Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 83 ( Bayaran Atas Hadiah )



Chapter 83 ( Bayaran Atas Hadiah )

0Sudah banyak membantu. Namun sengaja tidak mengatakan apapun. Belhart seolah ingin bertindak sebagai pahlawan yang baik. Tidak mengacaukan acara yang sudah Cattarina susun dengan sangat bersusah payah.     

Belhart ternyata juga sudah bersikap sangat kooperatif sepanjang acara berlangsung.     

Tidak menunjukkan banyak pergerakan yang akan membuat Monna cemas atau gelisah. Monna lalu tidak bisa hanya berdiam diri dengan melihat dan merasakannya, tanpa mengucapkan apapun.     

Monna lalu memilih moment yang paling tenang untuk mereka berdua bicara. Setelah selesai mengantar kedua orang tua dan kakaknya menaiki kereta kuda untuk pulang.     

Monna lalu berucap dengan sungguh-sungguh.     

"Terima kasih," seru Monna pendek kata pada akhirnya. Demi untuk meninggalkan jejak kebaikan.     

Belhart seketika menoleh. Menatap dengan heran sekaligus tidak mengerti.     

"Terima kasih? Untuk apa?" tanyanya.     

@we.b.n.o.vel     

Monna lalu menjawab.     

"Terima kasih untuk semuanya. Bantuan Anda untuk mempersiapkan acara. Lalu mengizinkan saya mengadakannya. Dan bahkan membantu kakak mendapatkan hadiah untuk kedua orang tua kami sebagai hadiah peringatan pernikahan mereka. Saya hanya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya yang besar,"     

Menganggap rasa terima kasih itu terlalu berlebihan dan sebetulnya tidak diperlukan. Belhart lalu membalas datar.     

"Bukan masalah. Itu hanya hal sederhana dan sama sekali tidak sulit. Lalu, hitung-hitung sebagai bayaran balik atas hadiah istimewa yang sudah kau berikan padaku,"     

Dengan wajah lebih ceria Belhart menunjukkan pada Monna bagaimana bros yang dia berikan, langsung dia kenakan dengan percaya diri.     

Dan seolah membanggakannya pada beberapa orang yang berada di sekitarnya. Belhart ternyata juga secara terang-terangan menunjukkan bros yang dia kenakan pada orang lain. Sampai-sampai Asraff yang kebagian memperhatikan, menatap adiknya kala itu.     

"Kau baru saja memberikan sebuah bros pada Putra Mahkota?"     

Melirik Belhart dengan penuh arti ketika acara makan bersama masih berlangsung. Monna lalu mengikuti arah pandang Asraff.     

Mendapati Belhart sibuk berbicara sebentar dengan Hulck dan Neil. Monna dapat melihat dengan sangat jelas bagaimana bros ungu yang dia berikan, terjepit sempurna di dada sebelah kanan Belhart.     

Memberikan bros itu secara tidak sengaja. Karena tiba-tiba saja terbersit untuk membeli akibat warnanya yang terlihat familiar. Monna tidak mengira kalau Belhart akan langsung mengenakan bros itu pada acara keluarga meraka hari ini.     

Hanya barang murah dan bukan sesuatu yang mahal nilainya. Monna lalu mengangguk pelan pada kakaknya.     

"Ya. Aku memang yang memberikannya. Namun, aku tidak mengira Belhart akan mengenakannya langsung hari ini."     

Monna lalu mendadak memikirkan sesuatu.     

"Tapi, bagaimana kakak bisa tahu kalau bros itu pemberian dariku?" tanya Monna balik.     

Merasa belum pernah menceritakannya. Bahkan menunjukkan hadiah tersebut. Asraff seolah menjadi seperti paranormal.     

"Jelas saja aku tahu karena melihat ekspresinya," ucap Asraff sangat ambigu.     

Monna justru semakin dibuat tidak mengerti. Ingin melanjutkan penjelasannya, Asraff malah ditarik pergi oleh ayahnya yang membutuhkan komentar darinya ketika Kaisar Dominic bertanya beberapa hal padanya.     

Membicarakan soal pemerintahan dan kekaisaran, serta hal-hal politik yang tidak Monna pedulikan.     

Kembali ke masa sekarang, ketika Monna sudah meluruskan keinginannya untuk berterima kasih. Dan Belhart juga sudah menyampaikan rasa tidak keberatan sekaligus imbalan yang ingin dia berikan balik.     

Belhart dan Monna sama-sama menjadi saling canggung.     

