Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 103 ( Harus Tega Membunuh )



Chapter 103 ( Harus Tega Membunuh )

0Keterkejutan Monna kembali muncul tepat ketika tali kekang kuda kembali dihentakan. Membuat Monna yang baru saja bisa bernapas lega. Kembali menarik napas dengan tegang.     

Permainan kemudian dimulai.     

Berhasil mencuri start lebih dulu padahal tim Argedaff yang sampai di depan hutan lebih cepat. Kesenjangan ini membuat Argedaff nampak kurang senang.     

Sudah berbaik hati menunggu dan memberikan keseimbangan. Belhart justru mencuri start lebih dulu darinya?     

"Hei! Tunggu! Jangan bermain curang dan pergi meninggalkan aku begitu saja!"     

Sudah tidak memperhatikan dan menggubris.     

Belhart dengan sikap acuhnya memacu kuda memasuki hutan. Melewati jalan setapak dan mencari mangsa.     

Hutan yang mereka masuki pagi itu sangat sepi. Masih bisa mendengar gemersik dedaunan yang berterbangan dan saling bergesekan. Kicau burung dari kejauhan masih mereka dengar dan suara-suara serangga dan angin sepoi-sepoi mengiringi langkah mereka.     

hanya di @w.e.b.n.o.v.e.l     

Dua tim membagi jalur mereka menjadi dua bagian.     

Satu bergerak ke arah kiri pada percabangan. Dan satunya lagi ke sebelah kanan percabangan. Mulai dengan status nol dan menentukan teknik buruan mereka masing-masing.     

Belhart yang sudah sangat hafal seluk beluk hutan, memacukan kudanya semakin masuk ke bagian terdalam. Mengawasi dengan matanya yang awas. Belhart lalu berucap.     

"Kau hanya akan diam saja dan tidak akan melakukan apapun?"     

Menegur secara halus dan menatap dengan serius ketika Monna sama sekali tidak bergerak untuk memegang busur dan anak panahnya dengan yakin. Seekor kelinci yang baru saja lewat, pergi begitu saja.     

Terhindar dari tusukan anak panah yang mungkin bisa merengut nyawanya.     

Dengan tatapan gelisah, Monna merespon pertanyaan itu dengan tidak terlalu yakin.     

"Apakah kita harus membunuh mereka?" tanya Monna enggan.     

Entah bagaimana menjelaskannya, Monna merasakan tindakan mereka ini tidak benar. Bagaimana bentuk dan rupa binatang-binatang liar yang berada di dalam hutan. Mereka semua adalah mahkluk hidup yang sama seperti mereka.     

Memiliki darah, napas kehidupan dan otak yang bisa bekerja. Walaupun dengan cara yang tidak setara dengan manusia. Atau bahkan malah berada jauh di bawah manusia. Mereka tetap saja adalah satu kesatuan dalam mengisi bumi.     

Jadi bagaimana mungkin Monna bisa tega menusuknya?     

Menyadari keraguan itu, otak Belhart bekerja secara lambat.     

"Kau tidak tega melakukannya?" menatap dengan aneh. Dan separuh tidak mengerti. Belhart kembali berucap.     

"Bagaimana mungkin ada sebuah pertandingan berburu tanpa adanya hasil buruan? Dimana hal itu juga merupakan kegunaan dari anak panah yang kau bawa kemana-mana saat ini,"     

Sembari menatap anak panah yang dia pegang, Monna membalas.     

"Ya... tetap saja. Aku tidak merasa permainan ini benar. Hanya demi kesenangan pribadi melukai binatang. Padahal, mereka masih bisa hidup lebih lama dan berkumpul bersama kawanannya. Kita dengan kejam membunuhnya,"     

Belhart masih meladeni ucapan Monna.     

"Dan kau sudah melakukan itu bahkan ketika usiamu 8 tahun. Belajar berkuda dan memanah dari ayahmu kau sudah lupa berapa banyak binatang yang kau panahkan?"     

Tidak sanggup membalas dan memang telah sangat salah dalam memberikan argumen.     

Dalam ingatan Cattarina, Monna masih mengingat banyak hal. Bagaimana kemampuan handal itu sering Cattarina pamerkan pada kedua orang tuanya. Terutama sang ayah yang sudah mengajarinya memanah untuk pertama kali.     

Monna lalu beralasan.     

"Aku sudah lama tidak melakukannya. Dan entah bagaimana menjadi mulai enggan,"     

Belhart lalu mengajukan diri untuk bertukar peran.     

