Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Menolong Diri Sendiri (2)



Menolong Diri Sendiri (2)

0  Walaupun Wu Xie tak dapat melihat penampakan pria itu dalam kegelapan, ia dapat mengenali suara rantai logam yang berdenting dengan jelas.    

  Laki-laki ini dirantai? Di kegelapan tebing yang terasing ini?    

  Segera setelah mendengar suara laki-laki itu, kucing hitam kecil itu langsung berubah menjadi gumpalan asap dan secepatnya masuk ke dalam tubuh Wu Xie. Laki-laki ini berbahaya!    

  "Kau dirantai?" Wu Xie tidak memedulikan nada suara lelaki itu karena di dalam benaknya hanya ada satu pikiran, lelaki ini bisa menolongnya. Yang diperlukannya adalah … kebebasan gerak laki-laki itu.    

  "Ah? maksudmu benda kecil ini?" laki-laki itu menarik rantainya di dalam kegelapan, sebuah suara magnetik bergema di dalam gua gelap itu, "Memang benar."    

  "Aku akan membebaskanmu … tetapi kau harus menyelamatkanku." Wu Xie tergagap berjuang mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Ia gemetar hebat karena dingin dan rasa sakit yang dideritanya. Suhu tubuhnya terus turun hingga mencapai titik bahaya dan tubuhnya yang babak belur karena luka parah tidak akan bertahan jika ia tak secepatnya berbuat sesuatu.     

  Laki-laki di kegelapan ini tetap diam, ia sepertinya terkejut karena gadis yang tengah sekarat ini mengucapkan kata-kata seperti itu.    

  'Diam berarti setuju' Wu Xie menyimpulkan sendiri karena ia tak memiliki alternatif lain maka ia memutuskan untuk mengambil kesempatan ini.    

  Ketika ia meraba-raba di dalam kegelapan, ia bersandar pada lelaki itu dan menarik sebuah tusuk yang tipis dari rambutnya. Ia adalah seorang dokter, bukan seorang pencuri. Si bodoh itu pernah melakukan trik ini di depannya, ia tak yakin jika ia dapat melakukannya lagi sekarang.    

  Tangan kecil Wu Xie meraba-raba mencoba mencari rantai itu di dalam gelap. Dari sudut pandang seorang dokter, ia dapat 'merasakan' bahwa fisik lelaki ini luar biasa.    

  Menggunakan energi terakhirnya, Wu Xie mencoba untuk membebaskan pria ini dengan keahliannya yang minim. Ia tak pernah merasa begitu ceroboh di dalam hidupnya.    

  Dengan seluruh jerih payahnya, ia akhirnya membuka satu mata rantai! Jerih payah ini membuat napasnya semakin berat seraya mencoba tetap sadar.    

  "Sesuai keinginanmu." Pria itu akhirnya berbicara dengan senyum misterius, suara maskulinnya yang dalam bergema di seluruh gua.    

  Sebelum Wu Xie bahkan dapat bereaksi, 'klik' … 'klik' … 'klik', rentetan suara logam pecah terdengar di sekelilingnya. Lelaki itu terbebas dari ketiga belenggu rantai dan Wu Xie pun merasakan kehangatan ketika lelaki itu menariknya ke dalam dekapan tangannya dan memeluknya.    

  Ia perlahan mengangkat Wu Xie dan membawanya berjalan dengan susah payah menuju ke arah cahaya.    

  Di luar, hujan masih turun tanpa henti.    

  Walaupun cuaca mendung, itu adalah siang hari dan cahaya kecil ini cukup untuk menerangi wajah indah lelaki ini. Tulang pipinya yang tinggi, memberikan aksen sempurna pada wajahnya dengan rambut panjangnya yang selembut satin tergerai turun. Dengan air hujan yang sebening kristal menuruni lehernya, wajahnya bagaikan karya Tuhan yang paling luar biasa.    

  Lelaki ini menengadah ke langit, ketika merasakan tatapan Wu Xie, ia menundukkan kepalanya, mata ungu lembayung yang sedikit memicing, bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman.     

  Wu Xie menatap dengan cuek sepasang mata ungu itu, tanpa jejak ekspresi sedikit pun. Hujan itu membasahi pipinya yang pucat ketika ia memandang lelaki itu dengan tenang.     

  Pria itu menaikkan alisnya. Pembawaan Wu Xie yang tenang adalah reaksi yang menyejukkan.    

  Ini adalah pertama kalinya seseorang tidak berteriak panik ketika melihat matanya. "Apakah kau tidak takut?" Ia bertanya dengan suara yang dalam dan serak.    

  "Aku sekarat." Wu Xie mengingatkan fakta yang terjadi. Pandangannya yang gelap, menatap serius ke sepasang mata ungu itu, tanpa sedikit pun rasa takut, namun lebih menyerupai tatapan yang jernih, seolah kematian yang dibicarakannya tidak terjadi pada dirinya sendiri.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.