Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 58 ( Akan Kembali Untuk Menemuimu )



Chapter 58 ( Akan Kembali Untuk Menemuimu )

0Dan kali ini dia tidak mencoba untuk meninggikan nada bicaranya untuk berucap ketus. Belhart lalu menghelakan napasnya satu kali.     

"Aku adalah calon Raja. Seorang Putra mahkota. Dan aku tidak akan pernah bermain-main dalam ucapanku! Bahkan dengan statusku ini, kau masih saja tidak percaya?"     

Monna buru-buru menyadari kesalahannya dan meminta maaf.     

"Maafkan saya dan saya sama sekali tidak bermaksud untuk meragukan Anda. Hanya saja, bukankah Anda sangat sibuk? Saya yakin sudah ada banyak orang yang akan membantu dan Anda tentu tidak perlu menjadi tenaga sukarela,"     

Belhart sudah berdecak dengan kesal.     

"Lagi. Lagi. Dan lagi. Apa kau harus terus menolak keinginanku ini hingga ratusan kali agar kau puas dan tidak melakukan tindakan itu berulang-ulang?"     

Monna lalu mengutuki dirinya kembali.     

Lagi-lagi-dan-lagi. Selalu saja memancing kekesalan Belhart dna bertingkah menyebalkan diri di depannya.     

Monna lalu menekan kuat-kuat keinginannya untuk memaki.     

Bernasib sial karena terus saja tidak pernah satu pemahaman dengan Putra Mahkota dan terus saja memancing kekesalannya. Kesabaran dan tenaga Monna terus saja dikuras dengan tanpa aturan yang baik.     

Namun kali ini, apa lagi kesalahannya? Bukankah selama ini dia sudah sangat banyak membantu?     

Tidak membuat ulah dan terus bersikap patuh, walaupun hati kecilnya ingin memberontak.     

Namun Belhart masih ingin menyiksanya dengan segala kemelut permintaannya yang tiada akhir dan habisnya?     

Ingin membantunya secara tulus? Atau dia hanya sekedar ingin mengawasinya secara ketat? Dan mengajarkan banyak tata krama kerajaan padanya??     

Monna lalu menarik garis senyum tipis untuk menetralkan keadaan mereka yang sepertinya akan memanas jika dia tidak berhati-hati.     

"Baiklah. Aku mengerti. Jangan menarik urat. Dan aku akan menurutimu," ucap Monna dengan separuh kekesalan yang dia tahan.     

Belhart lalu menarik sebelah alisnya.     

"Menarik urat?" tanyanya kurang paham dengan ekspresi yang sulit ditebak.     

Istilah yang seolah belum pernah dia dengar. Dan ini sudah beberapa kali Belhart mendengar Cattarina mengucapkan serangkaian kata yang membuatnya mengerutkan kening dan bingung.     

Tidak pernah mendengar ada orang yang menggunakan kata-kata asing semacam itu. Belhart lalu mengulangnya dalam definisi aneh.     

"Urat bisa ditarik?" tanyanya masih kurang paham. Karena di dalam dunia novel yang Monna pijaki saat ini tidak ada yang namanya istilah sejenis itu.     

Mungkin akan tertawa jika melihat kebodohan itu terpampang jelas di matanya.     

Namun Monna dengan cepat kemudian meralatnya.     

"Abaikan. Karena aku hanya bicara omong kosong. Dan istilah itu, tidak memiliki arti yang terlalu khusus hingga penting untuk Anda pelajari. Sehingga, bukankah kata Anda masih ada banyak hal yang harus Anda kerjakan dan selesaikan sampai Anda punya waktu luang untuk membantu saya?" ucap Monna untuk mengalihkan perhatian.     

Dan menatap dengan harap-harap cemas. Karena perkataannya ini sebenarnya sudah bermaksud seperti mengusir. Namun Belhart yang tahu bahwa ucapan Cattarina adalah benar dantidak sadar denga usiran halus itu, langsung menyetujuinya tanpa menolak lebih dulu.     

"Lalu kau, jangan lupakan tugasmu untuk mengirimkan surat pada kedua orang tuamu. Karena setelah ini aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarkannya," pesan Belhart akhir kata. Menyudahi pembicaraan.     

Monna lalu menyetujuinya.     

"Baiklah. Akan saya kerjakan," ucap Monna sembari menyusun kata-kata yang akan dia tulis dalam otaknya. Dimana Monna adalah orang yang paling tidak senang dengan kegiatan mengarang indah. Menggunakan kalimat panjang atau singkatnya untuk menuliskan kata-kata yang ingin dia sampaikan.     

