Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 49 ( Nigtmare in The Night )



Chapter 49 ( Nigtmare in The Night )

0Monna kemudian mengangguk pelan dan tersenyum. Mengambil selimut lalu tertidur hanya dalam hitungan beberapa menit. Mungkin juga karena terlalu kelelahan.     

Alliesia lalu mengamatinya. Terus menjaganya hingga beberapa jam ke depan. Tidak beranjak dan terus menghabiskan waktunya duduk di dekat Cattarina sembari membaca buku. Alliesia tanpa diduga ikut tertidur di tempatnya.     

Memejamkan mata dalam posisinya yang masih duduk dengan nyaman di kursi santainya. Sebuah mimpi mendadak menghinggapinya.     

Mimpi yang awalanya hanya sebuah hamparan kosong dan gelap. Mendadak ada cahaya putih dan sosok dirinya yang tersenyum bahagia sembari mengenakan pakaian seorang permaisuri pun terbayangkan jelas dalam mimpinya.     

Mengenakan gaun berenda pink yang cantik dan juga manis. Wanita yang mirip dengannya itu langsung menyita perhatiannya. Tersenyum dengan sangat cerah pada seseorang pria yang wajahnya sama sekali tidak terlihat.     

Alliesia kemudian melihat bayangan atau siluet itu dengan tatapan berkerut. Bingung sekaligus tidak mengerti dengan situasi apa yang terjadi. Alliesia agaknya mulai berjalan maju ke depan untuk melihat sosok pria yang bersanding dengannya.     

Mengenakan pakaian kekaisaran dan juga lencana yang tersematkan dalam pundaknya. Alliesia seolah pernah melihat pakaian itu entah dimana. Merasa kenal dan tidak asing, namun masih belum menemukan jawabannya.     

Alliesia kemudian tanpa sadar sudah langsung bertanya di dalam alam mimpinya.     

"Siapa Anda? Dan kenapa aku bisa ada di sana bersama dengan Anda? Menggendong seorang bayi yang tidak aku ketahui bayi milik siapa itu? Mungkinkah, kau adalah calon pendamping hidupku?" tanya Alliesia sangat pelan dan terus maju ke depan untuk meraih sosok samar yang berada di samping bayangan dirinya     

Namun berapa kalipun dia maju untuk mendekatinya. Sosoknya terus menjauh seolah berada di dunia yang berbeda dan tidak bisa dia raih. Bayangan itu kemudian mendadak menghilang. Meninggalkan kegelapan kosong dan seseorang mendadak memanggil namanya hingga beberapa kali.     

"... iesia.. Alliesia... Alliesia?"     

Sapaan pelan itu langsung membangunkan Alliesia. Membuatnya tersadar bahwa dia baru saja tertidur secara tidak sengaja dan bermimpi. Alliesia kemudian menatap ke sumber suara yang berada tepat di belakangnya.     

Mengelengkan kepalanya sejenak sembari memejamkan mata dan berusaha mengembalikan kesadaran.     

Alliesia kemudian melihat sosok Belhart di hadapannya. Terkejut dan kemudian berdiri dengan cepat untuk memberikan salam.     

"Yang.."     

Belhart spontan saja menghentikannya. Menyuruhnya diam dan tidak menimbulkan suara.     

"Suitt... pelankan suaramu. Jika tidak kau akan membangunkannya,"     

Alliesia kemudian mengikuti arah pandang belhart yang sudah menatap ke arah Cattarina. Menatap dengan tatapan penuh kehangatan, Alliesia bisa melihat bahwa pria itu sangat mencintai istrinya.     

Alliesia yang paham dengan baik situasinya pun menawarkan diri untuk membiarkan keduanya hanya berdua.     

Alliesia kemudian melakukan salam hormat kekaisaran.     

���Jika Anda berkenan dan ingin menemani Tuan Putri. Saya bisa meninggalkan Anda dan pergi dari kamar ini, Yang Mulia." Ucap Alliesia dengan cukup peka dan belajar banyak hal untuk selalu bisa membaca situasi dengan baik.     

"Ya. Tinggalkan kami. Dan lanjutkan saja pekerjaanmu karena aku sudah memiliki waktu luang yang sangat banyak untuk menemaninya,"     

"Baiklah, Yang Mulia."     

Alliesia kemudian beranjak pergi. Mengambil buku yang sudah sengaja dia bwa untuk menghabiskan waktu menunggunya dengan membaca beberapa bagian. Sehingga Belhart yang berada di sekitarnya tidak sengaja melihat sampul buku tersebut.     