Yang satu, masih tidak bisa menghilangkan seluruh ingatan lengkapnya soal apa yang Cattarina tulis dalam buku pribadinya.     

Yang satu lagi, masih bertanya-tanya semalaman kemana saja teman tidurnya. Tidak tidur bersama dalam satu ranjang. Namun merasa hampa hanya karena tidak merasakan keberadaan Belhart yang biasaanya mencekam.     

Ada ruang kosong yang tidak bisa Monna jelaskan bagaimana sesuatu yang kecil itu mengusiknya.     

Menyita banyak perhatiannya, tanpa dia sadari.     

Monna yang tidak mengerti sekaligus tidak ingin berpikir jauh. Memilih untuk mengalihkan sejenak perhatiannya.     

Menelusuri jalan yang cukup panjang ketika mereka harus kembali ke dalam istana mereka untuk melakukan rutinitas masng-masing.     

Monna sempat mengira kalau Belhart akan kembali ke ruang kerjanya. Melanjutkan pekerjaannya dan mungkin mengurung diri di sana selama berjam-jam. Belhart justru hanya berdiri diam dalam kenangan masa lalunya.     

Berdiri menghadap salah satu taman istana yang dia lewati. Poros matanya terus bergerak mengikuti memori yang tidak sengaja dia ingat dalam otaknya.     

Monna yang awalnya berjalan sejajar dengan Belhart, mendadak sadar Belhart sudah tertinggal di belakangnya. Berbalik dan mengamatinya. Monna lalu berjalan maju ke arahnya.     

Menatap dengan heran ketika pusat perhatian Belhart terus pria itu arahkan pada pepohonan yang sama sekali tidak berbeda dengan pepohonan yang lain.     

Monna lalu bertanya dengan heran. Ketika Hulck sudah pergi menemani Kaisar Dominic untuk kembali ke istananya. Sementara Neil, seperti biasa hanya diam dan bertugas mengamati dalam jarak tertentu.     

"Ada apa, Yang Mulia? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Anda?" tanya Monna dengan tatapan terus mengawasi.     

Tidak pernah bertanya. Dan untuk pertama kalinya menunjukkan keingintahuannya. Monna sadar pertanyaanya ini memunculkan ketertarikan tersendiri dalam sudut mata Belhart.     

Ingin bertanya bagaimana mungkin pertanyaan penasaran pertama yang Cattarina ajukan padanya sangat terlambat. Belhart justru malah membahas hal yang lain dalam lamunannya yang samar.     

"Apa aku masih ingat bagaimana pertama kali kita bicara di taman itu?"     

Seolah menunjuk melalui mata angin. Monna mengikuti arah pandang Belhart sekali lagi. Dan sadar bahwa ruang tanya yang sedang Belhart pertanyakan adalah taman istana.     

Monna masih saja bertanya dalam kebingungan.     

"Taman itu?"     

Melihat sekeliling sembari mencari titik temu yang Belhart bicarakan.     

Belhart kemudian mengangguk.     

"Ya,"     

Lalu melanjutkan.     

"Masih ingat bagaimana kita pertama kali berbicara di sini? Bicara hanya berdua. Tentang apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan dan tentang apa yang sebenarnya kau inginkan. Aku masih ingat bagaimana ketakutannya kau ketika aku mendekat,"     

Masih belum bisa mengerti sebenarnya ke arah mana pembicaraan Belhart ingin dia tujukan. Monna sibuk mendengarkan dengan cermat menggunakan perasaannya yang tidak menentu.     

Belhat masih saja menjadi pembicara.     

"Berpikir kau aneh atau mungkin sekedar berakting. Perubahan sikapmu itu tidak mungkin bisa aku lupakan dengan mudah setelah hari itu. Mengira aku sudah melakukan sebuah kesalahan yang tidak aku sadari. Atau mungkin aku mengingatkanmu pada kenangan buruk. Kau, ternyata benar-benar memiliki kenangan yang sangat buruk terhadapku?"     

Seolah pertanyaan itu menusuk dan mengenainya tepat sasaran. Kegugupan Monna kian bertambah. Berpikir sudah berhasil mengatasi kecemasan dan juga kepanikannya terhadap beberapa hal tertentu terkait Belhart.     

Monna ternyata tidak bisa menutupi keinginannya untuk sedikit mundur ke belakang. Menjaga jarak dan membatasi diri. Belhart kemudian mengarahkan tatapannya pada langkah Cattarina.     

"Lalu lihat sekarang, ketika aku bahkan hanya sekedar ingin membahasnya. Kau sudah mulai bersikap waspada?"     

Monna lalu menelan ludah.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.