Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 64 ( Menentang Keras )



Chapter 64 ( Menentang Keras )

0"Istana. Kediaman Marienatta. Khusus untuk Yang Mulia Putri Mahkota," ucap Monna dengan senyum mengembang kemudian keluar dari Diamond Alley. Ditengah-tengah keterkejutan Middle mencerna penjelasannya.     

"Istana?!!!" pekik Middle luar biasa terkejut dan berteriak dengan heboh.     

"Bukankah itu berarti yang baru saja datang adalah…??"     

Berusaha menerka dan mencocokan penampilan. Dia akhirnya tahu bahwa Nona muda yang kaya raya adalah seorang putri Mahkota. Putri satu-satunya keluarga Bourston dan sangat tidak mengherankan apabila dia memiliki bola mata biru yang sama dengan keluarga tersebut.     

Middle sudah mengerjap-ngerjap dengan sangat sesak. Tidak menyangka bahwa Putri Mahkota yang seharusnya tinggal di dalam istana berkunjung ke tokonya dalam keadaan sangat sederhana dan seperti misi rahasia.     

Middle akhirnya bisa sedikit bernapas lega ketika tidak melihat keberadaan tiga tamunya barusan.     

"Untung saja aku tidak sempat mengatakan hal yang aneh-aneh bahkan tidak masuk diakal," Middle lalu terduduk dengan lemas.     

Membuat Monna yang yakin sekali bahwa saat ini pasti suasana hatinya sedang buruk pun. Tertawa dengan puas bisa mengerjai seseorang. Tidak bermaksud untuk mengungkapkan identitasnya diawal.     

Lily kemudian berbisik dengan cukup heran.     

"Yang Mulia, bukankah Anda pada awalnya tidak bermaksud untuk mengenalkan siapa diri Anda? Lantas kenapa Anda mendadak mengajukan diri dimana Anda tinggal?"     

"Aku tidak punya pilihan lain, Lily. Karena aku lupa membawa uang yang banyak. Hanya membawa secukupnya dan aku tidak bisa membayarnya secara langsung. Kau ingin aku kehilangan barang bagus yang seharusnya aku berikan pada kedua orang tuaku? Melewatkan kesempatan yang langka. Dan membuat kau kehilangan sesuatu yang berharga,"     

Lily lalu mengangguk menyetujuinya.     

Melanjutkan perjalanan mereka untuk berkeliling sebentar melewati segala sudut pasar dan juga toko-toko yang berjajar di pinggir jalan.     

Monna tanpa sadar sudah merenggangkan ototnya. Menarik napas dan berulang kali menghembuskannya dengan berbagai perasaan puas.     

"Aku sepertinya sudah lama sekali tidak menghirup udara sesegar ini sebelumnya," ucap Monna senang.     

Lily justru menatap dengan cukup cemas.     

"Setelah sibuk mengurung diri untuk mempersiapkan pernikahan dan masuk ke dalam istana tanpa adanya persiapan yang matang karena segalanya berjalan sangat cepat seolah aku hanya sekedar membalik satu atau dua lembar halaman dalam novel. Aku sepertinya sudah tidak berjalan-jalan senang terlalu lama,"     

Neil lalu memberikan respon yang paling cepat dan reflek.     

"Kalau begitu, saya akan meminta Yang Mulia Putra Mahkota untuk sering-sering mengajak Anda Keluar istana. Berkeliling kota sembari melakukan pemantauan. Saya yakin Yang Mulia Putra Mahkota akan langsung bersedia,"     

Dimana ketika dulu, jika Belhart masih dalam suasana hati dan kebekuan pikiran seperti dulu. Belhart memang mungkin tidak akan pernah melakukannya. Namun sekarang setelah segalanya telah menjadi berbeda. Kemungkinan untuk mengajak Cattarina keluar bersama masih besar.     

Namun Monna yang tidak menginginkan hal itu, langsung buru-buru menyanggahnya.     

"Tidak perlu!" ucapnya tegas. Bahkan terlalu tegas. Sehingga Neil dan Lily yang mendengarnya sedikit menyergit.     

Sementara Monna kemudian berusaha menetralkan diri setelah melihat mereka terkejut.     

"Aku lebih suka jalan-jalan tanpa adanya unsur kerajaan. Tidak suka menjadi pusat perhatian dan tidak suka membuat orang lain menjadi tidak nyaman karena kehadiranku. Tapi niat baikmu aku hargai. Namun jangan pernah melakukannya,"     

Dua orang yang dia ajak bicara pun langsun termangu.     

