Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 47 ( Mengundang Orang Tua Cattarina ke Istana )



Chapter 47 ( Mengundang Orang Tua Cattarina ke Istana )

0Belhart kemudian berucap dengan cukup dingin.     

"Kau menyebutkan nama pria lain pada suamimu sendiri?" tanyanya dengan pertanyaan konyol karena dia memang tidak mengetahui artinya.     

Sehingga Monna akhirnya semakin tersadar bahwa kata 'hubby' tidak pernah ada pada masa ini. peradapan terdahulu dan masih cukup kuno membuat banyak kosakata dan peribahasa baru tidak bisa banyak dicerna dengan baik oleh semua orang.     

Sementara Monna hanya bisa tercengang menatapnya.     

Pria lain? Kenapa pria lain bisa disebutkan dalam masalah ini?     

Monna sudah merasakan kepalanya ingin pecah. Memangnya di dalam dunia novel ini ada nama pria yang bernama 'hubby'? Jika ada orang tersebut pasti sangat unik. Karena nama tersebut pada zaman Monna hanya disebutkan oleh pasangan wanitanya kepada pasangan prianya. Istri kepada suaminya. Jadi pada zaman yang masih lampau ini, mereka menggunakan nama apa?     

Honey? Tidak-tidak.     

Darling? Ah, tidak-tidak.     

Sweety??     

Merasa geli dan merinding, Monna langsung saja menghentikan imajinasi liarnya dan memberikan penjelasan.     

"Hubby bukan nama orang Yang Mulia. Namun hanya nama panggilan atau sebutan seperti nama panggilan sayang? Tapi jika Yang Mulia keberatan, saya lebih baik memanggil Anda dengan sebutan 'Bel'. Karena itu sepertinya jauh lebih baik," ungkap Monna yang memutuskan untuk kembali mengikuti nalar semua orang.     

Belhart kemudian memberikan alternatif bebasnya setelah mengetahui arti nama aneh itu.     

"Jika itu artinya, semua terserah padamu. Kau boleh memanggilku dengan sebutan itu. Sedikit aneh. Namun aku tidak keberatan jika sudah mengetahui artinya,"     

Monna langsung saja mengutuknya.     

YA! Tapi aku mendadak jadi berubah pikiran karena aku mulai tidak setuju dengan ide tersebut!     

Belhart lalu menambahkan lagi.     

"Dan soal nama 'Bel'. Ayahandaku juga memanggilku dengan sebutan itu ketika kecil hingga sekarang. Aku juga tidak keberatan jika kau memanggilku seperti itu,"     

Padahal di dalam hati Belhart dia sangat senang dan ingin bersorak karena nama panggilan Cattarina terhadapnya kini menjadi lebih akrab. Dimana selama ini, memintanya menyebut nama Belhart saja sudah sangat sulit.     

Sehingga Belhart kini menyadari bahwa tidak ada ruginya, ayahnya saat ini ikut campur. Mengesampingkan urusan dan tujuan mereka diawal. Sang ayahanda justru malah membahas soal nama panggilan mereka.     

Alliesia kemudian menangkap tatapan cerah dari mata Belhart yang dia tahu saat ini sedang sangat senang. Beruntung karena Baginda Kaisar justru memancing kedekatan keduanya.     

Sang Baginda yang tidak tahu apapun hanya bisa mengangguk mengerti dan memberikan saja pilihan soal nama akrab itu pada yang bersangkutan. Tidak memaksa dan tidak membantu memilihkan. Lomus Dominic kemudian berkata dengan tenang.     

"Baiklah, Cattarina. Itu terserah padamu. Aku akan membebaskan semua pilihan padamu dan tidak akan memaksa,"     

Monna sudah langsung saja ingin mencabut satu saja kumis dan jenggot tebal Baginda yang paling dia Agungkan. Yakin sudah mendengar Kaisar itu yang memancing keadaan dan dia terpaksa harus jadi terlihat bodoh di depan semua orang.     

Hingga memaksanya harus membuat nama panggilan baru bagi suami sekaligus pembunuhnya sendiri.     

Monna akhirnya teringat sesuatu dalam memori otak Cattarina yang baru saja lewat dalam pikirannya.     

Suamiku. Hanya nama panggilan pendek dan wajar itu yang Cattarina, pada zaman dia sudah menikah dengan Belhart itu, sebutkan terhadap Belhart.     

Monna pada akhirnya harus mengelahkan napasnya diam-diam ketika kebodohan baru saja dia lakukan.     

