Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Racun (4)



Racun (4)

0

Untuk satu hari satu malam, Jun Qing terbaring di kasur di kasurnya dalam keadaan sekarat, semua dokter yang datang dan mengukur denyut nadinya terlihat khawatir, semua memiliki kesimpulan yang sama - Jun Qing hanya satu langkah dekatnya dengan pintu kematian.

Jun Xian kelihatan menua sepuluh tahun dalam semalam ketika ia duduk di sisi putranya dan melambaikan tangannya meminta mereka semua kembali ke istana. Ia duduk di sana begitu sedih seraya menenggelamkan wajahnya di dalam kedua tangannya.

….

"Apakah itu benar?" Kaisar yang duduk di ruang kerja mendengarkan penjelasan dokter yang melaporkan keadaan Jun Qing, wajahnya terlihat datar sambil mendengarkan dengan serius.

"Hamba tidak berani berbohong. Racun di dalam tubuh Jun Qing memang kembali aktif dan sudah menyebar ke jantung." Dokter itu melaporkan dengan jujur.

"Kasihan, segera kirim Ginseng Gunung Salju dan Jamur Lingzhi merah ke Istana Lin." Kaisar ingin berbuat baik, Ginseng Gunung Salju dan Jamur Lingzhi merah adalah tanaman langka yang digunakan untuk memperpanjang hidup dan semua orang tahu bahwa umur Jun Qing tidak panjang lagi.

"Ya, Yang Mulia."

"Batalkan." Kaisar melambaikan tangannya.

Ketika para dokter pergi, Kaisar menyandar ke kursinya sambil membaca berbagai gulungan di mejanya, sebuah senyum kecil mulai tampak.

….

Istana Lin diselimuti kesedihan karena Jun Qing terbaring di ranjangnya tak dapat bergerak, napasnya begitu lemah.

Jun Xian duduk di sampingnya dengan mata merah.

"Mengapa ini mendadak terjadi? Kau baik-baik saja selama ini, mengapa tiba-tiba racun itu beraksi lagi?" Jun Xian tidak mengerti, selama bertahun-tahun kondisinya stabil, apa yang memicu semua ini?

Pria yang berdiri di samping memandang serius seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Apakah ada orang yang mencurigakan memasuki istana belakangan ini?" Jun Xian bertanya sambil mengerutkan keningnya.

Pria ini menggelengkan kepalanya sambil menatap Jun Qing yang terbaring di atas kasur, hatinya berkecamuk di dalam. Sebelum Jun Qing pingsan, ia bilang padanya secara khusus untuk tidak mengatakan pada siapa pun bahwa Jun Wu Xie ada di sana. Tak peduli apa pun yang terjadi, ia yakin di dalam hatinya bahwa Jun Wu Xie tidak akan menyakitinya. Ia hanya menganggap hidupnya akan berakhir lebih cepat. Ia tidak ingin melibatkan keponakannya dalam skema jahat yang direncanakan orang luar untuk mengguncang Istana Lin lebih keras.

Namun kini semua dokter telah mendiagnosa bahwa ia tak memiliki banyak waktu. Apakah ia harus menyembunyikan ini selamanya? Pria ini mengalami perang batin, jika itu adalah orang lain, ia akan langsung menginterogasi mereka namun pengkhianat ini adalah Jun Wu Xie!

Jika Jun Qing benar-benar meninggal, Istana Lin tidak memiliki masa depan lagi.

"Apa … Apa yang terjadi di sini?" Sebuah suara yang kebingungan terdengar.

Pria itu dan Jun Xian keduanya berbalik bersamaan dan mereka melihat Jun Wu Xie membawa seekor kucing hitam di tangannya, dengan ekspresi penuh teka-teki di pintu masuk.

"Wu Xie …." Suara serak Jun Xian begitu penuh penderitaan.

Lelaki itu mengepalkan tangannya yang bergetar dan menelan kembali kata-kata yang ingin diucapkannya.

"Pamanmu telah diracuni." Jun Xian perlahan memberitahunya seraya memejamkan matanya dalam keputusasaan.

Diracuni? Jun Wu Xie sedikit terkejut ketika mendengar hal ini. Ia langsung beranjak ke kasur mengabaikan Jun Xian dan pria yang sedang tercengang seraya mengukur denyut nadi Jun Qing.

Denyutnya sangat lemah, hampir tak dapat dilihat. Wajah Jun Qing begitu pucat dan dibasahi keringat yang bercampur dengan cairan hitam. Semua ini memang sesuai dengan ciri-ciri orang yang terkena racun.

Jika itu orang lain, mereka akan menyimpulkan bahwa itu adalah racun yang ampuh, namun siapa Jun Wu Xie? Ia segera menemukan sesuatu yang berbeda.

Walaupun denyut Jun Qing lemah, namun juga sangat stabil.

Jun Wu Xie langsung menarik selimut dan menyingkirkan bantalnya.

"Wu Xie, apa yang kau lakukan?!"

"Paman baik-baik saja." Pikiran Jun Wu Xie hanya fokus ke perawatan dan tidak tahu bahwa tindakannya yang tiba-tiba dan perkataannya telah membuat mulut orang yang berdiri di sana ternganga.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.