Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 106 ( Menemukan Sesuatu yang Dicari )



Chapter 106 ( Menemukan Sesuatu yang Dicari )

0Hari-hari berikutnya berjalan sangat tenang. Tidak ada yang mencari ribut dengannya. Tidak ada yang berusaha menakut-nakutinya secara tidak sadar. Dan tidak ada juga yang terus memancing kebingungannya dengan segala tindak tanduknya yang membingungkan.     

Belhart nampak disibukan pada satu masalah.     

Entah masalah apa. Dan setiap kali Monna menanyakan pada Neil karena penasaran. Neil sama sekali tidak memberikan jawabannya. Menutup mulut dan berkata tidak tahu apapun. Padahal Monna sangat yakin Neil mengetahui sesuatu.     

Dan berhubungan erat dengan alasan Neil terus bolak-balik dari tempatnya menuju ke tempat kerja Belhart. Lalu, sesekali keluar istana untuk mengerjakan sesuatu. Segala rasa penasaran itu, membuat Monna memperkirakan bahwa mungkin saja ada sesuatu yang buruk akan terjadi.     

Namun masih berharap apa yang dia pikirkan salah.     

Alliesia kini menjadi teman bermainnya yang menyenangkan. Sudah melenceng dari jalan cerita novel. Dimana pemeran antagonis dan protagonis tidak akan pernah mungkin bisa akur. Dan sekalipun bisa terlihat akur, keakraban itu mungkin adalah tipu muslihat si antagonis.     

Namun demi hal apapun. Monna tulus ingin berteman baik dengan Alliesia. Bercanda gurau bersama dengannya, seperti dua orang yang benar-benar dekat.     

Monna dengan segala kebingungannya. Mendapati sikap Alliesia mulai sedikit aneh akhir-akhir ini.     

Melihat Alliesia lebih terlihat ceria dan terkadang senyum-senyum sendiri.     

Sikapnya yang sangat kentara mengundang banyak pertanyaan muncul dalam benak Monna.     

"Ada apa denganmu? Kenapa aku sering melihatmu belakang ini, sering senyum-senyum sendiri? Seperti membayangkan sesuatu atau mengingat sesuatu yang menyenangkan,"     

Monna lalu menatap Alliesia dengan tatapan membidik. Ketika mereka tengah melakukan tea time rutin mereka seperti biasanya. Bahkan terus menjadwalkannya dalam agenda.     

"Kau tidak ingin berbagi? Tidak ingin memberitahukan apapun ketika aku bahkan sudah menyadari kita semakin dekat,"     

Alliesia menunduk malu-malu.     

"Bukan seperti itu, Yang Mulia. Hanya sedikit merasa senang terhadap beberapa hal dan saya malu mengatakannya," ungkap Alliesia enggan.     

Rasa penasaran Monna malah dibangkitkan.     

"Senang terhadap sesuatu?" sebut Monna sedikit bernada.     

"Apa itu? dan beritahu aku," tambah Monna ikut ceria.     

Alliesia justru menggaruk wajahnya yang sama sekali tidak gatal.     

"Bukan sesuatu yang penting. Hanya saja..."     

"Hanya saja?"     

Merasa ragu dan kurang tepat jika menceritakannya sekarang.     

"Hanya saja.. saya menemukan sesuatu yang saya cari selama ini. Mungkin tidak berhubungan dengan mimpi yang selama ini sering saya mimpikan. Namun masih membuat saya bahagia,"     

Mendengar ada beberapa kata menarik. Monna sudah memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak.     

"Menemukan sesuatu yang kamu cari selama ini? Dan hal tersebut tidak ada hubungannya dengan mimpimu?"     

Kenapa beberapa situasi sering dihubungkan dengan mimpi?     

Sebenarnya dunia semacam apa yang Monna tinggali saat ini?     

"Ya, Yang Mulia. Itu benar dan sangat tepat," jawab Alliesia.     

"Sempat memimpikan seorang pria yang akan menjadi pasangan hidup saya selama ini. Namun entah bagaimana bayangan pria itu dari waktu ke waktu semakin jauh dan buram,"     

Monna masih berusaha mencerna ucapan Alliesia yang aneh.     