Dan sebuah surat pasti tidak akan ditulis hanya secara singkat, bukan? Apalagi untuk keluarga sendiri. Sehingga Monna secara diam-diam menghelakan napasnya karena mendadak merasa lemah.     

Sementara Belhart yang seolah sudah tidak memiliki alasan apapun untuk berlama-lama dengan Cattarina. Memilih untuk bangkit berdiri dan mengakhiri sarapannya.     

"Aku akan kembali menemuimu nanti,"     

Monna seketika membatin.     

'Tapi jika tidak, juga tidak masalah! Aku tidak butuh sebenarnya ( menemuinya lagi – maksudnya ),' ungkap Monna lunglai dalam hatinya dengan sisa tenaga.     

Monna lalu mengamati kepergian Belhart dengan perasaan was-was karena perpisahan mereka ini hanya akan berlangsung sebentar.     

Monna lalu menghela napas.     

Tidak menyelesaikan sarapannya dan berjalan kembali ke kamarnya dengan langkah gontai.     

Monna lalu melirik Merry yang masih berada di dekatnya ketika dia telah keluar dari ruang makan.     

"Ayo, temani aku kembali ke kamar. Dan bantu aku menulis surat untuk ayahku,"     

Merangkai kata indah dan menggunakan bahasa khusus Negeri Geraldy ini. Monna beruntung karena ingatan Cattarina masih menempel dalam benaknya.     

Sehingga tidak menjadi sulit untuk Monna bisa beradaptasi dengan gaya penulisan di negeri ini. Menggunakan gaya tulisan kuno dan sedikit bergelombang serta bersambung. Monna memang merasa sangat asing dengan tulisan itu.     

Namun anehnya tulisan itu seolah juga tidak asing karena secara pribadi ingatan Cattarina mengenalinya. Telah mempelajarinya sejak kecil dan mengusainya dengan sangat baik. Monna lalu menatap tulisannya sendiri dengan kagum.     

"Untuk ayahanda tercinta dan yang sangat aku rindukan. Teruntuk juga ibunda dan kakak laki-lakiku tersayang yang selalu aku mimpikan dalam tidurku yang lelap,"     

Monna lalu mengamati dengan sangat serius tulisan tangannya sendiri.     

Sedikit menggelitik dan juga agak berkesan berlebihan. Namun memang seperti inilah gaya bahasa yang sering dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam novel ini dalam menuliskan serangkaian kalimat tanpa makna yang terlalu serius.     

Menggunakan kata pujian juga sanjungan yang meninggikan lawan bicara. Hingga merangkai kata sepanjang mungkin, walaupun hanya untuk menyapa di awal kalimat pembukanya.     

Monna lalu menimbang.     

"Sepertinya ini sudah benar dan tidak salah,"     

Merry yang diminta untuk menilai sibuk membaca tulisan yang carikkan kertasnya terus digerakannya kesana kemari dengan tidak beraturan.     

Merry lalu menggerutu dengan separuh kesal.     

"Yang Mulia! Bagaimana Anda bisa menggerakkan kertasnya serperti itu? Bukankah Anda yang menyuruh saya untuk membacanya dengan teliti dan memberikan penilaian? Namun, bagaimana saya bisa menilai jika Anda terus saja menggoyangkannya!"     

Monna lalu terkekeh dengan cukup geli.     

"Maafkan aku. Aku hampir saja melupakannya. Dan tidak ingat bahwa kau harus berkomentar juga,"     

Namun Monna lalu berhenti sejenak.     

"Tapi, bukankah aku baru saja sempat membacakannya sedikit? Lalu kenapa kau tidak memberikan saja komentarmu berdasarkan pada apa yang aku ucapkan?"     

Merry lalu membalas.     

"Tentu saja karena Anda terus bergerak dan berputas sehingga membuat saja jadi tidak terlalu fokus mendengarkannya. Jadi sekarang bisa Anda biarkan saya melihatnya untuk menilai dan memberikan komentar? Atau paling tidak bisa Anda bacakan ulang jika Anda merasa keberatan saya membacanya,"     

Monna akhirnya menyadari hal lain yang baru dia perhatikan. Monna Lalu menatap Merry dengan super bingung.     

"Kau... bisa membaca tulisan tanganku?" tanya Monna cukup takjub.     

Karena berdasarkan pada pengetahuan dan pengalamannya. Seorang dayang atau kelas bawah tidak akan mungkin mudah untuk mempelajari sebuah tulisan. Atau mungkin membaca sebuah tulisan. Karena pendidikan di negera ini sangat mahal.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.