Dasar! Otak Cattarina yang bodoh! Kenapa kau baru saja memunculkan nama itu dalam benakku? Kenapa tidak sejak tadi kau melintas dan menjawab seluruh pertanyaanku? Hubby dan suami memang memiliki pengertian yang sama namun karena terdapat sedikit perbedaan tradisi dan kebiasaan dalam pengucapan di dunia fiktif ini.     

Banyak orang tidak bisa menemukan kesamaan artinya. Sehingga terkadang Monna harus lebih banyak menghapalkan kosakata baku untuk menyesuaikan kebiasaan tata bicaranya dengan orang-orang yang ada di negeri ini.     

Dan Monna sendiri juga sempat kesal ketika Baginda Kaisar dengan entengnya mengatakan akan membebaskannya untuk memilih. Tidak akan memaksa dan menyerahkan seluruh keputusan padanya.     

Namun, siapa yang baru saja memancing di air keruh? Mengaduk-aduk isi hati Monna yang sudah kacau dan malah menjadi tambah kau karena ulah pria itu. Monna kemudian menambahkan peribahasanya.     

Buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya. Sehingga antara ayah dan anak sifat keduanya tidak memiliki perbedaan yang jauh. Sama-sama ingin menyulitkannya secara pribadi bahkan tanpa mereka sadari.     

Monna kemudian merindukan kebebasannya.     

Berharap waktu cepat berlalu dan pernikahan yang mencekik ini segera berakhir.     

Lomus Dominic sudah langsung saja menambahkan ucapannya.     

"Namun aku selalu mengharapkan hubungan yang baik antara kalian berdua karena orang tua Cattarina sudah menitipkan putrinya padaku dengan sangat bersungguh-sungguh," Lomus Dominic nampak serius menatap putranya dan memberikan peringatan yang serius padanya melalui tatapannya.     

"Sehingga besok, untuk merayakan kebersamaan kalian dan mempererat hubungan dua keluarga. Bagaimana kalau aku mengajak seluruh keluargamu ke istana? Makan bersama atau sekedar mengobrol bersama. Kau tidak keberatan bukan?" tanya Lomus Dominic sembari memperhatikan Cattarina dan Belhart secara bersamaan.     

Monna sudah langsung saja menjadi bersemangat ketika mendengar kalimat keluarganya akan diundang.     

"Benarkah itu, Yang Mulia? Anda akan mengundang mereka ke istana dan mengizinkan saya bertemu dengan mereka?"     

Sangat ceria dan bersemangat hingga membuat banyak orang ikut tersenyum dan bahagia ketika melihat Putri Mahkota mereka bersuka cita.     

"Tentu saja, Cattarina. Bagaimana mungkin aku membohongimu dan mengerjaimu? Aku adalah seorang yang bisa kau percaya. Sehingga bagaimana jika kau mengirimkan surat untuk mereka? Atau kau ingin aku yang menulis untuk mereka dan meminta seseorang untuk mengantarkannya langsung?" tanya dan tawar Lomus cukup serius.     

Monna langsung saja menggeleng dengan sopan juga hormat.     

"Tidak perlu, Yang Mulia. Saya bisa menuliskannya sendiri dan saya akan sampaikan betapa Anda mengharapkan kedatangan kedua orang tua saja juga untuk datang ke istana. Saya sekali lagi ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Anda,"     

Sembari tersenyum dengan manis dan ceria. Monna sudah langsung saja memberikan hormat lady-nya pada sang Kaisar. Mengikuti prosedur penghormatan dan ucapan terima kasih yang pernah diajarkan padanya.     

Lomus Dominic sudah akan berlalu untuk meninggalkan keduanya setelah dia melihat kondisi Cattarina ternyata sudah baik-biak saja. Dan merasa tidak perlu ada lagi yang dia khawatirkan. Lomus kemudian melirik abdi-nya untuk dia minta mengikutinya keluar.     

"Kita pergi dan lebih baik tinggalkan mereka semua saling bercerita,"     

Sang abdi kemudian memberikan hormat dan mengikuti Baginda Kaisarnya dari belakang.     

Belhart kemudian sibuk mengamati wajah Monna yang mendadak menjadi begitu ceria. Ketika Alliesia juga ikut sibuk memberikan selamat padanya.     

"Selamat, Yang Mulia. Saya sudah yakin sekali bahwa Anda pasti sangat merindukan keluarga Anda. Ini semua sungguh adalah suka cita untuk kita semua," ucap Alliesia sopan dan ikut bahagia melihat Yang Mulia Putri Mahkota senang.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.