Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 50 ( Petanda )



Chapter 50 ( Petanda )

0Namun entah mengapa Belhart justru mempercayainya. Tidak bertanya lebih jauh tentang mimpi apa yang dimimpikan oleh Alliesia lebih jauh lagi. Belhart justru bertanya soal mimpi Cattarina yang membuat dia sangat penasaran dan sangat ingin bertanya langsung padanya namun tidak terlalu yakin harus memulainya darimana.     

Dan meyakini bahwa Cattarina tidak akan mungkin menjawab pertanyaannya itu dengan mudah. Memberikan penjelasan dan mengungkapkan fakta tertentu yang dia sembunyikan.     

"Kini, bagaimana kau bisa menjelaskan situasi tertentu yang mungkin terjadi,"     

Alliesia kemudian menyimak dan mendengarkannya dengan teliti.     

"Jika seandainya kau bermimpi seseorang ingin membunuhmu? Mengincar nyawamu dan ingin melukaimu? Apa arti sesungguhnya dari mimpi buruk itu?" tanya Belhart yang segera saja bertanya dengan sangat serius hingga cemas memikirkan jawaban apa yang akan Alliesia berikan padanya.     

Alliesia kemudian mengulang pertanyaan itu.     

"Bermimpi seseorang ingin membunuh Anda dan mengincar nyawa Anda?" ucap Alliesia cukup ngeri membayangkan mimpi buruk semacam itu.     

Tidak ingin sampai mengalaminya dan tidak ingin sampai harus mengulang mimpi itu berapa kalipun.     

"Bagaimana Anda bisa mendoakan saya untuk bermimpi buruk semacam itu, Yang Mulia? Ucapan adalah doa. Dan jangan katakan sesuatu yang bisa membuat ucapan itu menjadi doa. Membuatnya menjadi kenyataan. Demi apapun saya tidak ingin mengalami mimpi yang buruk semacam itu," tukas Alliesia dengan bebas namun masih bersuara pelan.     

Sehingga Cattarina tidak akan mungkin bangun dari tidurnya seberapa banyak pun mereka berbicara di dekatnya.     

Belhart sudah langsung menahan kekesalannya.     

"Aku tidak mengatakan bahwa aku mendoakan atau menyumpahimu mengalami mimpi buruk seperti itu, Alliesia. Siapa yang memangnya mendoakanmu untuk bisa bermimpi buruk?" seru Belhart.     

Alliesia kemudian membalas dengan polosnya.     

"Bukan Anda, Yang Mulia?"     

Belhart segera saja menahan keinginannya untuk melanjutkan keributan kecil yang terjadi diantara mereka berdua. Namun karena rasa ingin tahu dan penasaran masih menggerogotinya. Belhart memilih untuk tetap bersabar menghadapi Alliesia yang memang terkadang senang membalas pertanyaannya dengan jawaban yang unik.     

"Tidak. Tidak sama sekali. sehingga sekarang, bisa kau katakan padaku bagaimana pendapatmu soal pertanyaanku diawal?" tanya Belhart.     

Alliesia kemudian memastikan pertanyaannya sekali lagi.     

"Soal mimpi buruk yang mengerikan itu?" tanya Alliesia.     

"Ya," jawab Belhart pendek kata.     

Alliesia kemudian menimbang sejenak. Dia bukan orang pintar atau ahli tafsir mimpi. Namun pertanyaan yang diajukan oleh Yang Mulia Putra Mahkota nampaknya memang harus dia jawab dengan sebaik-baiknya.     

Sehingga jawaban seperti apa yang harus Alliesia jawab untuknya?     

"Mimpi itu bisa menafsirkan dua hal, Yang Mulia. Jika itu berdasarkan pada penafsiran saya yang masih sangat awam untuk mengetahui segala mimpi serius yang terjadi. Apalagi jika mimpi itu terjadi secara berulang. Atau dimimpikan satu kali, namun kita tidak pernah bisa melupakannya."     

Belhart kemudian meminta Alliesia untuk terus melanjutkan ucapannya.'     

"Lanjutkan,"     

Sehingga Alliesia terpaksa harus mengatur napasnya sejenak. Membasahi bibirnya yang mungkin kering karea terlalu banyak berbicara. Alliesia akhirnya berkata.     

"Pertama, mimpi itu mungkin adalah ketakutan serius yang berasal dari sang pemimpi. Takut terhadap sesuatu yang membuat alam bawah sadarnya menjadi terbawa-bawa untuk menggambarkan ketakutanya itu semakin jelas."     

