Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamu tak Diundang (4)



Tamu tak Diundang (4)

0  Ia … ia tidak marah?    

  "Hanya begitu saja?" Jun Wu Xie melihat mereka dengan tatapan tak acuh.    

  Ketenangannya telah membuat bukan hanya Jun Qing tetapi juga Mo Xuan Fei terkejut tak dapat berkata-kata. Ini jauh dari apa yang mereka harapkan.    

  Ketika Wu Xie menginginkan sebuah pertunangan, ia berusaha dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, bahkan sampai pada tahap menggunakan posisi kakeknya dan memaksanya untuk setuju. Namun kini ketika pangeran itu telah mengumumkan pembatalan pertunangan mereka, ia bersikap seolah-olah hal itu tidak ada urusannya dengannya.    

  "Jun Wu Xie, mari kita berpisah. Biarkan Yun Xian menyembuhkanmu dan kita tak akan berhutang lagi satu sama lain sejak saat ini." Mo Xuan Fei memicingkan matanya karena ia tak dapat menebak apa yang ada di pikiran Wu Xie. Apa rencananya kali ini?    

  Jun Wu Xie melemparkan pandangannya pada Yun Xian dan ia memandang wanita itu dari kepala hingga kaki seperti sedang menilai suatu benda dan bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman yang lembut.    

  "Dunia ini adalah tempat yang luas, mengapa kau tidak pergi keluar dan melihat-lihat?" Jun Wu Xie bertanya dengan nada bermain-main.    

  "Apa maksudmu?" Mo Xuan Fei kebingungan.    

  Jun Wu Yao hanya tertawa. "Aku rasa maksudnya ini waktunya bagimu untuk pergi dari sini." matanya sedikit berkaca-kaca, berusaha keras untuk menahan tawanya sambil bermaksud 'baik' memberikan penjelasan pada mereka.    

  Wajah Mo Xuan Fei segera menjadi pucat kelabu. "Jun Wu Xie, bahkan jika kau tidak setuju dengan pembatalan pertunangan kita, kau harus melakukannya. Kaisar telah menyiapkan maklumat mengenai hal ini dan akan diumumkan di seluruh negeri besok."    

  Bai Yun Xian yang selama ini diam akhirnya berbicara dengan suara yang lembut dan halus: "Nona Jun, Guruku pernah berkata bahwa semua kehidupan akan berakhir. Ada hal-hal yang tak dapat dipaksakan. Dalam situasimu saat ini, tidak bijak untuk terus memaksakan pernikahan ini lebih jauh." Ia 'begitu baik' menawarkan nasihatnya dengan nada sombong yang tersirat.    

  Pendek kata, jangan tidak tahu malu dan terus melekat pada Mo Xuan Fei.    

  [Berani sekali dia! Nona! Wanita ini sedang mencacimu!] Kucing hitam kecil menggerutu pada pasangan yang berselingkuh ini.    

  "Aku lelah." Jun Wu Xie memperlihatkan tatapan yang begitu letih dan bahkan tak memandang pasangan itu walaupun mereka berada dalam garis pandangnya. Ia berbalik dan melihat ke arah Wu Yao.    

  Jun Wu Yao langsung berdiri, mengulurkan tangannya dan menyendok tubuh kecil Wu Xie ke dalam tangannya dan ia meninggalkan aula tanpa melihat ke belakang.    

  Wajah Mo Xuan Fei menjadi semakin buruk setiap detik berlalu. Jun Wu Xie tak pernah mengabaikannya sebelumnya, namun hari ini, ia mengabaikan kehadirannya begitu saja.    

  "Hari sudah semakin sore, para tamu, silakan pulang." Jun Qing berkata dingin. Jika bukan karena identitas mereka yang begitu istimewa, ia sudah menendang mereka keluar sejak lama!    

  Mo Xuan Fei baru saja akan mengatakan sesuatu namun Bai Yun Xian berdiri dengan sedikit rasa kecewa. Mo Xuan Fei menelan kembali apa yang akan diucapkannya dan hanya dapat mengikuti wanita itu berjalan keluar dengan diam.    

  Di aula yang sunyi, wajah Jun Qing putih seperti kertas. Sejak kapan Istana Lin mentolerir penghinaan seperti ini? Melihat perkembangan situasi saat ini, dengan ayahnya yang sudah menua dan tidak ada penerus yang sesuai untuk memimpin prajurit Rui Lin, keluarga kerajaan mulai bertindak semena-mena. Dari aksi Mo Xuan Fei hari ini, dapat dilihat bahwa keluarga Kerajaan tidak lagi menghormati Istana Lin.    

  ….    

  Sementara menggendong Wu Xie di tangannya, Wu Yao tersenyum penuh arti.    

  "Kau tidak marah?" Ia menurunkan pandangannya dan melihat wanita itu. Jelas bagaikan siang hari bahwa Pangeran Kedua sengaja membawa cinta barunya untuk berkunjung dengan maksud buruk.    

  Tetapi tidak sedikit pun kemarahan dapat terlihat.    

  Wu Xie mengangkat kepalanya. Menatap pria itu dengan sepasang matanya yang tenang bagaikan malam sunyi yang dipenuhi banyak tanda tanya.    

  Jun Wu Yao tak dapat menahan dan senyumannya semakin jelas seraya matanya membentuk bulan sabit menampakkan kilatan samar. Tak ada yang dapat memahami apa yang ada di dalam pikirannya.    

  "Wu Xie, kau benar-benar memiliki sikap yang baik."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.