Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 48 ( Dingin dan Menakutkan )



Chapter 48 ( Dingin dan Menakutkan )

0Monna kemudian membalasnya dengan keceriaan yang sama.     

"Sama-sama Alliesia dan terima kasih atas bantuanmu tadi. Berkatmu, Baginda Kaisar tidak terlalu mempermasalahkan keadaanku. Namun aku juga tidak enak hati padamu. Kau tidak merasa berbuat dosa dan melanggar sumpahmu pada kerajaan bukan?" ucap dan tanya Monna dengan bimbang.     

Dimana dia masih cukup cemas bila perbuatannya ini akan merugikan Alliesia.     

Sebuah suara yang sempat Monna lupakan pun langsung mengejutkannya.     

"Aku akan bertanggung jawab bila hal tersebut sampai terjadi," ungkap dan bela Belhart secara tidak terduga.     

Cattarina dan Alliesia kemudian menatapnya.     

"Jika begitu.. terima kasih, Yang Mulia." Ucapnya.     

Monna hanya bisa terdiam sejenak.     

Tidak ikutmengucapkan terima kasih namun sedikit menjaga jarak agar tatapan mereka tidka terus bertemu dan saling beradu. Monna kemudian mengungkapkan rasa lelahnya. Sedikit terhuyung dan mulai mencari sandaran untuk bisa dia berpegangan sejenak.     

Pundak Alliesia yang berada di dekatnya-lah yang pada akhirnya dia pilih.     

Memang pundak yang jauh lebih kecil dan ringkih bila dibandingkan dengan dirinya. Namun hanya pundak tersebut yang ingin Monna jadikan sandarannya.     

"Aku sepertinya cukup lelah dan sudah menguras banyak energiku hari ini. sehingga jika aku diizinkan. Bisakah saya beristirahat lebih cepat, Yang Mulia?" ucap dan tanya Monna berbohong hanya demi bisa mendapatkan ruang bebas dari Belhart yang tidak henti-hentinya terus memberikan tatapan mengurungnya.     

Alliesia kemudian menjadi orang pertama yang merespon kelelahannya tersebut.     

"Yang Mulia. Apa Anda kembali kurang sehat? Dan Anda ingin berbaring?" tanya Alliesia mulai cemas dan ingin memapah Monna untuk bisa beristirahat di tempat tidurnya.     

Keduanya kemudian melirik Belhart. Menunggu izin darinya. Dan belhart langsung saja menyangupinya.     

"Baiklah. Dan beristirahatlah jika itu bisa membuatmu lebih baik," Belhart kemudian melirik Alliesia cukup tajam.     

"Dan untukmu, tetap jaga dia dan jangan sampai pergi kemanapun. Tetap di sini dan temani Putri Mahkota,"     

Belhart kemudian melirik Neil yang sudah seperti patung.     

"Dan kau ikut kau ke ruang kerjaku," seru Belhart memberikan perintahnya.     

Keduanya pun pergi meninggalkan Monna dan Alliesia berduaan. Memberikan perintah tambahan pada seluruh pengawal yang berjaga di luar untuk memberitahukan kabar apapun padanya jika terjadi sesuatu secara langsung dan tidak menundanya.     

Monna kemudian bisa menghela napas cukup panjang dan lega ketika dia telah berhasil di tinggalkan oleh sosok yang menurutnya menyeramkan itu. sempat sangat cemas bila pria itu akan membuat segala macam cara untuk menahannya hanya berdua di dalam kamar seperti yang sebelum ini sudah dia lakukan.     

Alliesia yang bingung melihat tingkah Tuan Putrinya pun hanya bisa terus menatap Yang Mulia-nya itu dengan tatapan yang luar biasa bingung dan tidak mengerti.     

Alliesia lalu bertanya dengan cukup heran.     

"Yang Mulia, Kenapa Anda mendadak menjadi aneh setiap kali Anda bersama dengan Yang Mulia Putra Mahkota? Apa Anda tidak terlalu bersikap dingin da menjaga jarak darinya?" tanya Alliesia yang secara mendadak bisa sangat pandai dalam membacara situasi dan memahami keadaan.     

Monna lalu bertanya dengan pura-pura.     

"Aku bersikap aneh pada Putra Mahkota dan bersikap dingin padanya?" tanya Monna pura-pura tak paham.     

Alliesia sudah lagsung mengangguk dengan yakin.     

"Ya. Dan itu agaknya cukup disengaja, Yang Mulia. Sehingga tanpa mengurangi rasa hormat, apa Anda sama sekali tidak ingin mengatakan pada saya kenapa Anda sampai melakukan semua hal itu padanya?" tanya Alliesia dengan berbagai kebimbangan dan kebingungan yang menyelimutinya dalam sekejap.     

