Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tubuh adalah Harta Berharga (2)



Tubuh adalah Harta Berharga (2)

0  Cucu perempuannya masih begitu cuek terlepas sedang mengalami banyak kesulitan. Selain itu, ia bahkan bersikap baik dan bijaksana. Ini menyebabkan Jun Xian merasa bingung dan mau tak mau menjadi sedih.     

  Dan juga, memiliki kakek sepertinya tidak berguna, walaupun ia telah kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil, sebagai kakeknya ia tak dapat melindungi cucunya dan memberikan kehidupan yang aman baginya ….    

  "Hal ini akan kuserahkan padamu. Selama kau mau melakukannya, silakan saja. Ingatlah, selama aku di sini, tak ada seorang pun yang dapat mempermainkanmu." Jun Xian berseru dengan kilatan semangat di matanya. Perubahan Jun Wu Xie tentu saja membuat dirinya sangat bahagia.    

  "Terima kasih, Kakek." Ia pun mengangguk.    

  "Kita adalah keluarga, tak perlu menggunakan formalitas seperti itu! Selama kau bahagia, sebagai kakekmu, aku merasa tenang." Jika cucunya itu benar-benar tertarik mendalami ilmu kedokteran itu akan bagus sekali daripada membiarkan ia memikirkan pecundang Mo Xuan Fei itu.     

  "Aku akan menyuruh para pelayan untuk menyiapkan buku-buku ilmu medis dan rempah obat-obatan untukmu, jika ada sesuatu yang kurang, bilang saja pada Paman Fu."    

  Paman Fu adalah seseorang yang berkuasa di Istana Lin. Ia telah ikut dengan Jun Xian dari muda dan merupakan komandan kedua Prajurit Rui Lin sebelum menyerahkan jabatannya pada ayah Jun Wu Xie. Setelah pensiun dari ketentaraan, ia mengambil alih seluruh urusan rumah tangga di Istana Lin.    

  Bahkan sebelum waktu makan siang, Paman Fu telah mengirim para pelayan untuk membawakan buku-buku ilmu medis dan rempah obat. Kamarnya segera dipenuhi dengan buku-buku itu dan kotak besar berisi rempah-rempah. Jun Xian bahkan menginstruksikan sebuah ruangan di dekat halaman paviliun dijadikan sebuah ruang farmasi.    

  Paman Fu datang untuk memastikan semua sudah lengkap kemudian ia meninggalkan kamar Wu Xie. Ia secepatnya memandang beberapa buku di dekatnya. Setelah membaca beberapa, ia meletakkan buku itu.    

  Buku-buku yang dikirimkan padanya ini mungkin bukan buku ilmu medis yang terbaik namun masih tergolong buku yang langka, tetapi begitu sampai di tangannya, ia dapat mengingat semua dan bahkan mendeskripsikan perawatan yang lebih canggih daripada apa yang ditulis di dalam buku.    

  Ia putus asa dengan tingkat ilmu kedokteran di dunia ini setelah pengalaman pertama dirawat oleh para dokter gadungan itu, ia perlu mencari tahu apakah rempah-rempah dan metode perawatan di dunia ini berbeda dengan dunia sebelumnya. Walaupun ada kesamaan, pemahamannya untuk meramu obat-obatan dan rempah-rempah di dunia ini dan dunia sebelumnya begitu mengerikan. Dalam satu hari, ia sepenuhnya mengerti semua itu. Buku-buku itu mencatat banyak rempah-rempah dan kegunaannya di dunia ini dan dalam waktu singkat, ia telah mengingat semuanya di dalam pikirannya.    

  [Kapan kau akan memulai?] Kucing hitam kecil itu berjalan melenggang di sekitar ruang farmasi, ruangan itu dipenuhi dengan aroma rempah-rempah yang membuatnya bernostalgia. Itu tiba-tiba memberikan kilas balik nonanya yang duduk di dalam ruang serupa dikelilingi oleh berbagai rempah dan buku kedokteran seraya dirinya bereksperimen dengan berbagai resep dan perawatan selama satu dekade.     

  "Aku tidak terburu-buru." Jun Wu Xie menjawab dengan tenang seraya mengeluarkan teratai kecil. Untuk mengondisikan dan mengoptimalkan potensi Jun Xian dan Jun Qing, ia harus menguasai khasiat teratai kecil ini.    

  Teratai putih terlihat seperti sebuah mahkota perhiasan dengan setiap kelopaknya terlihat seperti sebuah kristal, tidak seperti teratai biasa yang pernah dilihatnya. Wu Xie menarik napas dalam seraya menikmati keindahan ini dengan matanya.    

  Ia mengeluarkan sebuah biji bunga teratai kecil dan menelannya dengan perlahan, cara apa yang lebih baik daripada mengujinya pada dirinya sendiri?    

  Dimulai dengan rasa nyeri ringan yang membuatnya tidak nyaman datang dari tulangnya seraya sensasi gatal mulai terasa. Ia mengecilkan matanya ketika rasa sakit itu menjadi tak tertahan dan rasa sakit itu berubah setiap menit. Dari sebuah rasa nyeri dan gatal berubah menjadi rasa sakit seperti ditusuk pisau seolah-olah seseorang sedang mengasah pisau dengan tulang-tulangnya. Ia segera dibanjiri dengan lapisan keringat sambil menggigit bibir bagian bawahnya.    

  Rasanya lebih buruk dibandingkan ditusuk dengan sebuah pisau!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.