Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 69 ( Penghalau Nasib Buruk )



Chapter 69 ( Penghalau Nasib Buruk )

0Monna yang terlihat ragu untuk menyerahkan sebuah bros apik warna pun. Tidak bisa menghentikan gerakan cepat Belhart untuk langsung meraih bros tersebut. Merebutnya tanpa membiarkan Monna berkempatan kembali mengambil cindera mata yang khusus dia hadiahkan padanya.     

Monna lalu memperhatikan gerakan cepat itu dengan sedikit begong.     

Tahu bahwa Belhart tidak suka berbasa basi. Namun, tidak tahu kalau Belhart sangat menyukai hadiah.     

Belhart lalu berucap.     

"Tidak baik menolak pemberian seseorang. Dan tidak baik juga ragu ketika ingin memberikan hadiah pada seseorang. Kau hanya akan membuat orang yang menerimanya ikut ragu,"     

Sehingga Monna kemudian bertanya dengan penuh slidik.     

"Lalu, apakah Anda kini menjadi ragu untuk menerima hadiah pemberian dari saya atau menolaknya?"     

Belhart seketika menjawab yakin.     

"Kenapa aku harus menolaknya dan kenapa juga aku harus ragu?"     

Belhart kemudian memperhatikan bros mungil pemberian istrinya. Menatap serius batu bulat dengan ukiran naga dan ular di sampingnya. Bros itu seolah bukan sembarangan bros. Selain karena belum pernah melihatnya.     

Warna dari bola mata bros tersebut seolah tidak asing. Sehingga Belhart yang penasaran kemudian bertanya dengan cukup ingin tahu.     

"Warnanya sangat tidak asing. Bukankah warna ini sangat mirip dengan..."     

Monna dan Belhart lalu berucap secara bersama-sama ketika Monna tanpa sadar mulai menyalip ucapan Belhart.     

"Bola mata Anda,"     

"Bola mataku?"     

Seolah memikirkan hal yang sama dan memang seperti itulah yang menjadi alasan kenapa Monna secara sengaja dan tidak sengaja membeli bros tersebut.     

Keduanya lalu saling menatap ketika kebetulan kompak mengutarakan isi pikiran mereka.     

"Kau tahu cukup jelas apa warna mataku, padahal kau lebih sering menunduk dan tidak berani menatapku?"     

Segala informasi ini mengejutkan Belhart.     

Namun tidak bsia dipungkiri bahwa ada sebagaian besar dalam diri Belhart yang merasa sangat senang karena Cattarina ternyata sangat perhatian padanya.     

Mengenalnya sangat baik ketika bahkan tidak banyak orang menyadarinya karena warna mata Belhart lebih sering menjadi gelap ketika dia memunculkan hawa kelamnya.     

Monna kemudian memberikan alasannya.     

"Semua itu bisa terjadi karena kita lebih sering bersama, Yang Mulia. Sehingga tidak mengherankan jika saya tahu hal yang lebih sensitif semacam itu,"     

Monna lalu buru-buru mengoreksi ucapannya.     

"Maksud saya, Belhart."     

Belhart kemudian mengangguk paham dan cepat mengerti. Setuju dengan penjelasan tersebut dan membenarkan.     

Kalau begitu pakaikan bros itu padaku.     

Monna selama sepersekian detik berkedip. Menatap dengan sedikit ragu. Bamun pada akhirnya menyanggupi.     

"Baik. Dan kemarilah," ucapnta sembari ikut maju dan memasangkan bros yang tidak sengaja dia beli pada baju Belhart.     

Monna lalu tidak bisa menyembunyikan sudut bibirnya yang naik.     

Merasa bangga karena bros yang dia pilih secara khusus ternyata tidak buruk.     

Ucapan Belhart lalu membuyarkan isi pikirannya.     

"Aku juga punya sesuatu untukmu,"     

Sangat kebetulan dan begitu tepat waktu. Belhart ternyata juga ingin memberikan sesuatu padanya?     

Sembari memperhatikan Belhart mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Monna beberapa kali menebak-nebak.     

Apa yang ingin Belhart berikan?     

Sebuah hadiahkan? Atau sebuah surat peringatan dan pinalti?     

Tidak-tidak.     

Jangan ngaco, Monna.     

Ini bukan stadion sepak bola. Jadi darimana kau bisa mendapatkan kartu akses pinalti?     

Kau ingin menghukum dirimu sendiri dan keluar dari novel ini?!     

Dengan yakin, Monna menjawab sendiri pertanyaan.     

Ya. Jika itu bisa, batinnya.     

