Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 92 ( Tidak Mungkin Adalah Orang yang Sama )



Chapter 92 ( Tidak Mungkin Adalah Orang yang Sama )

0Belhart yang penasaran pada masa depan sama sekali tidak mungkin bisa mencari tahu jawabannya dari Cattarina. Seperti menjadi sebuah rahasia yang hanya pencipta mereka yang mengetahuinya. Segala akhir dari masa hidup dan mati mereka tentu berada di tangan-Nya.     

Dan dalam bayangan Monna, ingatan soal Belhart yang membunuhnya masih kuat. Sementara dalam benak Belhart terlukis gambaran kuat keinginannya untuk menciptakan akhir yang bahagia untuk mereka.     

Membayangkan dua akhir cerita yang berbeda. Pada ujungnya cerita seperti apa yang akan disusun untuk keduanya. Tidak ada seorang pun yang akan tahu. Bahkan sekalipun kehidupan lampau sudah berulang beberapa kali dalam masa hidup Monna sebagai Cattarina saat ini.     

Monna jadi kembali merindukan kehidupannya di dunia nyata.     

Bukan karena kehidupan di dalam novel ini seolah tidak nyata. Namun lebih seperti ajaib. Monna justru merindukan kehidupan sehari-harinya yang biasa.     

Pusing memikirkan deadline dan berkeluh kesah pada macetnya jalan menuju ke rumahnya.     

Monna lalu mengingat kembali bagaimana sulit dan tidak berhasilnya dia menemukan petunjuk agar dia bisa kembali ke dunianya. Membaca serangkaian buku yang hanya membuat kepalanya pusing dan gegar otak seketika.     

Monna yang sudah asyik melamun seorang diri di taman belakang pagi-pagi buta, tidak bisa mengabaikan kekecewaannya terhadap nasib buruk yang menerpanya.     

Masih beruntung hingga saat ini tidak bersikap jahat seperti jalannya cerita dan menciptakan banyak musuh dalam lingkungannya.     

@w.e.b.n.o.v.e.l     

Monna yang tidak melakukan apapun masih harus mengurus fitnahan yang dilayangkan pada ayahnya. Masih penasaran denga tujuan dan siapa dalang dibalik perkara itu.     

Gemercik air danau yang Monna mainkan dengan melemparkan beberapa batu kerikil pun tidak bisa membuatnya sadar ketika Neil menyapanya. Mencari ke segala penjuru ketika tiba waktu baginya untuk berjaga-jaga dan menjadi pengawal.     

Neil lalu menyapa.     

"Ada ternyata ada di sini, Yang Mulia?"     

Hanya mengangguk lemah dan menatap kosong. Monna masih saja tidak menoleh. Memainkan terus batu kerikil yang membuatnya penasaran akan sampai sejauh apa dia tenggelam di dasar danau.     

Monna lalu berucap.     

"Kau tidak punya pekerjaan apapun?" tanya Monna mendadak. Neil lalu memasang telinga.     

"Terus membuntutiku kemanapun. Memangnya bahaya mengancam apa yang akan menyerangku ketika aku bahkan masih berada di dalam istana bersama dengan para dayang?"     

Menghentikan permainannya lalu menoleh ke belakang untuk menatap Neil. Neil agaknya sedikit menunduk.     

"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya hanya sekedar menjalankan tugas dan mohon pengertiannya,"     

Monna lalu melempar asal putaran matanya. Dan meladeni tanpa minat. Sementara Neil mengajukan pertanyaaan penasarannya.     

"Kenapa Anda masih ada di sini? Bukankah Anda seharusnya bersama dengan Putra Mahkota untuk bertemu dengan Baginda Raja?"     

Monna menggeleng.     

"Pertemuannya ditunda. Dan aku tidak bisa pergi menemui Baginda Raja karena Blehart harus pergi menemui Hulck untuk membicarakan sesuatu,"     

Neil tanpa sadar langsung berucap.     

"Perihal Berdten Argentio?" seru Neil tanpa menyaringnya. Monna seketika berdiri. Menatap dengan serius dan menuntut penjelasan.     

"Apa maksudmu? Dan apa yang sebenarnya terjadi dengannya?"     

Neil kemudian melirik beberapa dayang yang masih berada di sekitar mereka. Menatap dengan ragu dan enggan menyebutkan kejelasan.     

Monna yang sadar, seketika melirik Lily dan Merri.     

"Menjauhlah dulu dan tinggalkan kami,"     

Lily dan Merri kompak menunduk lalu memberi hormat. Berjalan menjauh dari pinggir danau dan memberikan waktu bagi Cattarina juga Neil untuk bicara.     

