Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 70 ( Sangat Cocok )



Chapter 70 ( Sangat Cocok )

0Dan terakhir, tempat suci memiliki kemampuan khusus terkait sihir dan ilmu putih mereka.     

Bukankah tidak aneh jika Belhart percaya dengan segala informasi takhayul yang munkin diceritakan oleh sang pemberi jimat. Terlepas darimana pun dia mendapatkannya. Maka, mungkinkah pertanyaannya sekarang yang menjadi terkesan aneh?!     

Namun Belhart nampaknya tidak mempermasalahkan keanehan ucapan Monna yang masih belum membiasakan diri dengan segala hal magis diluar nalarnya.     

Terbiasa hidup secara biasa dan terpaku pada hal logis. Tanpa berpikir muluk-muluk. Menjadikan Monna sebagai pribadi yang selalu mengedepankan logika dan fakta ketimbang apapun.     

Itu sebabnya, selama ini dia selalu berpikir bahwa jika kau bekerja. Maka kau akan mendapatkan uang. Dan jika kau tidak bekerja, kau tidak akan mendapatkan uang satu sen-pun. Terlebih, tidak ada yang namanya jalan pintas.     

Atau segala sesuatu yang berhubungan dengan paranormal. Tidak ada sesuatu yang instan dan tidak ada sesuatu yang ajaib yang bisa mengubah nasib sialmu menjadi keberuntungan.     

"Aku hanya sekedar mencoba apa yang bisa aku lakukan?"     

Selain terdengar kurang memiliki banyak kuasa dna terjebak pada satu-satunya harapan yang bisa Belhart pegang. Monna seolah menyadari bahwa ucapan Belhart memiliki banyak kelemahan dan kebenaran.     

Namun apa yang membuat belhart terdengar begitu lemah? Karena mimpi buruknya? Memangnya seburuk apa mimpi buruk yang Monna mimpikan?     

Karena setahu Monna hanya satu mimpi paling buruk yang akhir-akhir ini sering mengganggunya.     

Belhart menyadari keseriusan pola pikir Cattarina langsung mengajaknya keluar.     

"Lebih baik kita keluar dari kamar dan menghirup udara. Sambil membicarakan soal rencanamu besok dan bagaimana komentarmu soal rencana yang aku buat,"     

Perhatian Monna sepenuhnya jadi teralihkan.     

Merasa tertarik dan terkejut. Monna lalu merasa terpancing.     

"Anda sudah mengatur rencana? Rencana seperti apa?"     

Tidak tahu bahwa Belhart ternyata memiliki ketertarikan sangat banyak pada pesta penyambutan keluarganya besok.     

Belhart lalu menjawab.     

"Tidak banyak. Namun cukup untuk membuat kedua orang tuamu merasa sangat diterima,"     

Monna sudah langsung merasakan penasaran yang tinggi. Bukan hanya karena bagaimana hasil penyambutan itu akan dilaksanakan. Melainkan karena sikap Belhart yang kian lama kian berubah dan tidak sesuai denga alur cerita yang dulu pernah mereka alami.     

Monna kemudian berpikir dengan keras bagaimana segala kemungkinan itu bisa terjadi.     

Bukan hanya saat ketika dia menolak pernikahan dan dengan yakin Belhart sungguh-sungguh ingin menikah dengannya demi sebuah alasan agar ayah juga keluarganya tidak dijadikan sebagai target pengkhianatan.     

Namun ada banyak saat juga ketika Belhart memberikan perhatian lebih padanya. Padahal dulu dia tidak pernah melakukannya.     

Mulai peduli dengan kondisi fisik Cattarina dan mimpi buruknya terlepas karena alasan tindakannya cukup mengusik Belhart ketika dia sedang tidur pulas.     

Belhart tidak pernah ingin berlama-lama tinggal hanya berdua dengannya. Namun selain hari ini, hari-hari mereka sebelumnya, Belhart entah bagaimana jadi lebih sering ingin bersama dengannya dengan berbagai situasi yang aneh.     

Sehingga sekarang, masih bisakah Monna terus terpaku pada masa lalu mereka yang kelam dan mulai berpikiran positif tentangnya?     

Mulai berdamai pada keadaan dan tidak berusaha bersikap antipati padanya.     

Sehingga mungkinkah pada akhirnya hubungan mereka juga akan menjadi sebuah hubungan tanpa adanya dendam dan juga kebencian?     

