Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 65 ( Batu Amethyst Ungu )



Chapter 65 ( Batu Amethyst Ungu )

0"Yang.. Nona, bukankah sudah waktunya bagi kita untuk pulang dan kembali?" tanya Neil tidak kalah sopan dengan majikannya karena sudah terbiasa.     

Monna lalu mengabaikannya.     

"Jangan sekarang. Karena aku menemukan ada sesuatu yang menarik di sini,"     

Mengambil sebuah bross dan menujukkannya pada Neil juga Lily secara bersamaan.     

"Bagaimana? Apa menurut kalian bross ini cukup menarik?" tanya Monna mengharapkan pendapat semua orang.     

Namun Lily Nampak keberatan.     

"Tapi, Nona. Bukankah di toko Diamond Alley itu Anda sudah membeli sebuah bros. Lalu sekarang, untuk siapa lagi Anda memberi bros itu?"     

Tidak mengetahui untuk siapa Yang Mulia Cattarina menambahkan sebuah bross dalam tagihannya. Dan tidak bertanya juga karena merasa tidak memiliki hal untuk bertanya. Lily hanya berpikir, kedua bros itu tidak bisa dibandingkan.     

Namun Monna justru menjawab.     

"Ya. Aku memang sudah membelinya. Namun, yang satu ini Nampak sangat cocok untuk seseorang."     

Monna mendadak menghentikan perkataannya ketika dia menyadari bahwa ada sedikit kekeliruan dalam tindakan juga pola pikirnya. Sehingga Monna kemudian berucap.     

"Tunggu. Barusan apa yang aku katakan? Dan sebenarnya untuk siapa bross ini ingin aku berikan?"     

Setelah membeli satu bross dengan harga yang fantastis. Karena Diamond Alley adalah toko perhiasan terbaik di kota itu. Monna kemudian melirik bros lain di pinggir pasar. Dengan harga yang pasti tidak akan sebanding dan dia yang tidak semestinya memikirkan Belhart ketika dia ingin membelinya.     

Monna kemudian menatap bros berwarna ungu unik itu.     

"Warna ini mirip dengan bola mata seseorang. Jika kau tidak memperhatikannya, mungkin kau akan berpikir bahwa dia memiliki bola mata berwarna hitam. Tapi jika sekali lagi kau memperhatikan matanya lebih jelas..!!"     

Monna lalu menghentikan pikiran konyolnya. Mendadak teringat pada mata bengis yang menatapnya penuh kejam pada hari kematiannya. Mata itu seharusnya tidak perlu membuatnya ingin menghadiahkan hadiah apapun padanya.     

Meletakkan kembali bros ungu tersebut dengan ngeri kemudian mengembalikan kesadarannya pada tahap yang lebih terkontrol.     

Monna lalu mengomeli dirinya sendiri.     

'Apa yang sudah kau lakukan, Monna?! Kau ingin menghadiahkan bros situ untuk pembunuhmu? Untuk apa? Sebagai balasan karena sudah membantu memperpendek umurmu? Membantumu mengakhiri hidupmu dan seluruh keluargamu dengan mudah? Lalu memberikannya kenang-kenangan?'     

'Padahal kau tahu, Belhart selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dan baru murah seperti ini.. kau pikir dia akan mau menerima dan menggunakannya?'     

Monna lalu menggeleng dengan tidak karuan. Merasa logikanya mulai goyah dan Monna sendiri tidak mengetahui kenapa dia bisa menjadi seperti itu.     

Sang penjual sudah kembali menggunakan taktik dagangnya.     

"Bros ini terbuat dari batu Amethyst ungu. Diasah khusus dan dibentuk sedemikian rupa agar menyerupai bentuk aslinya yang elegan. Mata Anda sangat jeli, Nona. Bisa membedakan mana benda yang berkualitas dan mana benda yang tidak berkualitas. Batu Amethyst adalah salah satu batu yang paling banyak dicari akhir-akhir ini. Namun warna ungu sangat jarang ditemui. Maka, apa Anda tertarik untuk membelinya?"     

Monna sudah langsung menatapnya enggan.     

"Aku ragu, Tuan." Jawab Monna benar-benar ragu dan tidak tahu apakah dia harus membeli benda itu atau tidak.     

Sang penjual sudah kembali menggunakan taktik dagangnya yang hebat.     

"Anda pasti sangat berminat. Karena tatapan mata Anda tidak pernah lepas melihatnya. Sangat tertarik dan pilihan Nona sudah sangat benar. Harganya pun sangat murah dan tidak mahal sama sekali. Anda tetap masih akan ragu sekalipun saya mengatakan bahwa benda ini hanya satu dan langka? Sehingga Anda pasti akan sangat kesulitan untuk menemukannya kembali ketika Anda melewatkan kesempatan ini?"     