Dimana semua yang dia tanyakan dan risaukan memang tidak ada hubungannya dengan dia. Namun rasa penasaran dan perasaan tidak mengerti terus saja dia tuangkan dalam pikirannya tanpa diminta.     

"Saya hanya penasaran, Yang Mulia. Jika Anda keberatan menjawabnya, itu juga tidak masalah," ucap Alliesia menambahkan kesopanan dalam ketidak harusan Cattarina untuk menjawab pertanyaannya.     

w.e.b.n.o.v.e.l id     

Monna yang ditanya pun berusaha berpikir sejenak. Memikirkan kata dan kalimat yang tepat untuk bisa dia jadikan jawabannya. Monna pada akhirnya menjawab.     

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja," ucap Monna sekedarnya yang dia tahu bahwa hal tersebut tidak akan membuat Alliesia percaya pada kata-katanya.     

Alliesia lalu membalas dengan lemas.     

"Saya tidak mungkin salah melihat, Yang Mulia. Dimana saya yakin sekali bahwa Anda sengaja menjauhi suami Anda sendiri dan sekarang Anda juga bahkan terkadang takut padanya?" tanya Alliesia     

Dimana terlalu banyak bertanya karena penasaran, memang adalah salah satu kepribadian Alliesia yang dituliskan dalam novel. Sudah menjadi salah satu karakternya dan Monna sama sekali tidak heran.     

Monna kemudian pada akhirnya kembali menjawab dengan lemah.     

"Aku memang takut padanya. Karena beberapa alasan dan karena alasan utama. Namun bukankah kau melihat sendiri betapa menakutkannya pria itu? Selalu saja menatap orang dengan tatapannya yang bagai kutub, em.. maksudku, batu es yang berarti sangat dingin. Dan melakukan banyak tindakan sesuka hatinya tanpa bicara padaku dan juga suka sekali memaksa. Sehingga jika kau menjadi diriku, apa kau akan dengan mudah tidak takut dan risau bila berada di dekatnya,"     

Alliesia yang mendengarkannya dengan sangat baik pun terpaksa mengiyakannya juga. Dimana dia menyadari bahwa dimana banyak orang, Putra Mahkota memang adalah pribadi yang sangat dingin dan menakutkan.     

Namun apa Yang Mulia Putri Mahkota tahu bahwa pria itu sangat menderita dan perlu dikasihani karena kesulitannya dalam memahami perasaan Sang Putri Mahkota dan juga mendapatkan hatinya?     

Berulang kali menjadi tempat curhat. Dan berulang kali menjadi tempat akhirnya berkeluh kesah. Alliesia bisa melihat betapa serius perasaan Putra Mahkota terhadap istrinya.     

Sehingga terkadang membuat Alliesia mulai berandai-andai, bagaimana jadinya jika Sang Putri Mahkota mengetahui bagaimana serius dan tulusnya perasaan Putra Mahkota padanya?     

Dimana dia cukup tahu bahwa Sang Putra Mahkota yang terkenal hebat dan kuat sebenarnya adalah pria yang cukup pengecut untuk mengungkapkan perasaannya yang masih belum berbalas.     

"Saya sepertinya hanya bisa mengatakan bahwa Yang Mulia Putra Mahkota cukup kasihan, Yang Mulia." Ucap Alliesia lirih dan Monna sendiri cukup bingung pernyataannya tersebut sebenarnya ingin dia arahkan ke mana.     

Monna kemudian bertanya dengan cukup heran.     

"Kenapa kau bisa berkata seperti itu?" tanyanya kurang paham.     

"Ya. Tentu saja karena ternyata dia kurang disukai oleh istrinya sendiri,"     

Monna kemudian mengerutkan keningnya dengan sangat serius.     

"Apa?" ucapnya merespon.     

Alliesia kemudian menggeleng.     

"Bukan apa-apa dan abaikan saja apa yang ingin saya sampaikan. Karena Anda sebaikanya banyak beristirahat karena setelah ini Anda masih harus menulis surat untuk orang tua Anda dan menyiapkan seluruh keperluan untuk menyambut mereka di istana,"     

Tatapan mata ceria Monna kembali bersinar. Dan sekali lagi semua itu karena nama keluarganya disebut. Alliesia kemudian menambahkan.     

"Maka katakan apapun yang Anda butuhkan. Jika Anda membutuhkan bantuan saya, Yang Mulia." Ucap Alliesia menawarkan jasanya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.