Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 89 ( Gadis Kecil Bermata Biru )



Chapter 89 ( Gadis Kecil Bermata Biru )

0Sesungguh tidak ingin menyampaikan fakta ini. Namun tidak ada fakta lain yang lebih ringan sekaligus menenangkan pikiran. Dibandingkan fakta mengejutkan lain yang tidak ingin Monna sampaikan, hanya demi untuk membuatnya merasa aman.     

Tidak mungkin mengatakan bahwa dulu, ketika mereka berdua sama-sama tidak pernah tahu bahwa mereka pernah saling bertemu dan dibenci oleh satu sama lain dalam kisah masa lalu Cattarina. Sejujurnya, Ligentd-lah yang membantu Cattarina mendapatkan sebuah racun.     

Tidak menyebutkan akan digunakan untuk apa. Namun dengan beberapa alasan, Cattarina mengancam Ligentd untuk membuatnya.     

Dengan takaran yang pas dan sangat akurat. Menyalahi aturan profesinya sebagai seorang dokter untuk menyelamatkan orang sakit. Ligentd justru diberikan pekerjaan yang tidak-tidak.     

Menciptakan racun mematikan hanya karena Cattarina yang dulu tahu bahwa Ligentd memiliki kemampuan yang handal dalam membuat beberapa racikan obat.     

Namun bukannya meminta dia membuat racikan obat yang ampuh untuk menyembuhkan luka atau sakit. Ligentd justru diminta untuk membuat obat penyebab luka yang tidak terlihat.     

Obat yang bisa membuat Alliesia benar-benar terluka dan tidak mempan terhadap ilmu penyembuhnya. Melalui beberapa hari dan minggu, Ligentd akhirnya berhasil membuatnya.     

Dan berkat hal itu juga. Ligentd pada akhir dihukum mati atas kesalahan besar yang dia lakukan.     

Maka Monna tidak mungkin menggunakan story ini, untuk semakin menarik ketertarikan Ligentd terhadap dirinya. Menggunakan cerita lain yang memang ada. Ligentd yang terkejut hanya sanggup bertanya.     

"Anda.. gadis kecil bermata biru dan rambut bergelombang itu?"     

Menyadarinya sekarang. Kemiripan antara gadis kecil itu dengan penampilan Putri Mahkota saat ini. Ligentd dibuat terdiam.     

Tidak tahu bagaimana harus merespon. Dan tidak tahu bagaimana harus menanggapi kekesalan yang pernah dia rasakan di waktu silam.     

Monna lalu menegakkan kepalanya dan bersikap bijak.     

"Semua sudah berlalu, Ligentd. Dan tidak ada gunanya kau masih kesal padaku,"     

Sadar masih ada sisa-sisa kebencian yang Ligentd simpan untuknya. Sekalipun dia tidak pernah tahu siapa gadis kecil yang dulu pernah menghinanya.     

Ligentd kini hanya bisa berdiam diri karena status Cattarina berada jauh di atasnya. Tidak mungkin sembaragan berucap dan memaki dengan kesal. Ketika dulu kemampuannya pernah diragukan saat memimpin sebuah seminar beberapa tahun yang lalu.     

Gadis yang dulu pernah menghinanya itu ternyata sudah tumbuh menjadi wanita yang sangat tidak terduga. Masih tetap nampak memukau. Namun Cattarina dewasa jauh lebih menawan. Sehingga tidak mengherankan apabila Putra Mahkota ingin menikah dengannya.     

Monna lalu menutup bukunya dan maju beberapa langkah setelah dia sudah berhasil berdiri dengan percaya diri.     

"Aku mengakui kemampuanmu saat ini, Ligentd. Itu sebabnya, aku menunjukmu. Tahu seberapa besar kelebihan yang kau miliki. Sekarang, setelah aku sudah memberikan pengakua. Bukankah kita impas?"     

Pernah tidak mendapatkan pengakuan dan sekarang sudah berhasil mendapatkan pengakuan darinya. Serta ditunjuk secara khusus untuk menangani sebuah kasus yang besar. Bukankah ini berarti mereka sudah impas? Tanpa bermaksud untuk menyepelekan sebuah masalah.     

Ligentd yang bahkan tidak bisa menentang, hanya memiliki satu pilihan.     

Mengalah dan menyetujuinya. Bersikap bahwa masalah itu sudah berlalu dan tidak perlu mengungkitnya lagi.     

Ligentd dengan sangat mengejutkan justru membalas.     

"Ya. Dan saya juga ingin mengaku. Berkat sindiran tajam Anda saat itu, saya bisa menjadi seperti ini. Tidak ingin direndahkan dan dianggap tidak berguna. Berkat ucapan berkesan Anda, saya bisa membuat keputusan yang besar,"     

Monna menepuk dua tangannya satu kali untuk merayakan keberhasilan Ligentd.     