Monna lalu menerima sesuatu dari Belhart.     

"Jimat?"     

Di zamam ini, jimat juga ternyata sangat populer?     

Seolah tidak merasa asing dan aneh. Monna lalu menatap Belhart.     

"Anda memberikan saya jimat? Tapi untuk apa?" tanya Monna tidak mengerti.     

Belhart lalu menjawab.     

"Untuk menghalau segala nasub buruk dan juga mimpi buruk. Aku yakin jimat itu mungkin ampuh,"     

Monna seketika menyipitkan mata dan mengernyit.     

"Nasib buruk dan mimpi buruk? Bagaimana Anda bisa tahu kalau aku.. apa aku sering menginggau ketika tidur?" tanya Monna dengan cukup terkejut ketika dia memikirkan sesuatu dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.     

Apa gaya tidurku memang seburuk itu?     

Berada di bawah alam sadar dan sama sekali tidak tahu bagaimana posisinya ketika tidur. Cattarina yang Monna tahu pasti akan sangat cantik layaknya putri tidur dalam dongeng. Namun, jika mendadak wanita itu mengigau dan mengutarakan hal yang tidak-tidak. Monna merasa tidak yakin dengan ucapannya.     

Sementara Belhart justru menjadi ragu apakah dia harus mengutarakan apa saja yang Cattarina ucapkan dalam mimpinya. Atau tetap merahasiakannya. Namun, bukankah saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk mengorek banyak informasi soal mimpi menyebalkan itu?     

Mimpi yang dikabarkan memiliki keterkaitan dengan masa depan. Dan mimpi yang dikabarkan mungkin akan terjadi dan terlaksana sekalipun yang bersangkutan menghindarinya.     

Namun, ketika melihat wajah serius Cattarina kembali. Ada semacam keraguan dalam benak Belhart. Padahal, baru hanya sebentar Cattarina terlihat lebih rileks dengan memberikan sebuah hadiah padanya.     

Tapi, Belhart ingin mengusiknya kembali tepat sehari sebelum keluarganya akan bertandang ke istana untuk menemuinya?     

Tidak-tidak.     

Bukan ide yang baik mengacaukan hari-harinya sebelum bertemu dengan keluarganya. Belhart pada akhirnya memutuskan untuk menundanya.     

"Ya. Kau mengigau sangat banyak dan menganggu tidurku. Membuatku sangat tidak nyaman sekalipun kita tidak tidur dalam satu ranjang,"     

Sebuah ide gila mendadak terlintas dalam benak Belhart. Tersenyum dengan penuh arti dan merasa dirinya akan jauh lebih baik jika dia melaksanakan apa yang dia pikirkan.     

Monna pun membalas Belhart denga sangat terkejut.     

"Aku? Sungguh-sungguh mengingau? Dan igauanku sangat mengusik Anda?"     

Oh, demi Tuhan! Dan demi apapun itu! Apa ini semua bercanda? Dan karena alasan itukah pagi ini, ketika Monna baru saja membuka mata dan menghirup udara segar di pagi hari. Belhart dengan tanpa kesengajaan, melototinya seperti akan menikamnya?     

Karena dia sangat terganggu dengan gaya tidur istrinya sendiri?     

Monna lalu berucap lemah.     

"Kalau begitu, jika Anda merasa sangat terganggu. Anda bisa mengatur kamar baru untukku. Karena tidak baik juga jika saya terus menganggu tidur Sang Putra Mahkota dan membuat rutinitas pekerjaan Anda terpengaruh. Saya bisa membicarakannya dengan kepala pengurus istana,"     

Belhart lalu memotong.     

"Itu tidak perlu selama aku masih mengatasinya. Namun, pastikan saja jimat itu selalu kau bawa dan kau letakkan di samping atau bawah bantalmu agar kau tidak menggangguku lagi,"     

Monna langsung buru-buru menyetujuinya.     

"Oke. Aku mengerti dan akan melaksanakannya. Namun..."     

Merasa ragu untuk berkata dan bertanya lebih jauh. Monna akhirnya tetap mengutakan pertanyaannya.     

"Bagaimana Anda bisa mendapatkan jimat ini? Dan bagaimana juga Anda bisa percaya dengan semua ketidakmasuk-akalan ini? Padahal Ada biasanya menentang sesuatu yang berbeda dari.."     

Monna mendadak menghentikan ucapannya.     

Jika semisalnya saja, Alliesia memiliki kekuatan khusus untuk menyembuhkan orang atau bahkan memberikan energi positif pada orang lain. Lalu Neil yang memiliki untuk berpindah tempat sesuka hatinya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.