"Nigtmare in the night?" ucapnya sembari membaca juduk buku misteri itu.     

Alliesia kemudian melirik sampul buku yang sudah berada di tangannya.     

"Ya, Yang Mulia." Bisik Alliesia ikut memelankan suaranya ketika Belhart sengaja memelankan suaranya agar Cattarina tidak sampai terganggu dan bangun karena mendengar suara mereka.     

Belhart kemudian menatap sampul buku itu sekali lagi.     

"Cerita misteri?" tanya Belhart yang merasa aneh karena belum pernah ada seorang perempuan manapun yang menyukai cerita misteri semacam itu.     

Alliesia sudah kembali mengangguk untuk memberikan jawabannya.     

"Ya, Yang Mulia. Dan ini adalah cerita kesukaan saya,"     

Belhart kini menatapnya dengan beberapa macam ekspresi. Terkejut sekaligus tidak percaya. hingga menyangsikannya dan juga meragukannya.     

"Kau menyukai cerita misteri semacam ini?" tanyanya.     

"Ya. Karena ada banyak misteri dan ketidak masuk akalan muncul di dalam buku ini. saya bahkan sempat bermimpi aneh setelah membacanya," ungkap Alliesia yang malah jadi bercengkrama dengan Belhart karena sebuah buku yang tidak sengaja dia lihat.     

Belhart lalu bertanya dengan penasaran.     

"Mimpi semacam apa yang kau mimpikan tadi?" tanya Belhart.     

"Hanya mimpi tentang sebuah... keluarga mungkin?" ucap Alliesia cukup ragu untuk melukiskan mimpi anehnya tersebut.     

Seperti sebuah pemandangan yang akan terjadi di masa depannya dan mungkin juga hanya bunga tidur yang tidak sengaja dia mimpikan karena melihat sebuah kejadian atau membaca sebuah cerita.     

Belhart lalu bertanya lagi dengan cukup penasaran.     

"Dan, apa kau bisa mengartikan mimpi itu dengan baik?" tanya belhart sedikit memaksa. Dan Alliesia spontan saja menatapnya cukup dalam.     

"Maksudku, apa kau bisa mengartikan mimpimu itu ke dalam dunia nyata? Karena mungkin saja mimpi itu berkaitan dengan kehidupanmu yang sekarang?"     

Belhart yang mendadak teringat pada mimpi buruk Cattarina pun terus mengorek informasi apapun yang bisa dia dapatkan dari orang lain. Hingga mungkin menyambungkannya bila perlu. Dimana Belhart masih ingat dengan sangat jelas bagaimana mimpi buruk Cattarina terus membuatnya sakit kepala dan kesal.     

Alliesia kemudian menjawab dengan ringan sesuai dengan hasil pemikirannya sendiri.     

"Saya tidak pintar dalam menafsirkan sebuah mimpi, Yang Mulia. Namun jika Anda penasaran. Saya hanya bisa mengatakan bahwa mimpi saya barusan berhubungan dengan masa depan yang akan terjadi pada saya," ungkap Alliesia.     

Belhart spontan saja menatapnya dengan amat serius. Dia kemudian bertanya lagi dengan sangat penasaran.     

hanya di W.E.B.N.O.V.E.L     

"Apa sebenarnya maksudmu dengan ada hubungannya pada masa depan? Kau bisa menafsirkan kejadian yang terjadi di masa depanmu?" tanya Belhart yang baru pernah mendengar hal tersebut dialami oleh seseorang.     

Namun Alliesia tidak memberikan kepastiannya.     

"Entahlah, Yang Mulia. Ini baru hanya sekedar pengamatan dan perkiraan saya semata. Karena saya bisa melihat masa depan saya di dalam mimpi itu. Saya merasa ada seseorang yang sedang ingin memberikan saya peringatan atau pencerahan. Namun apa tujuannya saya sama sekali tidak bisa menebaknya," ungkap Alliesia jujur dan tidak mengada-ada.     

Belhart segera saja merasa sangat tertarik dengan argumen Alliesia. Mendengarkan dengan penuh simak, sekaligus mencernanya dengan sangat baik.     

"Siapa yang kau maksud ingin menunjukkan sesuatu melalui mimpinya?" tanya Belhart menyidik.     

Alliesia menunduk dengan sopan.     

"Tentu Sang Pencipta ini, Yang Mulia. Namun sekali lagi saya sampaikan, bahwa ini adalah hanya asumsi dan perkiraan saya saja. Belum tentu benar dan belum tentu tepat. Saya masih sekedar berasumsi,"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.