Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 41 ( Tidak Sebodoh yang Anda Pikirkan )



Chapter 41 ( Tidak Sebodoh yang Anda Pikirkan )

0"Saya tidak sebodoh yang Anda pikirkan, Yang Mulia. Saya banyak membaca, banyak mendengar dan juga cukup banyak melihat. Walaupun tidak sangat banyak. Hanya secukupnya. Namun sudah lebih dari cukup. Maka Anda tidak bisa berpikiran bahwa saya adalah wanita yang bodoh."     

Monna secara reflek menjadi sedikit emosi. Dimana Monna sadar bahwa Belhart sesungguhnya memang tidak pernah mengatainya bodoh secara langsung. Namun entah bagaimana tuduhan Belhart barusan seolah menyudutkannya.     

Terlepas apakah tuduhannya itu benar atau tidak.     

Karena jika berdasarkan ingatannya dimasa lalu hingga cerita novel yang Monna baca. Cattarina Bourston memang adalah pribadi yang malas dan lebih mementingkan hal asing di luar benaknya. Kinerja otaknya hanya sebatas menyulitkan orang lain, menyakiti hingga menjahati orang lain.     

Sehingga, terlepas bagaimana dulu. Otak itu hanya dia isi tentang Belhart, Belhat dan Belhart. Tetap saja otaknya memang tidak banyak bekerja dengan baik. Karena perhatiannya sudah dia curahkan sepenuhnya pada pria itu.     

Namun karena situasinya kini menjadi sedikit berbeda.     

Belhart tidak bisa seenaknya saja menyamakan otak Monna dengan otak Cattarina.     

Dimana otak Monna juga ikut masuk dalam jiwa melompong Cattarina. Sehingga kini Belhart tidak bisa sembarangan saja berpikir bahwa dirinya adalah wanita yang bodoh. Tidak pernah menggunakan otaknya. Dan tidak pernah berpikir secara jauh ke depan.     

Hingga kemudian, Belhart yang dilempari ungkapan semacam perkataan Cattarina barusan membuatnya luar biasa bingung. Karena dia sendiri sesungguhnya tidak bermaksud berpikir seperti itu.     

Sehingga kemudian Belhart mencoba untuk membela dirinya.     

"Aku tidak pernah mengatakan hal semacam itu, Catty. Tidak dan belum," ungkap Belhart jujur.     

Monna kemudian menatapnya dengan sangat tenang.     

"Baguslah jika seperti itu," ucapnya sembari mengangguk.     

Kemudian ketika dia menyadari sesuatu,Monna spontan menatap Belhart dengan cukup serius ketika nama panggilan familiar itu kembali mengusik telinganya.     

"Tunggu sebentar, Yang Mulia. Boleh saya bertanya sesuatu?" tanyanya lebih mementingkan apa yang mengganggu pikirannya.     

"Ya. Katakan,"     

"Sejak kapan Anda mulai memanggil saya dengan nama panggilan itu? Catty? Nama panggilan tersebut biasanya hanya kedua orangtua saya dan juga kakak laki-laki saya saja yang mengucapkannya. Sehingga, mungkinkah sekarang Anda mulai mengikuti gaya bicara mereka??" tanya Monna dengan penuh keraguan.     

Belhart langsung saja menjadi salah tingkah dan tidak tahu harus membalas apa, hanya untuk beberapa detik. Sekedar berdeham dan mulutnya mendadak jadi kram tanpa sebab yang jelas.     

"Aku hanya sedang mencoba mengikuti keinginanmu," jawab Belhart singkat.     

Monna langsung saja menatapnya dengan kening berkerut.     

"Apa maksudnya? Kapan aku pernah membuat keinginan semacam itu..."     

Monna langsung saja menghentikan perkataannya. Sadar bahwa Monna memang tidak pernah memintanya. Namun entah bagaimana dengan Cattarina. Wanita itu mungkin pernah mengajukannya.     

Belhart langsung saja memberikan jawabannya.     

"Ketika dulu. Saat kau masih memiliki perasaan terhadapku dan ketika kau masih menginginkan aku memperhatikanmu,"     

Ada semacam luka dan ada semacam kesakitan yang mendadak dirasakan Belhart. Tidak mengira dan menyangka bahwa kata 'dulu' akan menjadi luka baginya. Kata sederhana itu seolah mengiris-iris hatinya yang semula baik-baik saja dan seperti baja.     

Sementara Monna yang masih mencerna kalimat itu dengan baik pun hanya bisa mendengarkan dalam diam. Dimana sesuai dengan dugaannya, memang Cattarina-lah dulu yang secara pribadi menginginkan hal tersebut.     