"Kau ingin aku yang memanah dan kau yang menunggang kuda?" tawar Belhart. Memberikan penawaran yang sudah pernah Monna ajukan.     

Monna lalu membalas.     

"Ya. Jika itu tidak merepotkan Anda,"     

Masih tidak ingin membuat perkara dengan Belhart dan memancing emosionalnya yang tidak stabil.     

Monna lalu menyerahkan busur dan anak panahnya. Mengambil kendali tali kekang dan mengucapkan beberapa kalimat setelah dia mengingat beberapa hal.     

"Tapi, tunggu. Bagaimana jika nanti Pangeran Argedaff mempertanyakan kontribusiku dalam mencetak skor?"     

Baru saja mengajukan pertanyaan yang terbersit dalam benaknya. Belhart sudah menembakkan anak panah.     

Tazzz..     

Sangat cepat. Sampai membuat Monna sulit melihat gerakannya. Mengenai satu sasaran yang bersembunyi balik semak-semak.     

"Kau berhasil?" tanya Monna yang langsung lupa dengan pertanyaannya sebelum ini.     

Belhart memicing. Turun dari kudanya dan mengawasi. Sebuah pluit kemudian dia bunyikan. Menghadirkan seorang ajudan yang kebagian tugas mengumpulkan mangsa hasil buruan setelah berhasil ditembak.     

"Buruan pertama dan skor 2,"     

Menangkap seekor rusa dan diberikan skor 2. Belhat lalu naik ke atas kudanya kembali. Membuat Monna berulang kali harus kesusahan menahan aroma tubuh Belhart yang mulai berkeringat.     

Sedikit gerah ketika sinar matahari mulai muncul dan hawa panas lebih terasa dibandingkan hari sebelumnya. Sekalipun mereka berada di dalam hutan yang rimbun.     

Mencicipi semilir angin lembut yang menerpa tubuh, wajah dan rambut mereka.     

Monna tanpa sadar mencengkram tali kekang terlalu kuat. membuat Belhart yang tidak sengaja melihat, menyadarinya dna meresponnya.     

"Ada apa? Posisinya tidak nyaman dan kau ingin kembali berganti posisi?"     

Menawarkan kembali tukar peran. Belhart kemudian menjawab pertanyaan Monna yang belum dia jawab.     

"Lalu jika Argedaff bertanya soal siapa yang mencetak skor kau tinggal mengatakan bahwa semua kau yang mendapatkannya. Karena itu, sekarang. Jika kau tidak ingin sampai kalah dari pertandingan. Kita tidak bisa hanya diam diri saja dan tidak melakukan apapun,"     

Sembari berpikir, Belhart lalu berucap.     

"Tiga ekor,"     

Berucap dengan sangat ambigu. Monna merasakan tatapan dan pendengarannya kosong.     

"Ya?"     

"Paling tidak sudah ada tiga ekor yang dia tangkap dalam kurun waktu 15 menit?"     

Monna lalu menatap dengan takjub.     

"Tiga ekor??"     

"Anda serius? Padahal kita baru menangkap satu,"     

Dengan licik, Belhart menyudutkan Monna.     

"Ya. Dan semua itu salahmu. Karena terlalu banyak ragu dan bicara,"     

Bukan bermaksud menyindir dengan kejam. Hanya ingin meminta Cattarina untuk fokus. Ucapan Belhart ternyata menusuk ulu hati Monna.     

Menatap dengan penuh sindiran bali. Monna mengakui kesalahannya.     

"Baik. Baiklah. Aku mengerti dan aku tidak akan mengganggu. Akan serius ketika aku lebih menginginkan kemenangan ini dibandingkan apa yang Anda pikirkan,"     

Monna dengan tanpa aba-aba menyerahkan tali kekang kuda pada Belhart. Mengambil alih tugas Belhart menangkap buruan. Meskipun Monna mengakui kemampuan Belhart.     

"Aku yang akan mendapatkan sisanya. Fokus saja melajukan kudanya menuju sasaran dan mencari kawanan mereka. Aku akan mencetak stok 4 dalam satu kali panahan,"     

Bukan 5 atau enam yang berarti lavel dari buruannya semakin tinggi dan sulit. Monna justru hanya memilih skor 4 yang berada satu tingkat di atas buruan pertama Belhart.     

Tersulut ketika Belhart menyalahkan dan menyebutkan kemampuan Argedaff yang tidak bisa dia remehkan. Monna lalu kembali bersikap seperti Cattarina. Wanita pemanah hebat yang sering memenangkan pertandingan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.