Monna segera saja tertawa.     

"Begitukah?"     

Sadar bahwa cara perdagangan yang digunakan oleh bapak tua ini cukup pintar dan mengundang minat. Namun sadar bahwa itu semua adalah kebohongan. Karena sekalipun jarang dan sulit ditemukan, batu Amethyst sebetulnya bisa dia dapatkan dengan mudah di kota seberang.     

Memiliki tambang yang kaya dan tinggal menggali lebih jauh hingga dalam. Maka batuan Amethyst bisa didapatkan. Monna sadar, pada masa ini memang jarang ada yang memperdagangkannya.     

Namun tidak menjadi kesulitan besar untuk dia bisa mendapatkan batuan itu dan memolesnya dalam bentuk apapun dengan bantuan ayahnya.     

Tapi, kenapa mendengar ucapan sang penjual. Monna jadi semakin tergerak untuk membelinya. Sadar betul bahwa Chemistry yang dia temukan pada bros itu tidak bisa dia abaikan. Monna akhirnya memutuskan untuk menyerah.     

"Baiklah. Aku akan membeli bros ini. Dan katakan saja berapa harganya,"     

Sang penjual sudah tersenyum dengan ceria.     

"Hanya 50Don, Nona. Harga yang cukup murah untuk sebuah bros yang menawan,"     

Monna lalu melirik Lily. Memintanya untuk membayar. Lily kemudian menurut dan mengeluarkan uangnya. Membayar dan sedikit mengerutkan kening ketika dia sadar sesuatu.     

Namun belum mengatakan apapun sampai Monna mengambil bros yang dia beli lalu berjalan pergi. Kemudian berbisik.     

"Nona, apa bros itu tidak terlalu mahal untuk ukuran pernak-pernik murah yang Anda beli di sebuah pasar dagang?"     

Monna kemudian meliriknya sedikit.     

"Ya. Tapi itu bukan masalah karena penjual itu pandai melihat pembelinya. Tahu bahwa kita mungkin saja salah satu bangsawan yang memiliki banyak uang dan tidak akan terkejut dengan harga tersebut. Aku yakin, penjual itu sengaja memberikan harga tinggi setelah menyadarinya."     

Lily lalu berucap kembali dengan bingung.     

"Lalu, kenapa Anda tidak menawarnya? Bukankah itu bisa menjadi kebiasaan yang buruk? Dan Anda harus menegurnya?"     

Namun Monna mengangguk pelan.     

"Ya. Kau benar. Namun karena aku bisa melihat kesulitannya melalui jumlah barang dagangan yang masih banyak dan sepertinya kantong hasil penjualannya belum mengendut. Aku rasa tidak ada salahnya jika aku mengisinya sedikit,"     

Membuat Neil menatapnya cukup dalam ketika dia menemukan satu lagi sifat baru Cattarina yang dia ketahui tidak pernah berdermawan. Sementara Lily bisik-bisik menuju Tuan Putrinya yang begitu peka dan royal.     

"Aku semakin bangga pada Anda, Tuan Putri. Dan Anda sekarang semakin hebat dan dewasa. Peka pada sekitar bahkan sampai pada hal kecil sekalipun. Saya semakin menyayangi Anda, Yang Mulia."     

Neil kemudian maju untuk bicara.     

"Kita harus kembali sebelum terlambat," ucapnya langsung tanpa menunggu lebih lama.     

Monna lalu mengangguk.     

"Baiklah. Lalu sekarang kita harus bersembunyi dimana?" tanya Monna melirik kesana kemari untuk mencari tempat kosong. Karena anak menjadi aneh dan mencolok apabila mereka bertiga mendadak menghilang secara bersama-sama di tengah-tengah kerumunan orang.     

Neil lalu menunjukkan jalannya.     

Memilih salah satu bilik lain yang bisa menjadikan tempat bagi mereka untuk berpindah tempat.     

Lily tanpa sadar berucap dengan gemetar.     

"Saya sepertinya tidak bisa ikut, Yang Mulia." Ucap Lily menahan semua orang.     

Lily lalu menambahkannya.     

"Saya tidak bisa melakukan perpindahan tubuh kembali, Yang Mulia. Efek sampingnya kurang menyenangkan dan masih terasa hingga sekarang. Saya mungkin lebih baik memilih jalur normal dan biasa. Lalu Anda menggunakan jalur yang disediakan oleh Ksatria Neil,"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.