Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 97 ( Melanggar Janji )



Chapter 97 ( Melanggar Janji )

0Cattarina mendadak merasakan rangsangan yang aneh. Sedikit merespon. Namun membenarkan posisinya kembali karena tidak ingin membiarkan Belhart berpikir yang tidak-tidak.     

"Saya tidak menginginkan apapun," ucap Cattarina.     

Mungkin ingin kau melepaskanku!, batin Cattarina jujur. Namun tidak mengutarakannya.     

Monna tidak kuasa mengernyit. Kesal karena terjepit pada situasi yang tidak dia inginkan. Monna bahkan sampai mengutuk detak jantungnya yang berdebar.     

Dasar bodoh! Kenapa kau mendadak jadi berdetak tidak karuan? Aku tahu kau gugup! Namun, jika kau terus berdetak seperti itu. Aku takut mungkin aku akan mati lebih dulu sebelum dibunuh olehnya!     

Monna ingin sekali mengacak-acak rambutnya.     

Gaya stress yang sering dia gunakan ketika sedang sangat frustasi dan tertekan pada saat dia masih menjadi Monna Rataliu.     

Belhart malah semakin maju dan mendekatkan diri. Mencium aroma tubuh Cattarina. Ketika dia mulai menjadi gila karena terlalu mendambakannya.     

Ingin menyentuh lebih dalam dan lebih dalam. Namun Belhart juga ingin melakukannya secara perlahan. Dengan hati-hati sampai membuat Monna mungkin terbuai dan menginginkan lebih.     

Dan melupakan segala imajinasi jahat yang ingin memisahkan mereka.     

"Aku sepertinya sudah mulai hilang akal. Sulit menahan keinginan terpendamku dan mungkin akan menjadi benar-benar gila. Jika aku tidak melakukannya sekarang,"     

Tubuh Cattarina sontak membeku. Mencium adanya bahaya dan dia harus lekas melakukan sesuatu.     

Monna akhirnya berucap.     

"Yang Mulia.. Saya-"     

"Bisakah kau memanggilku Belhart? Kita sudah menikah lebih dari setengah tahun. Namun kau masih juga bersikap asing dan hormat terlalu tidak pada tempatnya, terhadapku. Kau ingin menyiksaku? Atau kau ingin membuatku putus harapan?"     

"..."     

Menyanggah salah dan membela diri juga nampaknya akan salah.     

Monna memilih untuk diam.     

"Aku tahu aku sudah melanggar banyak janji. Tapi dalam berjanjian kita, tidak ada yang menyebutkan kalau aku dilarang menyentuhmu? Hanya diminta tidak melakukan hubungan sebagai suami istri selama satu tahun,"     

Belhart bergerak menyentuh kulit halus Cattarina. Menelusuri lengannya dan melakukannya secara perlahan sehingga menciptakan sensasi menggelitik.     

"Masih ada waktu sampai setengah tahun ke depan. Menurutmu, apa yang akan terjadi sebelum dan setelahnya?"     

Merasa sudah pernah mendengar pertanyaan yang mirip sebelum ini.     

Monna masih juga tidak mengetahui jawabannya. Dan ingat bagaimana dia sudah pernah mengatakannya.     

"Saya tidak tahu,"     

Masih merasakan sensasi aneh yang Belhart berikan padanya. Bisikkan pelan Belhart membuat mata Monna terpejam beberapa saat.     

"Ya. Memang tidak ada seorang pun yang tahu. Karenanya jangan mudah percaya pada siapapun dan mimpi apapun,"     

Monna lalu berbalik. Tidak kuasa terus disentuh dengan bebas karena mungkin iseng.     

"Apa maksud Anda? Saya tidak boleh mempercayai siapapun? Bahkan pada mimpi yang mungkin sebenarnya adalah gambaran masa depan?"     

Tidak tahu bagaimana Belhart begitu kebetulan membahas masalah ini. Ketika Monna memang terus memimpikan mimpi buruk yang sebenarnya bukan sekedar mimpi buruk. Melainkan cerminan nyata kehidupan Cattarina terdahulu.     

Monna mendadak merasakan otaknya perih.     

"Akh!!"     

Berseru dengan pelan juga menahan rasa sakit yang mendadak menyerangnya.     

Belhart segera bertanya.     

"Ada apa? Aku melukaimu?" tanya Belhart bingung. Ketika dia berpikir mungkin saja sudah bergerak dengan kasar. Namun hanya mengelus lembut lapisan kulit teratas Cattarina. Tidak akan mungkin menjadikan Cattarina menderita.     

"Tidak. Aku baik. Tapi, bisakah Anda berhenti menyentuhku lebih dulu?"     