Merasa sedikit tidak cocok dengan kepribadian Cattarina yang mereka tahu dna kenal.     

hanya di w.e.b.n.o.v.e.l.id     

'Tidak suka menjadi pusat perhatian dan tidak suka membuat orang lain merasa tidak nyaman dengan kehadirannya?'     

Sejak kapan Yang Mulia Putri Mahkota memikirkan itu semua? Sehingga apa mereka salah mendengar? Atau mereka salah mencerna perkataannya?     

Neil dan Lily sama-sama saling menatap. Namun tidak berani memberikan argument apapun untuk membalasnya.     

"Saya ikut senang, Yang MUlia. Jika Anda ingin memikirkan rakyat. Namun, saya piker tidak akan bermasalah jika Anda sekali-kali melakukannya. Karena jika boleh jujur, saya pernah mendengar bahwa Putra Mahkota setelah kembali dari perperangan. Beliau terkadang melakukan investigasi keliling. Melihat langsung ke lapangan apa yang terjadi pada rakyatnya dan lingkungan seperti apa yang mereka jalani,"     

Lily kemudian melirik Neil.     

"Bukankah begitu ksatria Neil? Saya hanya mendengar. Namun belum pernah melihatnya secara langsung. Namun narasumber yang menyebarkannya begitu dapat dipercaya karena berasal dari para dayang juga pekerja istana,"     

Neil kemudian menjawabnya dengan santai dan tenang.     

"Anda benar dan tidak salah. Yang Mulia Putra Mahkota memang terkadang beberapa kali melakukan peninjauan rakyat serta merta untuk melihat secara langsung apa saja yang terjadi pada rakyatnya,"     

Neil kemudian menghadap Cattarina.     

"Sehingga Anda tidak perlu khawatir dan cemas jika Yang Mulia tidak bisa meluangkan waktunya yang sibuk,"     

Monna sudah langsung menatapnya dengan nanar. Tidak ingin meresponnya. Tapi jika tidak direspon. Neil dan Lily pasti akan berpikiran jauh yang tidak-tidak.     

"Lupakan ucapanku. Dan abaikan. Jangan pedulikan dan jangan diingat-ingat. Anggap saja, aku tidak bicara apapun. Kita anggap perdebatan ini selesai!" tukas Monna cepat dan tepat. Hingga tidak ingin masalah ini diungkit-ungkit kembali.     

Monna lalu berbalik dan tertunduk lemas sembari mendumel dalam hati.     

Apanya yang tidak perlu khawatir dan cemas?? Dia bercanda dan mengatakan omong kosong?     

Padahal sebaliknya. Jika sampai seluruh keinginan Neil terpenuhi. Bukan hanya kekhawatiran dan kecemasan yang Monna rasakan. Namun tertekan dan juga frustasi yang tiada habis yang akan Monna rasakan.     

Sudah cukup terus bertemu dengannya di dalam istana bahkan di samping tempat tidurnya. Neil pikir dia ingin lebih berlama-lama lagi jalan berdampingan dengannya?     

Monna lalu mengerucutkan bibirnya diam-diam tanpa seengetahuan siapapun. Karena Monna sengaja berjalan di depan.     

Mulai memperhatikan dengan penuh minta apa yang menarik perhatiannya. Dan melupakan sejenak batas waktu yang sudah ditentukan Neil. Tidak bisa berlama-lama berkeliling untuk menyegarkan otak dan napasnya.     

Mereka bertiga akhirnya harus kembali. Tepat ketika Monna menangkap adanya satu hal yang sangat menarik minat matanya.     

"Yang Mulia, kita sepertinya harus kembali dan Anda tidak bisa berlama-lama," ucap Neil pelan memberikan peringatan dan mengecilkan suaranya agar tidak ada seorang pun yang mendengarkan nama sapaannya.     

Ketika mereka berada di tengah-tengah pasar. Dan mungkin juga tidak akan ada banyak orang yang memperhatikannya. Namun demi apapun. Segala sikap antisipasi harus Neil lakukan. Namun Monna justru mengabaikannya.     

Berjalan menuju ke salah satu kios yang menjajakan berbagai pernak-pernik yang menyala indah.     

Monna lalu bertanya pada salah satu penjual.     

"Berapa ini? Dan bisakah aku membelinya?" tanya Monna cukup sopan. Membuat Neil agaknya masih belum terbiasa dengan kesopanan Cattarina yang semakin jauh berbeda dengan deskripsi yang beredar tentangnya.     

Neil lalu menahan kesabarannya sejenak dengan susah payah.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.