Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 105 ( Menunjukkan Kepedulian Melalui Tindakan )



Chapter 105 ( Menunjukkan Kepedulian Melalui Tindakan )

0Lihat apa yang Beppeni temukan sekarang!!     

Terus tidak bisa mengalihkan perhatian lekatnya dari Putri Mahkota.     

Mungkinkah apa yang dikatakan oleh Argedaff benar? Jika saja dia tidak mengalah, mungkin saja Pangeran Belhart yang akan membuat perhitungan dengannya?     

Meminta pertanggung jawaban dan meminta pertandingan ulang sampai istrinya menang?     

Segala pikiran konyol itu, langsung Beppeni singkirkan.     

Bukan karena dia berpikir itu tidak mungkin. Melainkan sangat mungkin.     

Belhart yang melihat sudah tidak ada yang perlu mereka lakukan di depan hutan. Mengajak semua orang untuk kembali. Akan menjamu tamunya minum dan makan bersama untuk mengisi perut atau menghilangkan dahaga.     

"Kita sebaliknya kembali. Dan aku sudah menyuruh beberapa orang untuk mempersiapkan jamuan,"     

Senyum senang Argedaff kemudian mengembang.     

"Waw! Perjamuan?! Aku selalu suka dengan kata-kata itu," ungkap Argedaff.     

Mendahului sang pemilih istana dan menuntaskan janjinya untuk memberikan hormat secara benar juga tepat pada sang pemenang.     

Beppeni dengan langkah kecil, mengikuti Argedaff. Mengejarnya dan memintanya menunggu.     

Belhart lalu mengajak Monna ikut serta.     

Mengulurkan tangan dan memberikan inisiatif pada Monna, agar dia bisa meraih tangannya dan membiarkan Belhart menuntun.     

Monna yang sempat ragu sesaat, meraih tangan itu untuk kesekian kalinya selama satu hatian ini. Menggenggamnya dan mengikuti Argedaff masuk ke dalam kereta kuda. Setelah berhasil membiarkan beberapa anak buah Belhart membereskan kuda-kuda mereka dan seluruh hasil tangkapan.     

Mereka berempat kemudian naik dalam satu kereta kuda bersama. Kereta kuda berukuran besar yang bisa menampung 4 orang dewasa sekaligus.     

Argedaff dengan niatnya yang sangat kentara. Sengaja menunjukkan kemesraannya dengan Beppeni. Berulang kali menciumnya secara terang-terangan dan melayangkan pujian sayang hingga kata-kata cinta yang mungkin memabukkan.     

"Gedaff, jangan seperti ini. Kau membuat Beppeni sangat malu dan tidak sanggup mengangkat wajah. Kita tidak sedang berduaan saja di dalam kereta kuda ini,"     

Menjawab dengan malu-malu. Namun masih memberikan senyum senang. Argedaff dengan wajah gembira membalas.     

"Kenapa harus malu? Kita semua sama-sama sudah dewasa. Tidak perlu ada yang ditutupi dan tidak ditunjukkan. Aku hanya ingin semua orang tahu kepedulianku padamu,"     

Masih menggoda dengan sangat ceria dan bersemangat.     

Dengan tatapan tidak percaya, Monna lagi-lagi tidak setuju dengan sikap Argedaff yang terlalu terang-terangan.     

Mengipas-ngipas wajahnya karena gerah. Dan merasakan sekujur ajah dan telinganya memerah.     

Dengan tatapan cukup sinis, Monna menegur Argedaff.     

"Aku sudah tahu kalian adalah sepasang kekasih. Dan aku sudah tahu seberapa besar kepedulianmu pada Nona Beppeni,"     

Mengakui niat Argedaff. Monna masih saja mengutarakan isi ketidak setujuannya.     

"Namun. Perlukah kalian bersikap sangat terbuka?" bertanya cukup tajam campur halus.     

Argedaff yang tidak menemukan satupun kesalahan. Membalas dengan wajah bodoh.     

"Terbuka? Padahal pakaian kami masih sangat lengkap?"     

Monna lagi-lagi menahan emosinya.     

"Ya. Dan dibandingkan seluruh niat terang-teranganmu untuk menunjukkan betapa kau peduli pada kekasihmu. Tidakkah lebih baik kalian diam dan tenang, ketika bahkan bukan hanya kalian saja yang berada di dalam kereta kuda ini? Tidak mengusik orang lain dan menghargainya. Aku rasa, itu adalah jalan yang paling baik,"     

Sekali lagi bersikap sangat tidak bersahabat dan berani pada Argedaff untuk menegurnya. Padahal biasanya Monna akan kesulitan untuk menunjukan emosinya pada Belhart.     

Monna lagi-lagi merasa kesal karena Belhart ternyata tidak menyediakan dua kereta kuda.     

Monna sekali lagi merasa serba salah.     

