Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 52 ( Buku Catatan Penting )



Chapter 52 ( Buku Catatan Penting )

0Rasa kesal dan juga marah menghujam dengan sangat besar dalam waktu yang bersamaan. Dimana rasa tidak ingin percaya sekaligus meragukan apapun yang dia lihat dan dengar saat ini saat ini, adalah hal yang paling ingin Belhart lakukan.     

Namun haruskah dia percaya pada sebuah mimpi yang mengikutsertakan dirinya ke dalam sebuah misi jahat, dimana dia yang menjadi pelakunya? Mencoba membunuh istrinya sendiri dan membuatnya merasa ketakutan yang teramat besar.     

Maka dari itu, haruskah Belhart juga menghubungkan cerita mimpi tidak masuk akal itu dengan apa yang baru saja ditafsirkan oleh Alliesia?     

Bahwa mimpi itu bisa berwujud sebagai kejadian di masa depan yang akan terjadi? Dimana masa depan, sebagaimana kita berusaha untuk merubah, menghindar, dan menjauhkannya. Kita tidak akan pernah bisa menghindari dan merubah apapun?     

Mimpi itu mungkin akan menjadi nyata dan Belhart sendiri yang akan menjadi pelaku dalam kejahatan keji itu?!     

Sehingga saat ini, semakin banyak Belhart berpikir. Semakin banyak sekali muncul tanda tanya dalam benaknya. Bagaimana sebenarnya keseluruhan situasi mimpi itu terjadi? Dan memangnya kebencian semacam apa sudah dia tanamkan? Sampai-sampai dia tega melukai seseorang dan mencoba untuk membunuhnya?     

Bukan orang lain melainkan Cattarina? Istri sahnya yang sudah dia akui dan terima bagaimana pun keadaanya?     

Belhart langsung saja melemparkan tatapan lelah.     

Karena ketidak masuk akalan ini memaksanya untuk bekerja lebih. Berpikir lebih jauh dan mencari jawaban kebenarannya selengkap mungkin.     

Belhart yang kini sudah berhasil mengatasi ketegangan yang terjadi pada dirinya pun, terpaksa bangun kembali dari rasa frustasi. Menatap Cattarina yang masih tertidur dengan beberapa suara ngigau yang mulai pelan namun masih menyiksa.     

Belhart lalu bertanya dengan sangat bingung.     

"Apa yang harus aku lakukan? Ketika hati ini bahkan sudah bisa menerimamu. Namun kini, takdir kita malah akan berakhir tragis?"     

Ditengah kesedihan dan sesal yang Belhart ratapi. Belhart mendadak teringat akan sesuatu. Masih ingat dengan cukup jelas bagaimana malam pertama mereka yang sempat ricuh karena Cattarina sempat kesal dan merasa dipermainkan olehnya.     

"Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kita akan tidur secara terpisah setelah kita menikah?"     

"Ya."     

"Namun, bukankah kau hanya meminta agar kita berdua tidak tidur dalam satu ranjang bersama?"     

"Dengan menyediakan dua ranjang dalam kamarmu?"     

"Ya. Bukankah yang penting kita tidak tidur dalam satu ranjang?"     

"Ya. Tapi bukankah masing-masing dari putra dan putri Mahkota biasanya memiliki kamar pribadi mereka masing-masing?"     

"Ya. Tapi aku memilih untuk mengubah kebiasaan itu,"     

Hari itu dan malam itu, mereka memang tidak bertengkar. Hanya sedikit berselisih paham dan menyatakan keberatan dan ketidakberatan mereka satu sama lain. Dimana Cattarina menginginkan batas dan jarak dari hubungan suami istri mereka jelas. Sedangkan Belhart justru mengharapkan hubungan dan interaksi dari keduanya dapat tetap terjalin.     

Berada tetap dalam jangkauannya dan tidak sembarangan saja memisahkan diri. Belhart sama sekali tidak ingin Cattarina berada jauh dari pengawasannya. Hingga ketika keduanya sudah saling berbaring di tepat tidur mereka masing-masing.     

Belhart mengamati kegiatan unik Cattarina pada malam itu. Sibuk mencatat dalam sebuah buku diary. Dan sesekali menatap ke atas dengan sangat serius untuk berpikir dengan kesal.     

Cattarina yang berpikir Belhart sudah tertidur pun terkejut ketika mendengar pria itu menyapanya.     

