Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 51 ( Siapa )



Chapter 51 ( Siapa )

0"Catty, aku mohon jangan membuatku harus kehilanganmu. Dan katakan, siapa yang ingin melukaimu? Karena jika aku tahu siapa orang itu maka aku akan pastikan bahwa wujudnya itu tidak akan pernah ada lagi untuk bisa melukaimu," ungkap Belhart dengan kepala yang seolah membeku dan membara secara bersamaan.     

Belhart kemudian membelai lembut rambut panjang Cattarina yang tergerai indah, setelah berhasil tenang kembali. Dan menatap rambut panjang dan jatuh dengan cantik itu dengan tatapan lembut hingga tanpa sadar, Belhart seolah serang menyentuh benang emas tipis yang berkualitas terbaik.     

Cattarina lalu mendadak sudah bergerak dengan tidak nyaman. Bergerak kesana kemari dan menggeleng dengan cemas. Mengerutkan keningnya dan meremas selimutnya dengan bergetar menggunakan satu tangan lainnya yang bebas.     

Belhart spontan berdiri dan mendekat ke arahnya.     

Bertanya dengan cemas untuk pertama kalinya semenjak dia sadar bahwa Cattarina saat ini pasti sedang bermimpi buruk kembali.     

"Catty?" ucapnya cemas.     

"Kau... bermimpi buruk lagi?" tambahnya.     

Belhart terus saja menatap sosok Cattarina yang masih terpejam dengan sangat serius, sembari mendengarkan apa yang wanita itu ucapkan.     

"Tidak... tolong..." ucap Cattarina berulang kali.     

Belhart sudah merasakan pompa jantungnya berdebar semakin kuat. Menggenggam tangan yang balik menggenggamnya dengan cemas.     

Cattarina terus saja memohon padanya. Meminta ampun dan berjanji padanya akan sesuatu. Sehingga Belhart yang tidak mengerti terus bertanya.     

"Tidak.. aku mohon. Jangan.." ucap Cattarina seolah menahan isak tangis.     

"Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian. Aku akan membiarkan kalian bersatu. Aku..."     

Terus mengigau dan mengucapkan banyak patah kalimat yang membingungkan dan sulit untuk Belhart bisa mengerti, membuatnya sulit untuk berkonsentrasi.     

"Catty? Ada aku. Jangan takut dan kalahkan mimpi burukmu itu," ucap Belhart berusaha memberikan dorongan.     

Belhart kemudian menambahkannya.     

"Lalu sekarang, katakan padaku. Siapa yang ingin membunuhmu? Dan apa dia sungguh ingin membunuhmu?" bisik Belhart yang sengaja menggunakan kesempatan ini untuk mengetahui bagaimana isi mimpi Cattarina.     

Memasang telinga lebar-lebar dan teliti agar bisa mendengar kata-kata kurang jelas apapun yang selama ini sulit dia dengar.     

Belhart kemudian mengamati Cattarina yang terus saja berkeringat dan menggeleng dengan takut, sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan pasti. Masih terus meminta pertolongan dan ampun.     

Belhart sungguh dibuatnya gusar.     

"Jangan.. bunuh aku.. Yang Mulia... aku mohon..." ucap Cattarina secara perlahan namun mengejutkan. Membuat Belhart dengan cepat langsung saja memasang telinganya lebar-lebar.     

Menghentikan cengkramannya dan merasakan bagian jatungnya seolah ditusuk dengan benda yang sangat tajam dan menyiksa.     

"Apa... yang baru saja... kau katakan?" ucapnya hilang keseimbangan dan mulai terjatuh dengan lemah di samping tempat tidur. Bersujud dan tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan.     

Cattarina kembali bergerak dengan gelisah tanpa menyadari bahwa yang sedang dia lakukan adalah bermimpi. Ada orang lain berada di sampingnya dan sangat terkejut.     

Cattarina terus saja berlari menjauhi dari sosok yang membuatnya takut dalam bayangan mimpinya. Seorang pangeran dan calon raja bagi seluruh rakyat di negerinya. Pria yang bertubuh bidang, mengenakan jubah hitam, dan membawa sebilah pedang panjang di tangannya.     

Cattarina yang melihatnya hanya bisa terus berlari dan tidak menghentikan langkahnya untuk terus berlari. Mengejar tempat kosong yang sama sekali tidak dia ketahui dimana tujuan akhirnya. Karena setiap dia berlari dan berlari. Pemandangan yang ada di sekitarnya tetap sama.     

Pohon, semak dan kegelapan. Seolah berada di dalam hutan belantara dan tidak memiliki seorang pun penolong yang akan membantunya.     