Jika Belhart menyediakan dua kereta kuda. Itu artinya Monna dan Belhart akan bersama dalam keheningan yang panjang juga sulit dalam kereta kuda.     

Tapi jika Belhart hanya menyediakan satu kereta kuda. Monna harus melihat kekonyolan Argedaff terus melayangkan cumbuannya pada Beppeni yang malu-malu tapi mau.     

Bermesraan dengan asyik, seolah tidak ada siapapun di dekat mereka.     

Argedaff justru menatap Monna dengan tatapan aneh.     

"Sebaliknya. Aku yang justru merasa cukup heran, Yang Mulia Putri. Kenapa kalian berdua hanya diam? Tidak menunjukkan kemesraan kalian dan malah saling membuang muka. Kalian.. ternyata sangat terlihat berbeda!"     

Mengepal dengan kesal. Sindiran itu justru membuat Monna berucap dalam hati.     

'Tentu saja aku dan Belhart tidak perlu sampai sepertimu! Dan tidak akan pernah! Bahkan ketika dunia ini runtuh!'     

Dengan tanpa perhitungan, Belhart menarik bahu Monna.     

Menjatuhkan tubuh Monna tepat ke arahnya. Dan menatap Argedaff dengan yakin.     

"Kami? Berbeda?" ungkap Belhart mendadak.     

Masih tidak menatap ke arah Monna. Namun sudut matanya terus mengawasi tanpa seorang pun tahu.     

"Berbeda semacam apa yang kau maksudkan? Tidak bermesraan sepertimu? Padahal kami sudah menikah dan kau terlalu berlebihan dalam menunjukkan perhatianmu terhadapnya?"     

Menunjuk Beppeni sebagai orang yang diberikan perhatian berlebih, melalui sudut mata.     

Beppeni yang ditatap, menunduk. Tidak kuasa mengangkat wajahnya ketika Putra Mahkota yang dia tahu dingin mengawasinya.     

Argedaff justru memasang wajah tebal.     

"Kami?" tanya Argedaff balik sembari melirik Beppeni. Mengangkat dagu Beppeni untuk lebih percaya diri.     

"Tentu saja tidak. Karena jika kami hanya berduaan, aku mungkin akan menyerangnya. Tidak memberikan ampun dan membiarkannya lepas. Aku termasuk binatang buas, Yang Putra Mahkota."     

Sangat senang berlaku sombong dan ahli di depan Belhart. Ucapan Argedaff yang berkonotasi mesum, membuat Monna cemberut. Sementara Belhart merasakan tenggorokkannya mendadak kering.     

Berdeham satu kali dan menggeleng.     

"Bukan jawaban seperti itu yang aku inginkan, Gedaff."     

Tidak ingin memperpanjang masalah dan memunculkan kebencian.     

Argedaff lalu memilih untuk mengalah.     

"Oke! Baiklah. Aku mengerti dan aku tidak akan terlalu frontal menunjukkan cintaku pada Beppeni,"     

Rasa mual dan ingin muntah seketika menjalar dalam kerongkongan Monna.     

Demi apapun! Argedaff sungguh pangeran yang sinting!!     

Tidak perlu ditanggapi dengan sikap logis karena hanya akan membuat lawan bicaranya menarik urat terlalu banyak dan cepat menua.     

Monna lagi-lagi harus mengontrol emosinya.     

Mengabaikan demi kebaikan. Sekalipun teguran itu sudah disampaikan. Argedaff masih saja tidak berubah.     

Ternyata dengan manja dan menggoda dengan centil.     

Belhart dan Monna sama-sama saling menatap dengan pandangan yang aneh. Tidak memberikan komentar kembali karena sadar peringatan mereka akan diabaikan.     

Belhart justru menatap dengan iri pemandangan di depannya. Menunjukkan ekspresi itu dengan baik dibalik wajah datarnya. Belhart agaknya cukup lama melirik Monna diam-diam. Menantikan hubungan mereka berkembang sepesat Argedaff dan Beppeni.     

Namun tidak ingin sesingkat hubungan Argedaff dengan seluruh mantannya. Belhart ingin hubungannya dengan Cattarina berjalan lama dan abadi. Membangun sebuah keluarga kecil dan keturunan yang berkepanjangan hingga ratusan abad kemudian dengan darah yang mengalir dari tubuh mereka.     

Pemikiran itu menghentakkan ekspresinya.     

Mulai ragu apakah mungkin keinginan itu bisa terwujud ketika wanita yang Belhart cintai takut padanya. Beranggapan bahwa Belhart mungkin saja akan membunuhnya dan menyiksanya sebelum meninggal.     

Ketegangan dalam raut wajah Belhart seketika muncul.     

Melanjutkan perjalanan dalam diam dan berusaha menetralkan ekspresinya kembali. Belhart beberapa kali menatap keluar dengan ekspresi kecewa.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.