"Kalau begitu selamat dan semoga kau bisa terus menunjukkan eksistensimu tanpa perlu bersusah payah,"     

Monna yang tidak ingin melanjutkan pembicaraannya menjadi lebih panjang. Memutuskan untuk pergi.     

Lalu kembali ke masa sekarang. Ketika satu masalah berhasil Monna atasi dengan baik dengan Dokter Ligentd. Belhart masih saja menunjukkan sikap sukar dimengerti?     

Entah apa yang dia kerjakan dan apa yang dia inginkan. Segala gerak-geriknya seolah menjadi teka-teki.     

Dimana di kehidupannya dulu, Belhart tidak pernah ingin berdekatan dengan Cattarina barang hanya beberapa menit dan jengkal. Namun bisa bersikap sangat profesional ketika mereka berada di depan publik.     

Sikapnya yang tidak menentu dan aneh terus menyiksa Monna.     

Tidak memberikan ruang untuknya bernapas.     

Belhart masih saja mempertanyakan kekakuan sikapnya.     

"Kenapa? Kau tidak akan tidur dan hanya duduk seperti itu? Menggunakan cara tidur yang unik. Kau ingin tidur dengan cara seperti itu?" tanya Belhart dengan segala keheranan yang dia buat-buat.     

Padahal Belhart sangat tahu kalau Cattarina saat ini sedang sangat tidak nyaman. Tidak pernah berencana untuk tidur bersama dengannya. Dengan segala kebohongan yang berhasil dia buat dengan mengatasnamakan ayahnya.     

Belhart akhirnya bisa membuat situasi berbalik.     

Membuat Monna tidak bisa membantahnya. Padahal demi hal apapun, Lomus Dominic tidak pernah memintanya untuk menggabungkan ranjang. Hanya cerita rekaannya. Lomus Dominic juga sebetulnya tidak pernah mengurusi urusan pribadi Belhart dengan Cattarina.     

Selain tentu saja soal pernikahan mereka yang sudah ditentukan dan dia dukung sepenuhnya tanpa diduga.     

Monna masih saja menatap dengan enggan.     

"Aku hanya sedang berpikir," ucapnya bimbang.     

membuat Belhart langsung meliriknya tertarik.     

"Berpikir? Apa yang sedang kau pikirkan?"     

Melirik dengan enggan juga ragu. Monna menyadari kalau culu Belhart tidak pernah begitu peduli padanya. Tapi sekarang, dari nada bicaranya. Monna bahkan bisa merasakan kepeduliannya yang cukup besar.     

"Aku hanya sedang berpikir apa aku sedang dibodoh-bodohi atau tidak," ucap Monna serius.     

Dan justru malah mengundang gelak tawa yang tidak bisa Belhart abaikan.     

"Haha... "     

Tawa pertama yang berhasil Monna lihat.     

Membuatnya duduk lebih tegak untuk memperhatikan tawanya lebih baik. Sehingga Belhart yang mungkin khawatir Cattarina salah paham segera berucap.     

"Aku bukan sedang menertawakanmu. Hanya saja, kata-katamu sedikit menggelitikku. Tidak pernah berpikir kau akan mengatakan itu dengan wajah serius dan.."     

Seolah tidak bisa melajutkan ucapannya.     

Karena memang kata-kata selanjutnya Belhart adalah,     

'dan kau sangat benar soal dibodohi-bodohi. Namun mungkinkah kau berpikir aku akan mengatakan hal itu?'     

"... dan untuk pertama kalinya. Aku bisa membaca isi pikiranmu?"     

Monna lalu menyipitkan mata.     

"Pertama kali?"     

Itu jelas bohong! Karena Belhart sudah berkali-kali berhasil membaca isi hatinya! Sehingga mungkinkah isi hati dan pikiran itu dua hal yang berbeda?     

Seperti ingin mempertimbangkan dan memilah mana jawaban yang lebih tepat. Monna lalu buru-buru menggeleng.     

Tepat ketika sepasang mata elang masih mengawasinya dengan ketat. Seolah sudah menetapkan target dan mangsanya. Monna lalu mengalihkan pandangannya karena gugup. Tidak berani membalas tatapan itu dan meluruskan kembali posisinya menghadap ke depan.     

Bukan ke samping ketika Monna sengaja ingin melihat tawa langka Belhart yang seperti sinar bulan di malam yang sangat kelam.     

Monna lalu buru-buru menyadarkan dirinya.     

Sadar, Monna! Dia itu iblis! Dan kau tidak bisa terpesona seperti itu!     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.