Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 2 ( Sesuatu Yang Mustahil )



Chapter 2 ( Sesuatu Yang Mustahil )

0  "Kau baru saja jatuh ke danau dan hampir tenggelam," Monna melirik ke arah Asraff yang sedang menjelaskan. Laki-laki itu adalah kakak kandungnya, Asraff Grey Bourston. Laki-laki dengan mata biru yang sama sepertinya.    

  Tidak, tunggu sebentar. Mata biru??     

  Bukankah pada umumnya, warna mata orang Indonesia adalah hanya sekitaran warna coklat atau hitam saja? Jika orang itu bermata biru, itu artinya mereka adalah orang-orang wilayah barat yang sering kami sebut sebagai 'Orang Bule'. Orang-orang dari luar negeri yang notabene berasal dari benua barat, seperti Inggris, Eropa, dan semacamnya.    

  Jadi mungkinkah mereka adalah salah satu turis yang sedang berlibur? Tapi, pakaian macam apa yang mereka kenakan? Tidakkah mereka tampak seperti seorang pangeran dan ratu dalam sebuah kerajaan atau seorang bangsawan di cerita-cerita kuno?    

  Asraff yang tidak menyadari kebingungan yang tampil di wajah adiknya, terus saja berceloteh. Padahal saat itu Monna masih saja sibuk dengan pikirannya sendiri.    

  "Bukankah sudah aku peringatkan kau untuk selalu lebih berhati-hati jika berada di sekitaran danau?"    

  Monna merasa dimarahi.    

  "Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak dekat-dekat dengan air karena kau tidak bisa berenang. Tapi apa ini? Kau tidak mendengarkanku?!" protes Asraff membuat Monna tertunduk sedih.    

  "Aku minta maaf," seru Monna yang merasa normal-normal saja jika ia meminta maaf telah membuat semua orang khawatir padanya. Tapi permintaan maafnya itu membuat semua orang terkejut.    

  "Apa? Kau baru saja meminta maaf padaku?" Asraff secara mendadak merasakan perasaan ngeri yang teramat dalam, ketika mendengar ucapan yang terlalu asing baginya.    

  Ny. Shcoutz bahkan menyentuh kening Monna. Dan meminta Dr. Stand untuk memeriksa putrinya kembali.    

  "Dr. Stand, tolong periksa putriku sekali lagi," seru Ny. Shcoutz cemas karena merasa putrinya masih kurang sehat. Dr. Stand pun menurut.    

  Ia kembali memeriksakan kondisi Monna dan berujar.    

  "Putri Cattarina baik-baik saja. Dia sudah sembuh dari sakitnya. Dan kini dia dinyatakan sehat," ujar Dr. Stand begitu selesai memeriksa.    

  Keluarga Cattarina tersenyum senang dan lega mendengarnya. Sebaliknya Monna justru mendadak menggigil.    

  "Ca-Cattarina??" Monna berujar dengan syok. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan.    

  Itu benar! Aku adalah Cattarina Bourston. Putri keluarga Count Bourston, seorang bangsawan terkenal. Yang merupakan orang kepercayaan raja yang paling bisa diandalkan.    

  Oh, tidak! Demi Tuhan! Pengetahuan macam apa ini?!    

  Ia jelas-jelas adalah Monna Rataliu. Seorang pekerja administrasi biasa di sebuah kantor akuntan. Tapi apa ini? Kini ia berubah menjadi Cattarina Bourston??    

  Monna bangkit berdiri dari tempat tidurnya dengan tergesa-gesa. Tidak peduli berapa banyaknya pasang mata yang menatapnya bingung. Ia berlari ke arah meja rias dan menatap cermin.    

  Duar!!    

  Seperti tersambar petir. Monna terbelalak syok.    

  Ibu Cattarina yang melihat gelagat Cattarina yang aneh, segera menghampiri putrinya dan bertanya.    

  "Catty? Kau kenapa? Kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya Ny. Shcoutz cemas.    

  Ayah Cattarina, Tn. Shcoutz juga ikut mendekat.    

  "Catty, kau baik-baik saja?" tanyanya.    

  "Hei, bocah! Kau kenapa lagi? Ada yang rusak?" Asraff, kakak Cattarina ikut menimpali.    

  Walaupun Asraff sudah merasa aneh dengan sikap adiknya yang tidak biasa begitu ia sadar, Asraff tetap tidak tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran Cattarina. Ia berharap, kepala adiknya tidak terlalu banyak kemasukan air, sehingga itu mempengaruhi kondisi dan kinerja otaknya.    

  Monna menatap Asraff dengan tajam seolah ia bisa membaca pikiran kakaknya itu.    

  "Otakku baik-baik saja. Dan aku tidak kenapa-kenapa!!" balas Monna penuh penekanan sambil menatap Asraff dengan sengit. Monna menunjukkan pembelaannya.    

  Mungkin karena mereka berdua hanya terpaut satu tahun dan sudah sering bersama sejak kecil, Cattarina bisa tahu apa isi kepala kakaknya yang senang membully-nya.    

  Walaupun tentu saja Cattarina juga tahu bahwa semua itu dilakukan kakaknya bukan karena kakaknya itu membencinya. Tapi entah kenapa, keduanya memang sama-sama senang saling menyerang di situasi tertentu.    

  "Syukurlah jika kau baik-baik saja. Kalau begitu aku akan kembali bekerja. Dan sebaiknya kau beristirahat lagi dengan cantik, adikku yang tercinta. Jangan sampai kau mengurangi sedikit saja pesonamu karena berendam cukup lama di dalam air. Aku akan menemuimu lagi nanti malam," seru Asraff sambil berpamitan.    

  Ia menundukkan kepala kepada kedua orangtuanya dan juga Dr. Stand. kemudian berjalan keluar dan pergi.     

  Sebetulnya Monna masih ingin membalas ucapan kakaknya. Tapi perhatiannya teralihkan oleh segala ingatan yang mulai terpampang jelas dalam benaknya.    

  Ia melirik kedua orangtua yang baru dikenalnya itu dengan tidak berdaya.    

  "Bolehkah kalian meninggalkan aku sendiri? Kurasa ucapan kakak benar. Aku butuh banyak istirahat," ujar Monna memasang wajah lelah. Dan kedua orangtuanya pun setuju.    

  "Baiklah Catty, kami akan meninggalkanmu di sini. Jika kau butuh sesuatu, segera beritahu kami," seru ayah Cattarina sebelum akhirnya ia keluar bersama dengan istrinya dan juga Dr. Stand.    

  ***


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.