Monna lalu menatap Neil kembali.     

"Katakan apapun dan bicaralah sesuatu,"     

Neil akhirnya membeberkan.     

"Berdten Argentio yang sengaja dibiarkan kabur dan berhasil menemui pemimpinnya. Namun sayang, pelaku sesungguhnya yang menyuruhnya tidak berhasil diketahui."     

Monna seketika melemparkan tatapan kosong. Tidak menutupi kekecewaannya dan menghela napas.     

"Jadi, sekali lagi kita gagal untuk menangkapnya? Seperti belut yang licin dan bukan kupu-kupu terbang," Monna tidak henti-hentinya merasa kesal.     

Sementara Neil nampak bingung ketika Monna membandingkan antara belut licin dengan kupu-kupu terbang. Monna yang menyadarinya lalu melengkapi.     

"Ya. Dan itu cukup mengesalkan!"     

Neil masih saja menampakkan wajah bodohnya. Tidak sepenuhnya paham tapi tidak juga bertanya. Monna lalu berucap.     

"Butterfly killers. Kau tidak tahu kalau Berdten Argentio adalah salah satu pemimpinnya,"     

Belhart justru mengernyit.     

"Itu tidak mungkin. Karena pemimpin aslinya bukanlah dia,"     

Monna seketika menunjukkan keheranannya.     

"Tidak mungkin? Bagaimana itu mungkin dan bagaimana kau bisa yakin?"     

"Sebaliknya. Bagaimana Anda bisa berasumsi bahwa mereka adalah orang yang sama?"     

Monna sedikit menimbang-nimbang.     

"Hanya kebetulan mendengarnya entah dimana,"     

Neil dengan yakin kembali menyanggah.     

"Itu jelas tidak mungkin."     

Seperti paten dan kenal dengan pemimpinnya. Monna justru balik bertanya.     

"Sebaliknya. Kenapa kau bisa sangat yakin dan menyanggahku? Ketika Putra Mahkota bahkan tidak menyanggahku seyakin kau? Cukup terkejut. Namun tidak mengatakan sesuatu yang sama persis dengan yang kau katakan. Sehingga aku mulai berpikir, mungkinkah kau kenal dengannya?"     

Tidak berani memberikan jawaban dan tidak tahu harus berkata apa. Neil memilih untuk diam.     

"Kenapa? Kau tidak ingin menjawab? Ada rahasia di dalamnya? Atau kau justru kenal secara langsung pada pemimpinnya??"     

Sedikit menegang. Neil memilih berbohong.     

"Tidak, Yang Mulia. Mungkin saya salah dan Anda mungkin keliru. Berdten Argentio tidak mungkin adalah pemimpin kelompok fraksi jalanan itu, dan cara kerja mereka juga berbeda."     

Seolah tidak berani memberikan keterangan lebih banyak karena takut mengusik seseorang. Monna akhirnya memilih untuk menerimanya begitu saja. Karena Monna sadar jika Neil sudah berpegang teguh pada keyakinannya yang kukuh.     

Neil tidak akan mungkin berbelot.     

Ugh!!     

Mengucapkan kata berbelot dalam hatinya saja seluruh kekesalan Monna jadi mencuat.     

Monna jadi ingin menjambak seseorang. Seseorang yang tidak akan mungkin Cattarina yang Agung lakukan. Namun mungkin Monna Rataliu yang sesungguhnya lakukan tanpa peduli bagaimana bencinya dia pada seseorang.     

Monna tentu bukan seorang yang terlalu suci. Akan kesal bila dibuat kesal dan akan sedih jika di kecewakan atau dilukai.     

Monna lalu menegakkan tubuhnya.     

"Daripada bosan dan hanya menunggu Belhart menjemputku sesuai janjinya. Aku lebih baik pergi sendiri menemui Baginda Raja. Ayo, antar aku dan tunjukkan jalan!"     

Tidak pernah pergi ke istana utama dan hanya berputar di istana kementrian dan istananya sendiri kediaman Marienatta. Monna hanya pernah beberapa kali berjalan di sekitar istana kecil di sekitarnya.     

Secara unik, istana raja ternyata di bagi dalam beberapa bagian utama dan sampingan. Terdiri dari 3 istana besar yang dikhususkan untuk Kaisar, Putra Mahkota beserta Putri Mahkota, dan beberapa pangeran kecil lain bersama dengan ibu mereka.     

Kaisar Dominic yang dermawan senang mengangkat beberapa anak untuk dia jadikan sebagai anaknya sendiri. Membesarkannya dalam lingkungan istana. Namun takut terlalu syok dengan kehidupan istana yang terkadang keras dan ketat.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.