Cattarina terus berusaha menjauh dirinya sejauh mungkin dari sosok Belhart yang ingin membunuhnya, dan bersembunyi dari kejaran. Hingga pria mengerikan itu pada akhirnya bsia menangkapnya. Menahannya, lalu memojokkannya pada salah satu dinding.     

Ketakutan Cattarina menjadi semakin menjadi-jadi dan memuncak.     

Memohon ampun dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama, yang pernah dia lakukan ketika itu. Cattarina kembali mendengar perkataan yang sama dengan apa yang pernah Belhart katakan pada hari itu.     

Hari dimana hari kematiannya telah ditentukan.     

"Kau memang pantas mendapatkannya. Seharusnya aku sudah melakukan hal ini sejak dulu. Aku menyesal baru sekarang aku melakukan ini,"     

Hingga kalimat pertama Belhart terus saja bergema.     

"Kau memang pantas mendapatkannya!"     

"Kau memang pantas mendapatkannya!"     

Kalimat itu terus berulang dalam kepala Cattarina seperti siaran ulang.     

Dimana di dalam mimpi Cattarina Belhart berhasil menghunuskan sebuah pedang ke arahnya. Menggoreskan beberapa luka di tubuhnya. Sehingga ada banyak darah yang sudah mengalir deras di samping perutnya. Namun tidak membuat Cattarina meninggal di tempat karena kehabisan banyak darah.     

"Tolong aku..." ucapnya merintih dan berulang. Hingga suara pertolongannya itu terdengar sampai ke luar dari bibir aslinya dan didengar jelas oleh Belhart yang masih terpaku di tempatnya.     

"Tolong aku..."     

"Aku akan mengalah, Yang Mulia Belhart. Mengalah.. demi hidupku.. demi keluargaku.. dan demi kebahagiaanmu.." ucap Cattarina yang semakin menggetarkan hati belhart yang luar biasa terkejut.     

"Apa??!"     

Terbelalak sekaligus menatap dengan tidak percaya dan sangsi, adalah hal pertama yang Belhart lakukan. Ketika dia mendengar sebuah ketidak masuk akalan menghujaninya.     

Berteriak meminta keadilan dan keselamatan hidup. Belhart lalu berucap dengan sangat ragu.     

"Yang.. Mulia.. Bel-hart??" ucapnya sangat tertekan. Belhart kini menjadi heboh sendiri.     

"Tidak, Cattarina. Kenapa kau bisa menyebut namaku? Aku yang nantinya ingin membunuhmu??!"     

Belhart kemudian baru menyadari sesuatu. Alasan kenapa Cattarina begitu menghindarinya. Takut dan kehilangan arah setiap kali dia berada di dekatnya. Mungkinkah semua alasan itu adalah karena mimpi ini?     

Mimpi yang menggambarkan bagaimana dirinya ingin membunuh istrinya sendiri. Menikam atau mungkin memukulnya dengan kejam. Sehingga kini karena alasan mimpi buruk inikah, Belhart harus menerima kenyataan bahwa dialah yang akan membunuh Cattarina??     

Terpaku di tempat dan tidak bisa melakukan hal apapun adalah sikap yang tidak bisa, tidak Belhart lakukan. Karena dia terlalu lemah untuk mengetahui semua informasi buruk ini.     

Belhart kemudian duduk dengan getir di posisinya.     

"Ini tidak mungkin dan tidak seharusnya terjadi.. Bagaimana mungkin, aku?"     

Seolah merasakan seseorang mencekik lehernya. Cattarina langsung saja menyentuh lehernya menggunakan kedua tangan.     

"Ti-dakk.."     

"To..long..."     

Merasa panik dan kaku di tempatnya. Belhart kehilangan kekuatannya sejenak untuk bergerak. Matanya bergetar dan tatapannya nanar, seolah melukiskan betapa terkejut dan terlukanya dia.     

"Jadi... aku yang nantinya akan membunuh istriku sendiri?"     

"Aku??!"     

Segala macam tekanan dan juga ketakutan muncul secara bersamaan. Membenci diri sendiri dan juga kesal pada diri sendiri. Apa gunanya dia mengatakan bahwa dia bersedia menghancurkan siapapun yang mencoba melukai Cattarina?     

Jika pria yang harus dia hancurkan adalah dirinya sendiri??     

***     

***     

Hope you enjoying, dear!!     

Dan jangan lupa dukung terus cerita author ini jika kalian memang menyukainya!     

Ingat jangan hanya membaca tapi juga review n coment bagaimana kesan dan pesan kalian dalam cerita penuh khayalan ini!     

Jangan lupa gift, vote n koin-nya ya dear,,     

Happy reading ~     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.