Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 59 ( Keluar Istana )



Chapter 59 ( Keluar Istana )

0Itu sebabnya juga tingkat kemiskinann dan kesulitan rakyat kecil sangat mudah didapat. Walaupun pada masa pemerintahan Kaisar Agung Dominic, dia merupakan Kaisar yang paling membawa kesejahteraan dan juga kemakmuran bagi rakyat luasnya.     

Namun kesenjangan dan perbedaan kasta membuat banyak rakyat kecil sulit untuk mengenyam pendidikan. Sekedar mempelajari tulisan yang beredar di beberapa selembaran yang sering dipajang di jalanan atau pasar saja.     

Banyak rakyat masih belum bisa membacanya. Hanya mengenali beberapa huruf dan buta pada artinya. Banyak rakyat miskin juga yang cenderung menggunakan bahasa lisan atau simbol-simbol tertentu untuk mempermudah mereka berkomunikasi.     

Sehingga cukup mengherankan apabila, Merri yang hanya bekerja sebagai dayangnya bisa memiliki kemampuan khusus untuk membaca tulisannya dengan yakin.     

Bukan karena ingin merendahkan kastanya. Namun Monna masih ingat dengan cukup jelas bahwa Merri adalah salah satu anak bawaan Lily yang dia angkat untuk bekerja bersama dengannya.     

Mengenalnya secara tidak sengaja ketika dia pergi ke pusat kota. Lily lalu menawari Merri untuk bekerja di istana atas izin dari kepala istana setelah melalui berbagai seleksi.     

Memiliki warna rambut berwarna orange dan beberapa bintik hitam di atas hidungnya.     

Merri lalu tertunduk dan tidak berani menjawab pertanyaan Cattarina.     

"Kenapa? Kau tidak ingin menjawab pertanyaanku? Dan kau tidak ingin jujur padaku?"     

Merasa seperti ada sesuatu yang ditutupi, Monna bisa merasakan bahwa Merri enggan untuk bicara jujur dan mengatakan hal yang sebenarnya. Sehingga Monna terus saja menatap matanya.     

Mata hitam yang tertunduk dengan malu. Dan akhirnya menjawab.     

"Saya belajar semuanya sendiri, Yang Mulia. Sering diam-diam mengintip anak-anak akademi di dekat tempat tinggal saya belajar. Saya sedikit demi sedikit bisa mengikuti,"     

Mendengar itu, Monna langsung membulatkan matanya sembari tersenyum bangga.     

"Wah, kau hebat sekali dan di luar dugaan. Ternyata kau termasuk anak yang pintar dan bisa mencerna dengan cepat pelajaran hanya dengan sering mengintip?"     

Merri lalu menambahkannya.     

"Ya, Yang Mulia. Dan saya juga sebetulnya memiliki ingatan yang sangat kuat tentang banyak hal yang saya sukai. Cepat masukannya ke dalam memori otak saya. Dan akan tersimpan lama. Sehingga jika Anda membutuhkan daya ingat saya, Anda bisa menyampaikannya langsung."     

Merri kini dengan bangganya menawarkan jasa yang entah apakah akan berguna suatu saat nanti. Monna lalu mengangguk mengerti. Kembali fokus pada surat yang akan dia tulis untuk keluarganya.     

"Jadi menurutmu, apa semuanya sudah sempurna?" tanya Monna sembari ikut menimbang-nimbang.     

Membaca ulang dan Merri dengan yakin langsung mengiyakannya.     

"Ya, Tuan Putri. Semuanya sudah oke dan sempurna!" ucapnya bersemangat.     

Membuat Monna langsung melipat kertasnya. Memasukkannya ke dalam amplop dan menyerahkannya pada Merri.     

"Kalau begitu ini akan menjadi tugasmu," ucap Monna. Lalu menambahkannya.     

"Kirimkan ini pada orang suruhan Yang Mulia Putra Mahkota dan panggilkan kemari Lily dan Neil ke kamarku,"     

Merri lalu mengangguk dan melaksanakan tugas yang dititahkan. Tidak berselang lama dari kedatangan Neil. Siap sedia untuk selalu hadir kapan pun dan bagaimana pun. Neil menjadi orang pertama yang sampai ke kamarnya.     

Menyusul Lily yang langsung memberikan hormat dan bertanya padanya.     

"Saya, Lily. Memberi hormat pada Yang Mulia Putri. Apa Anda membutuhkan sesuatu, Yang Mulia?" tanya Lily santun diikuti oleh tatapan ingin tahu Neil.     

Sehingga Monna akhirnya lalu berucap.     