Monna yang tidak ingin berpikir jauh dan tetap waspada, memilih untuk menjalankan saja apa yang dia anggap benar. Karena toh, waktu yang dia miliki tidak banyak. Dan masih ada waktu sampai Belhart benar-benar menyadari perasaannya yang sesungguhnya.     

Monna lalu berpikir dengan sangat serius masalah apa yang paling penting mengikat mereka.     

"Alliesia.." ucap Monna tanpa sadar bahkan ketika Belhart masih berada di dekatnya.     

Belhart kemudian menoleh dan menatap heran. Bingung karena mendadak Cattarina menyebutkan nama Alliesia dalam kesunyiannya. Padahal dia sedang mengatakan serangkaian yang sudah dia susun.     

Mulai dari seluruh menu makanan yang sudah dia catat dan cari tahu tentang apa saja yang kedua orang tuanya sukai. Dan soal Asraff yang akan ikut diundang, Belhart tinggal menanyakannya langsung pada Asraff karena pria itu hari ini bekerja padanya.     

Melaporkan beberapa hasil pekerjaan dan bagaiamana solusi yang dua anjurkan untuk menyelesaikan masalah yang timbul.     

Pertanyaan Belhart terkait selera makanan tentu membuat Asraff luar biasa heran. Bertanya-tanya dengan cukup bingung namun tidak langsung mengatakannya. Karena Belhart ingin agar keluarga Cattarina membaca sendiri tulisan tangan putri dan adik mereka yang secara khusus mengundang ketiganya untuk datang ke perjamuan keluarga.     

Belhart lalu sedikit mengerling.     

"Ada apa? kenapa kau mendadak menyebut nama Alliesia dengan wajah bingung seperti itu? Kau sedang mencarinya? Dan kau mencarinya dan kau ingin bicara berdua dengannya?"     

Monna spontan menggeleng. Lalu menganguk. Kemudian menggeleng kembali karena tidak merasa yakin.     

Dimana Monna sebetulnya tidak ingin bicara dengannya. Tapi sepertinya perlu bicara beberapa hal yang sangat penting terkait hubungannya dengan Belhart.     

Namun, kenapa Monna merasa keduanya seolah tidak memiliki hubungan spesial apapun? Sama-sama hanya seperti seorang Putra Mahkota dengan bawahan semata. Walaupun Monna sempat berpikir bahwa mereka cukup dekat satu sama lain.     

Tapi bukan seperti itu yang Monna inginkan.     

Ingin mereka saling mendekat secara pasti. Namun kenapa perjalanan cinta mereka seolah berjalan sangat lambat padahal Monna sudah memberikan kesempatan yang sangat banyak.     

Monna kemudian teringat kembali pada makian Belhart yang terus menegurnya dengan keras bahawa dia tidak senang dengan segala usaha Cattarina untuk mencoba mendekatnya dengan Alliesia dengan alasan apapun.     

Monna spontan berdeham pelan dan merinding. Ketika dia juga mengingat bagaimana Belhart sampai mati-matian berkata bahwa dia tidak akan menceraikannya?     

Rasa pusing dan lelah kini mulai menyerang Monna karena dia sama sekali tidak mengerti dimana letak kesalahannya dan dimana letak kekeliruannya.     

Dimana Monna memang berencana untuk merubah jalannya hidup Cattarina yang tragis menjadi bahagia. Namun, apakah semua ini sudah benar dan tepat?     

Kenapa Monna justru merasa mungkin lepas dari maut? Namun dia seolah akan di penjara hidup-hidup di bawah kungkungan Belhart?     

Sang sumber kegelisahan Monna langsung melambaikan tangannya di depan wajah Monna. Berusaha mendapatkan perhatiannya kembali. Belhart kemudian bertanya sekali lagi.     

"Kenapa? Kau tidak ingin menjawab pertanyaanku dan kau masih ingin berpikir secara acak soal apapun sesuka hati?"     

Seolah mulai bisa dipahami dan bisa dibaca pikirannya, Monna menangkap adanya sindiran yang sangat mengena. Sehingga Monna kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Belhart.     

Lalu menyadari ketepatannya dalam memberikan sebuah hadiah untuk pertama kalinya pada Belhart. Monna seolah melamun ketika mengungkapkan apa yang dia pikirkan.     

"Apa ini? Kenapa warna Amethyst Ungu ini sangat cocok denganmu?"     

Tidak sengaja melihat kilat mata Belhart yang mengenai cahaya. Warna ungu gelap mata Belhart terlihat sangat senada dengan bros Amethyst yang dia berikan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.