Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Perubahan (3)



Perubahan (3)

0  Long Qi berdiri terpaku sesaat sebelum akhirnya menegakkan badannya dan mengepalkan tangan kanannya di dada kirinya, membungkuk dan meninggalkan ruangan dengan tenang.    

  Jun Wu Xie memandang pintu yang ditutup dan melanjutkan kegiatannya.    

  "Dingin di luar, hangat di dalam. Jadi istilah itu merujuk pada seseorang sepertimu." Sebuah suara yang mengejek datang dari jendela.    

  Jun Wu Xie mengerutkan alisnya ketika melihat ke arah datangnya suara itu. Jun Wu Yao duduk di jendela dengan tangannya terlipat santai di dadanya. Mulutnya mengeluarkan senyuman kecil ketika melihat Wu Xie dengan ekspresi kagum.    

  Kali ini ia tak dapat mencium jejak darah dari tubuhnya.    

  "Melakukan kesalahan dan mendapatkan hukuman bukanlah hal besar. Tak sangka kau akan begitu baik untuk menyiapkan obat-obatan untuknya." Matanya yang memancarkan sedikit kesenangan perlahan memudar seraya ia menatap gadis itu.    

  Hari itu setelah Long Qi meminta maaf padanya dan meminta hukuman darinya, ia telah melupakannya. Lelaki kaku dan jujur ini menghukum dirinya sendiri dengan hukuman cambuk 150 kali di tiang sampai seluruh tubuhnya menderita luka parah, bagaimana pun ia tak berteriak sedikit pun dan terlihat normal di sisi Jun Qing keesokan harinya.    

  Tak sengaja, Jun Wu Yao mengetahui tentang hal ini namun itu tak ada urusannya dengannya terlebih lagi ia tak tertarik dan hampir melupakan hal ini jika bukan karena tindakan Wu Xie hari ini.    

  "Aku benci bau itu." Wu Xie menjawab datar.    

  Jun Wu Yao terkekeh sambil melangkah masuk ke dalam kamarnya.    

  "Wu Xie tidak adil. Ketika aku terluka, mengapa kau tidak memberikan obat padaku?" Dengan sedikit cemberut ia berjalan ke sisi gadis itu dan bersandar dengan satu tangan ke dinding di belakang Wu Xie, berdiri membelakanginya di sudut ruangan.     

  Rambut hitamnya terurai turun ke sisi wajahnya yang indah, menggelitik pipi Wu Xie.    

  Jun Wu Xie mengerutkan keningnya dan menyingkirkan rambut itu.    

  "Karena namamu." Wu Xie menatapnya sambil bergeser ke samping dan ia pun berjalan menjauh dengan tenang.    

  Jun Wu Yao, tanpa obat, tak dapat disembuhkan (TL: Ini adalah terjemahan namanya yang sebenarnya).    

  "Hahahahha! "Setelah mendengarkan penjelasannya, ia tak dapat menahan tawa kerasnya. Ia meraih pinggang Wu Xie dan menariknya ke dalam tangannya lalu memeluknya dengan erat.    

  Tubuh kecilnya begitu halus dan mengembuskan aroma herbal yang tipis, benar-benar membuat seseorang merasa tenang.    

  Ia tidak melawan, tidak berusaha melepaskan diri, hanya diam dan tetap berada di pelukannya kecuali sepasang mata jernih yang memandang Wu Yao dengan keberatan.     

  "Hari ini aku mandi dengan benar. Sini, cium aku, apakah bau yang mengganggumu masih ada?" Ia berbisik di dekat telinganya dengan suara magnetiknya yang dalam tercampur dengan kesan menggoda selagi ia mengejek gadis itu.    

  "Tidak." Jun Wu Xie merasakan sesuatu yang salah namun ia tak dapat mengatakan apa yang salah dengan kedekatan ini.    

  "Yakinlah, selama itu adalah sesuatu yang tidak kau sukai, aku tidak akan membiarkannya ada." Ketika ia memberikan janjinya pada Wu Xie, ia melingkarkan tangannya lebih erat lagi. Ia menyadari bahwa apa pun yang dilakukannya padanya, ia tak memiliki banyak reaksi. Wu Xie sepertinya tidak mengerti maksud tindakannya.    

  Serupa dengan sebuah kertas kosong, dengan ekspresi kosong.    

  Itu benar-benar membuat seseorang ingin meninggalkan sebuah tanda pada kertas itu!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.