"Kaisar akan mengundang seluruh keluargaku ke istana. Sehingga aku ingin memberikan sambutan yang cukup meriah pada mereka. Ingin menunjukkan betapa bahagia dan senangnya putri mereka tinggal di dalam istana dan tidak mengalami kesulitan apapun. Aku ingin sebuah pesta dihadirkan,"     

Lily dan Neil lalu saling pandang. Terkejut dengan permintaan itu namun tidak sepenuhnya terkejut. Karena mengadakan sebuah pesta di dalam istana adalah hal yang biasa. Namun pesta privat khusus hanya untuk seluruh keluarga penting jarang terjadi.     

Sehingga mereka nampaknya bingung apa yang harus dipersiapkan.     

"Hanya makan siang bersama. Dan sekaligus ingin aku gunakan sebagai ucapan selamat hari pernikahan untuk kedua orang tuaku. Karena kebetulan, sebentar lagi mereka akan menggenapkan tahun pernikahan mereka yang ke-21,"     

Lily lalu menampilka wajah ceritanya.     

"Itu sangat menyenangkan dan mendebarkan, Tuan Putri. Lalu, apa saja yang Anda butuhkan sekarang?"     

Merasa senang mendengar berita tersebut dan ikut menjadi antusias.     

Lily sungguh tidak menduga bahwa permintaan Cattarina selanjutnya akan menjadi begitu sulit untuk mereka berdua menyetujuinya.     

"Aku ingin membeli hadiah yang spesial. Dan aku ingin pergi ke luar secara diam-diam," ucap Monna dengan keyakinan tinggi sembari menatap semua orang.     

Lily spontan memekik. Begitu juga dengan Neil yang hanya bisa memejamkan matanya sejenak untuk mencerna permintaan itu.     

Neil lalu berucap.     

"Namun, jika Anda ingin keluar dari istana ini. Anda perlu mendapat izin dari Yang Mulia Putra Mahkota,"     

Namun Monna buru-buru menimpalinya.     

"Bukan keluar diam-diam namanya jika aku harus meminta izin lebih dulu. dan apa kau pikir pria dingin itu akan menyetujuinya?"     

Lily dan Neil lalu menatapnya dengan sangat serius. Sehingga Monna yang baru menyadari kekeliruannya. Mengoreksi penuturannya.     

"Yang Mulia Putra Mahkota Dominic, maksudku. Bukankah dia tidak akan memberikan izin dan aku jadi tidak bisa mewujudkan keinginanku?"     

Monna lalu menatap keduanya dengan kecewa. Sedikit merajuk dan dia yakin akan bisa membuat mereka luluh.     

"Kalian tidak ingin mengabulkan permintaan baikku ini yang ingin berbakti pada kedua orang tuaku?"     

Namun Neil yang kritis lalu membalasnya dengan logis.     

"Tapi jika Anda mengatakan hal yang sebenarnya apa tujuan Anda ingin keluar dari istana. Saya yakin Yang Mulia Putra Mahkota juga pasti akan menyetujuinya. Memberikan izin dan Anda tidak perlu sembunyi-sembunyi seperti ini,"     

Monna lalu menatapnya kesal. Tidak senang harus mencoba bernegosiasi dengan Neil. Monna sangat sadar bahwa Neil adalah abdi Belhart yang paling setia.     

Monna lalu menatap Lily yang juga sedang ragu.     

"Ini sulit, Yang Mulia. Karena yang saya dengan tadi, Yang Mulia Putra Mahkota mengatakan bahwa dia akan segera kembali setelah seluruh pekerjaannya hari ini berakhir,"     

Namun Monna terus berusaha membujuknya.     

"Itu hanya perkataannya saja! Dan apa kau pernah melihat bahwa dia bisa menyelesaikan seluruh pekerjaannya menjelang nanti sore? Sekarang masih sangat pagi dan masih ada waktu hingga beberapa jam ke depan. Jadi untuk apa aku harus menunggunya? Ketika Yang Mulia Putra Mahkota sendiri sudah mengizinkanku memikirkan sendiri persiapan seperti apa yang aku inginkan,"     

Lily masih saja menolak dengan enggan.     

"Tapi ini sulit, Yang Mulia. Karena tanpa izin dari Yang Mulia Putra Mahkota, Anda akan sangat sulit diizinkan keluar bahkan oleh pengawal istana yang berjaga di luar,"     

Monna lalu mengamuk.     

"Jadi kalian ingin memintaku untuk terus mengurung di dalam cangkang istana yang sangat membosankan ini? Tidak menikmati udara luar. Ketika bahkan aku sering berjalan-jalan santai dengan kakakku, ketika aku belum menikah dulu. Sekarang aku juga dilarang untuk mengatur langkah kakiku sendiri?"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.