Mencegah tangan yang ingin melayang bebas menggapai wajahnya. Monna serta merta menjauhkan diri.     

"Jika tidak ada yang bisa saya percayai. Lalu, kepada siapa saya harus percaya?"     

Belhart lalu menatap Cattarina lurus.     

"Kepadaku. Percayalah hanya padaku. Dan dirimu sendiri. Aku yakin semua bisa berubah, jika kita menginginkannya?"     

Monna dengan tawa pahitnya, merespon pernyataan Belhart.     

Namun, seolah tidak mengerti dan ingin mencari tahu lebih jelas pokok pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan. Monna lalu bertanya dengan sungguh-sungguh.     

"Apa yang bisa berubah dan apa yang harus aku rubah?"     

Curiga jika Belhart mungkin mengetahui sesuatu melalui mimpi buruknya. Monna tidak bisa membiarkan pembicaraan mereka mengambang ke arah yang kurang jelas.     

"Apa kau... mungkin mengetahui sesuatu tentangku? Atau apa mungkin, kau mendengar sesuatu dari orang lain?"     

Tidak pernah menceritakan soal ingatan masa lalunya pada siapapun. Monna hanya pernah bercerita pada dirinya sendiri seluruh susunan kegilaan dalam alur hidupnya. Tidak percaya pada siapapun dan tidak ingin melibatkan siapapun.     

Monna selalu menyimpan rapat segala ketakutannya ini.     

Bahkan pada kedua orang tuanya. Kepada kakaknya. Serta orang-orang yang berada di dekatnya. Monna tidak pernah sekalipun ingin berbagi kesusahan. Ingin melakukannya sendiri segala usaha yang bisa dia lakukan agar nasib buruknya itu berubah.     

Kini, Belhart yang seolah sudah menemukan sesuatu. Mendadak memintanya untuk percaya padanya?     

Percaya dalam hal apa dan mengenai pada?     

Mungkinkah, Belhart sesungguhnya sudah mengetahui sesuatu?     

Wajah Monna seketika menjadi tegang. Menantikan jawabannya. Dan berharap bukan sesuatu yang mencemaskan.     

Belhart dengan cerdik membalik pertanyaannya.     

"Apa yang sudah aku ketahui tentangmu? Dan apa yang bisa aku dengar dari orang lain?"     

Memberikan jawaban dengan mengajukan pertanyaan balik. Monna menekan bulat-bulan keinginannya untuk membeberkan jati dirinya.     

Tentang ingatannya dan tentang siapa dia sebenarnya.     

Karena, jika dia mulai bercerita pun. Dia tidak akan bisa memulai kata-kata pertamanya.     

"Entahlah. Aku tidak tahu. Karena itu aku bertanya. Mungkin sudah ada orang yang memprovokasimu. Mengatakan hal buruk tentangku atau bicara omong kosong?"     

Monna lalu menyipitkan mata.     

"Kau tidak mungkin juga sudah mengorek informasi tertentu padaku ketika aku tidak sadar bukan?"     

Menebak dengan sangat tepat dan hampir akurat.     

Belhart justru memberikan senyuman kecut.     

'Kau benar. Bukan hanya mimpimu yang berhasil aku sikap. Namun juga buku catatan pentingmu! Sudah berhasil membacanya. Hingga catatan pentingmu hari ini!'     

Belhart lalu mengingat-ingat kembali apa yang hari ini Cattarina tulis dalam bukunya.     

Masih kesal ketika Belhart pergi meninggalkannya terlalu lama dan menegurnya ketika dia pergi lebih dulu menemui ayahnya sendirian.     

Perasaan kesalnya itu ternyata juga Cattarina tampung dalam bentuk tulisan.     

'Aku sudah menuggunya berjam-jam dari pagi hingga hampir petang. Tapi dia malah menegur dan menyindirku pergi seenaknya. Memangnya dia pikir karena siapa aku bosan karena terus berada di dalam istana? Ingin mencari beberapa pekerjaan tertentu yang bisa menghiburku dan memastikan keadaan ayahnya! Memangnya aku salah, jika aku ingin mengecek keadaan ayah mertuaku sendiri?'     

'Seolah takut aku akan merebut ayahnya darinya. Memang dia pikir, ayahnya itu adalah barang yang tidak bisa menyadari dengan sangat jelas siapa yang menjadi darah dagingnya dan siapa yang tidak?'     

Gerutuan kesal itu entah mengapa justru membuat Belhart tertawa geli. Tidak bisa ikut kesal karena dimaki-maki. Namun merasa lucu membayangkan ekspresi cemberut Cattarina.     

Belhart lalu menurunkan sedikit kepalanya lebih ke bawah. Mensejajarkan pandangannya dengan Monna.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.