini untuk menghiburnya. Yang Mulia juga mengatakan ia turut menyesal atas apa yang terjadi dengan pertunangan itu dan telah mengundang Wu Xie secara khusus."    

  "Baik." Jun Xian tidak ingin menghabiskan waktunya yang berharga lebih lama lagi dengan orang-orang tua ini kemudian ia mengibaskan lengannya dan berjalan pergi.    

  Wu Wang tertawa bahagia seraya melihat Jun Xian yang mundur dan mengalah.    

  "Masih berlagak angkuh? Apakah ia masih berpikir bahwa dirinya adalah Lin Wang dari masa lalu?" Wu Wang mencibir sambil mengeluarkan senyuman khasnya yang licik dan para menteri pun ikut tertawa.    

  "Lin Wang tak dapat menerima kenyataan pahit dan kepalanya masih berada di atas awan. Si Jun Qing tak dapat hidup lebih lama lagi dan ketika ia sudah tiada, Istana Lin hanya tersisa dengan si gadis buangan. Mari kita lihat berapa lama lagi Prajurit Rui Lin dapat bertahan." Menteri lain menyeringai.    

  "Hmph, ia masih berpikir dirinya adalah Panglima Jendral Agung yang menguasai seluruh pasukan namun apa yang telah ia capai hanyalah kehilangan kedua putranya." Wu Wang dan menteri lain melanjutkan bersenda gurau.    

  Tidak ada dari antara mereka yang memperhatikan bahwa begitu Jun Xian memunggungi mereka, ada sebuah kilatan di matanya dan seraya dirinya berjalan menjauh, sikap 'mengalahnya' menghilang dan berubah, kemudian ia melangkah dengan berapi-api, tak berbeda dengan pembawaannya ketika memimpin seluruh pasukan, kembali seperti seorang pahlawan yang sama yang membawa Kerajaan Qi pada kejayaannya yang sekarang.    

  Ketika ia memasuki halaman paviliun Jun Wu Xie, ia dapat mencium aroma herbal yang dikenalnya.    

  Jun Wu Xie memegang dua kendi ramuan herbal ketika dirinya berjalan keluar dengan perlahan dari ruang farmasinya dan melihat Jun Xian.    

  "Kakek." Ia menyapanya lembut dan Jun Xian membalasnya dengan senyuman hangat dan anggukan.    

  "Kau masih berkutat dengan ini? Apakah kau tidak bosan terus berada di rumah sepanjang waktu? Bulan depan ada perayaan ulang tahun Putra Mahkota. Aku akan mengajakmu." Ia memberikan senyuman yang begitu penuh kasih sayang pada cucunya.     

  "Baik." Wu Xie tidak berpikir terlalu banyak ketika menjawabnya.    

  Jun Xian tersenyum dan menepuk pundaknya, tanpa berkata-kata lagi, ia kembali ke kamarnya.    

  Jun Wu Xie berdiri terpaku di tempat itu seraya memandang punggung kakeknya yang menjauh. Baru ketika punggungnya tak lagi terlihat, ia kemudian melanjutkan perjalanannya ke kamar Jun Qing.    

  "Miauw."    

  Kucing hitam kecil itu menggosok-gosokkan badannya ke betis Jun Wu Xie seraya berjalan.    

  [Ada yang tidak beres dengan ekspresi wajah Kakek.]    

  "Mmm." Jun Wu Xie juga merasakannya.    

  "Miauw."    

  [Apakah ini berhubungan dengan ulang tahun Putra Mahkota?]


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.