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Belhart mendadak membuat Cattarina menjadi sangat panik dan terkejut.     

"A-anda belum tidur?" tanya Monna yang langsung sibuk menyembunyikan buku catatannya masuk ke bawah bantal.     

Tidak berani menatapnya hanya sedikit melirik ke sisi samping ranjang untuk melihat bayangan pria itu membalikkan tubuhnya untuk menghadap Cattarina.     

"Kau tidak ingin menjawab pertanyaanku? Aku bertanya, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Belhart mengulang.     

Monna langsung saja merasakan detak jantungnya berdetak lebih kencang karena gugup.     

"Saya hanya sedang mencatat beberapa hal, Yang Mulia. Karena saya tidak ingin melupakan hal-hal penting dalam hidup saya. Mendokumentasinya dan membukanya kembali bila saya ingin mengingatnya,"     

Belhart kemudian bergerak dengan cepat. Mengingat dan mencari dimana kira-kira Cattarina menyimpan buku catatan penting miliknya itu di dalam kamar mereka. Belhart lalu berhenti pada sebuah laci kecil yang berada di samping tempat tidurnya.     

Membuka laci tersebut dan mencari apa yang menjadi tujuannya. Belhart ternyata gagal menemukannya pada laci teratas. Menatap pada laci kedua dan berharap bahwa apa yang dia butuhkan ada di sana.     

Klek!     

Laci itu ternyata terkunci. Tidak memiliki kuncinya dan tidak tahu bagaimana bisa membuka laci tersebut tanpa merusaknya secara paksa. Belhart lalu bertanya dengan sangat pernasaran apa sebenarnya isi dari buku itu.     

Merasa ada kaitannya dengan mimpi Cattarina dan segala ketakutan hingga kecemasan yang dia munculkan secara tidak menentu setiap kali mereka bersama.     

Belhart menjadi mulai bertanya-tanya, apakah jawabannya itu ada di dalam buku rahasia tersebut.     

Tidak mengizinkan Belhart untuk mengetahui isinya. Cattarina bahkan dengan sangat sengaja mengunci laci kedua tanpa sepengetahuannya.     

Dan memberikan keyakinan yang semakin besar baginya bahwa buku itu sangat penting dan mencatat banyak hal yang sebetulnya ingin Belhart ketahui.     

Belhart kemudian terus berusaha untuk memikirkan cara agar dia bisa membuka laci itu tanpa disadari oleh Cattarina. Akan memanggil petugas istana untuk membongkarnya secara halus dan menemukan sesuatu di dalam buku tersebut yang mungkin adalah jawabannya.     

Belhart lalu menatap Cattarina kembali ketika dia telah menyatakan diri sudah gagal untuk bisa mendapatkan informasi tertentu yang ada pada buku tersebut.     

"Aku akan mencari tahu kebenarannya, Catty. Dan akan aku pastikan bahwa apa yang kau cemaskan itu tidak akan pernah terjadi. Ini akan menjadi janjiku," ucap Belhart lirih yang sadar bahwa dirinya memang tidak bisa memprediksikan masa depan mereka.     

Namun bisa menjanjikan sesuatu yang akan terus dia pegang hingga akhir. Sehingga Belhart dengan tekad bulatnya akan berusaha unuk tidak membuat mimpi Cattarina semakin menjadi nyata dan terwujud seperti yang dikatakan oleh Alliesia.     

Cattarina langsung saja bisa merasakan kembali sebuah tangan yang menyentuhnya. Seolah ingin mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tangan itu seakan ingin mendekapnya erat. Tidak membiarkan dirinya sampai merasa seorang diri di dunia yang kelam.     

Cattarina kemudian perlahan demi perlahan bisa tenang kembali setelah beberapa fase bermimpi sangat buruk. Menggeleng dengan cepat ketika melihat sekelebat bayangan wajah seseorang yang tidak dia inginkan.     

Cattarina akhirnya bisa mulai menenangkan dirinya setelah beberapa menit. Belhart lalu mengusap air mata Cattarina yang sempat menetes di pelupuk matanya.     

Menyekanya perlahan kemudian mencium lembut keningnya yang bebas. Belhart akhirnya bisa tenang kembali ketika hembusan napas Cattarina bisa lebih teratur kembali dan damai.     

Cattarina akhirnya tidur hingga pagi menjelang. Tidur cukup lama dan dia baru menyadari itu keesokan paginya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.