Terlalu menggilai Belhart sehingga permintaan tidak masuk akal pun dihalalkan. Tapi ketika sebuah pikiran terbersit dalam otaknya.     

"Tapi, bukankah saat itu Anda menolak untuk melakukannya? Tidak sudi.. maksud saya, tidak bersedia dan tidak menginginkannya. Lantas kenapa saat ini tanpa diminta lagi pun Anda sudah langsung menyanggupinya?"     

Tatapan bodoh dan tidak mengerti Monna sudah terpampang jelas. Membuat Belhart ingin sekali mengatakan kalimat sesungguhnya yang sudah dia rasakan dan pikirkan selama ini.     

Namun karena perasaan gengsi dan juga takut ditertawakan. Belhart buru-buru saja mencari alasan lain yang paling masuk akal.     

"Ini karena kita sudah menjadi suami. Dan sangat wajar jika memanggil sebutan pendek atau khusus untuk pasangan masing-masing. Bukankah hal itu tidak aneh?" tanya Belhart balik.     

Monna langsung saja mengangguk setuju.     

Ya. Itu benar. Namun apakah kita ini benar adalah pasangan suami istri yang sebenarnya?     

Monna yang ingin sekali mengatakan hal tersebut pun hanya bisa bergumam pelan kalimat pertanyaan lain.     

"Ah, jadi karena alasan praktis?" gumam Monna sangat pelan. Sehingga Belhart yang sulit mendengarnya, langsung saja bertanya dengan bingung.     

"Ya?"     

Sementara Monna hanya menggeleng.     

"Em, tidak. Lupakan. Aku lupa barusan mengatakan apa. Intinya aku adalah orang yang cukup peka. Jadi desas-desus apapun yang lewat di depanku sering masuk ke telinga dan otakku,"     

Belhart kemudian menatap Catty lebih dalam sembari tersenyum mengejek.     

"Kau tidak sepeka ucapanmu, Catty. Tidak sama sekali,"     

Monna spontan saja menatap dengan tatapan kosong atau bodoh, lalu bertanya.     

"Aku? Kenapa bisa seperti itu?" tanyanya tidak mengerti.     

Belhart kemudian mengalihkan pembicaraannya.     

"Abaikan. Intinya aku cukup terkejut dengan informasi yang kau miliki. Karena sepertinya kau paham lebih banyak daripada apa yang aku bayangkan,"     

Monna hanya diam. Tidak membalas dan tidak mengatakan apapun.     

"Sehingga lebih baik kita akhiri pembicaraan ini sampai di sini. Kau beristirahatlah. Kita bicarakan hal ini kapan-kapan," ucap Belhart menyudahi pembicaraan mereka.     

Namun Monna langsung saja menghentikannya secara mendadak.     

"Anda hanya ingin mengatakan hal itu saja?" tanya Monna yang sempat cemas dan takut pria itu akan bertanya semakin jauh dan membuatnya tidak merasa tenang.     

Belhart langsung saja menatapnya kembali.     

"Ya. Memangnya apa lagi yang kau pikir ingin aku tanyakan lagi? Kau masih ingin aku bertanya banyak hal?" tanya Belhart santai.     

Membuat Monna langsung saja menggeleng dengan cepat.     

"Tidak. Nampaknya aku memang butuh istirahat. Jadi Anda boleh pergi kemana pun. Silahkan," jawab Monna.     

Belhart kemudian menaikkan sebelah alisnya. Menghentikan seluruh keinginannya untuk langsung pergi.     

"Kau mengusirku?"tanyanya.     

Monna spontan menunduk.     

"Tidak mungkin berani, Yang Mulia. Mana mungkin saya.."     

"Kau lupa dengan apa yang aku katakan padamu? Berhenti bicara formal padaku ketika kita hanya berdua. Mengikuti tata krama yang ada di dalam istana memang penting. Namun apakah perintah dariku tidak cukup penting untuk kau laksanakan?" keluh Belhart dengan cukup tajam.     

Monna segera saja membalasnya.     

"Ya, Belhart. Aku mengerti. Tapi karena belum terbiasa, aku harap kau bisa memahami ini,"     

"Namun kau justru bisa terlihat informal pada Neil. Kesatria pengawalmu sembari bercanda gurau. Kau sebut itu sebagai sebuah kebiasaan juga?" ucap dan sindir Belhart secara bersamaan.     

Monna spontan menatapnya dengan lebih serius.     

"Apa sebenarnya yang An- kau maksudkan? Aku bicara informal dengan Neil bukankah cukup wajar?" tanya Monna serius menginggat pria itulah, pria yang memang paling dekat dengannya dalam artian hanya sebagai pengawal.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.