Belhart lalu mengkilatkan tatapan matanya. Merasa marah dan juga tidak mengerti siapa yang sudah membuat Cattarina sangat ketakutan hingga terbawa-bawa ke alam tidak sadarnya.     

"Lalu?"     

"Kedua, mimpi itu adalah kilas balik kehidupan kita di masa depan seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya. Dimana seseorang memang mungkin bisa memimpikannya satu kali atau beberapa kali."     

Segala penjelasan tersebut terus berusaha Belhart pahami walaupun sangat sulit.     

"Dan itu adalah yang terburuk diantara yang paling buruk," ungkap Alliesia dengan sangat cemas hingga membuat Belhart ikut merasakan semacam perasaan mencekam.     

"Apa maksudnya?" tanya Belhart segera ketika membayangkan hal yang buruk.     

"Karena masa depan sebagaimana kita berusaha untuk merubahnya, menghindarinya, bahkan menjauhkannya. Kita tidak akan bisa menghindarinya." Ucap Alliesia lagi.     

Wajah Belhart berubah menjadi semakin kaku.     

"Jika itu adalah mimpi yang indah. Semuanya akan menjadi indah pada akhirnya, Yang Mulia."     

Alliesia kemudian berbisik dalam hatinya secara perlahan.     

'seperti mimpi indah yang baru saja aku mimpikan,'     

"Namun, apabila seperti yang dikatakan oleh Yang Mulia barusan bahwa itu adalah salah satu mimpi buruk semacam ingin dibunuh dan dilukai. Maka mimpi itu akan menjadi kenyataan pada masa depan sang pemimpi. Diminta untuk mempersiapkan diri dan hatinya untuk menerima semua kemungkinan buruk tersebut,"     

Alliesia kemudian mengangkat wajahnya. Tidak menyadari tatapan mengerikan yang disiratkan oleh Belhart karena terlalu marah dengan informasi yang baru saja dia sampaikan.     

Alliesia lalu bertanya dengan gemas.     

"Lalu sekarang, bisa Anda katakan pada saya siapa yang mengalami mimpi buruk semacam itu, Yang Mulia? Karena saya ingin ikut bersedih dan prihatin terhadapnya. Namun itu bukan mimpi yang berasal dari Anda bukan?" tanya Alliesia yang langsung saja mencari sang pemimpi itu,"     

Belhart pun tidak berani menjawabnya. Hanya berkata pendek dan menyanggah.     

hanya di W.E.B.N.O.V.E.L     

"Bukan siapa-siapa dan hanya mendengar dari desas-desus yang tidak sengaja aku dengar ketika pada ksatria bercengkrama bersama,"     

Alliesia akhirnya paham bahwa ternyata mimpi itu memang bukan berasal dari Yang Mulia Putra Mahkota. Hanya mendengarnya dari pembicaraan orang lain.     

"Syukurlah jika seperti itu. karena berdasarkan pada apa yang pernah kakek saya sampaikan bahwa takdir buruk tidak bisa mudah kita hindarkan. Maka saya sarankan agar sang pemimpi buruk itu lebih baik banyak melakukan kebaikan agar takdirnya mungkin saja bisa lebih diringankan," ucap Alliesia yang semakin membuat Belhart menjadi kalang kabut dan ngeri.     

Namun masih sanggup membalasnya.     

"Ya. Akan aku sampaikan dan terima kasih. Lalu jika kau sudah selesai membaca buku itu hari ini, pinjamkan padaku dan letakkan itu di meja kerjaku atau titipkan pada salah satu dayang untuk diserahkan padaku. Aku ingin mengetahui akhir cerita dalam buku itu,"     

Alliesia akhirnya mengangguk. Menyetujuinya dan menyadari bahwa tugas dan urusannya sudah selesai.     

Alliesia lalu memutuskan untuk undur diri. Memberi salam lalu membalikkan badan dan melangkah pergi setelah tidak lupa menutup pintu.     

Alliesia kemudian berpikir sejenak mencerna kata-kata Putra Mahkota.     

"Aku harap Yang Mulia tidak berbohong dan memang benar mengatakan bahwa dia hanya mendengar cerita pemimpi itu dari orang lain. Aku harap mimpi itu bukan berasal darinya," seru Alliesia pelan yang berharap bahwa mimpi yang disebutkan oleh belhart bukan berasal dari dirinya.     

Belhart kemudian menatap Cattarina dengan tatapan iba sekaligus khawatir. Tidak ingin sampai apa yang diprediksikan oleh Alliesia menjadi kenyataan dan mimpi pembunuhan itu sampai terjadi pada masa depa istrinya.     

Belhart kemudian menggenggam tangan Cattarina.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.