"Pria itu pada akhirnya tidak pernah muncul. Bergantian dengan pria lain dan kami baru mulai menjajaki masa pengenalan. Saya.. entah mengapa menganggapnya sebagai jodoh saya,"     

Masih belum paham dan mulai memilahnya satu persatu.     

"Tunggu sebentar. Jadi maksudmu selama ini kau sering bermimpi tentang seorang pria yang akan menjadi pasangan hidupmu di masa depan. Namun pria itu tidak kunjung datang. Hingga akhirnya kau bertemu dengan pria lain yang kau yakin bukan pria yang ada di dalam mimpimu. Tapi kau, bersedia menyerahkan seluruh hatimu padanya?"     

Mencerna dengan cepat. Namun kurang bisa memahami dengan baik keanehan ini.     

Alliesia dengan yakin memberikan jawaban.     

"Ya, Yang Mulia. Dan menceritakan ini membuat saya malu,"     

Tidak pernah menyangka akan berbagi cerita hati ini pada Putri Mahkota yang sekaligus akan menjadi calon Ratu.     

Alliesia mengakui kedekatan mereka.     

"Tapi, bagaimana kelengkapan isi mimpimu? Maksudku, bagaimana rupa calon pendamping masa depanmu? Lalu, bagaimana kau bisa menyebutkan pria itu semakin bergerak menjauh? Kau.. belum melihat wajahnya dengan jelas?"     

Jika Alliesia memang memimpikan Belhart, calon pendamping masa depannya. Alliesia seharusnya sudah bersikap aneh sejak lama. mungkin mendambakan mimpi itu menjadi kenyataan dan berharap besar pada Belhart.     

Lalu mungkin mulai memperhatikan Belhart dan memberikan perasaannya pada Belhart, setelah dia bermimpi.     

Sikap Alliesia yang netral, tidak memberikan keyakinan pada Monna bahwa Alliesia mungkin saja bermimpi secara absrud.     

Namun tidak bisa memungkiri bahwa mungkin saja mimpi itu sama seperti mimpi Cattarina yang menggambarkan masa depannya.     

Lalu, apa yang dilakukan Belhart dalam mimpi Alliesia? Kenapa Alliesia justru mengatakan bahwa pria itu bergerak semakin jauh dan buram dari waktu ke waktu?     

Ada sebuah kesalahan-kah? Atau ada sesuatu yang penting Monna lewatkan?!     

Masih sambil memutar otak dan memahami situasi. Alliesia memberikan beberapa kisi-kisi.     

"Emm... saya tidak bisa melihat bagaimana wajahnya. Namun dia seperti mengenakan pakaian kerajaan. Entah apa statusnya. Tapi saya melihat banyak lencana di pakaian kebesarannya. Bertubuh bidang dan tinggi,"     

Semua ciri-ciri itu sangat cocok dengan Belhart.     

Seperti digambarkan sama persis. Dan pria itu memang adalah Belhart. Monna menutup mulutnya tanpa sadar.     

"Lalu tidak tahu bagaimana saya bisa menjelaskan pada Anda lebih rincinya. Saya menafsirkan mimpi itu sebagai sebuah jawaban,"     

Menatap dengan sangat serius lalu mengulang.     

"Jawaban? Jawaban seperti apa?"     

"Pria yang awalnya menjadi jodoh saya di masa depan telah memilih calon pasangannya yang lain. Sudah bertemu dengan wanita yang dia cari. Begitu juga dengan saya yang sudah menemukan pria lain sebelum saya bertemu dengannya. Dan mungkin juga sebenarnya, kami tidak ditakdirkan bersama sejak awal."     

Monna bertanya dengan semakin heran.     

"Bagaimana hal itu mungkin? Tidak ditakdirkan?"     

Demi hal apapun. Dalam novel..     

Tidak! Untuk saat ini Monna sudah tidak bisa menggunakan patokan cerita dalam novel sebagai takdir masa depannya kembali. Sudah banyak hal yang melenceng dan membuatnya sakit kepala.     

Bahkan kini soal hubungan akhir yang bahagia antara Alliesia dengan Belhart pun pupus?     

Tidak memiliki jalur penghubung. Dan bahkan memisahkan diri pada pilihan masing-masing.     

Monna bergeming.     

Memisahkan diri pada pilihan masing-masing?     

Pilihan seperti apa dan kepada siapa? Memangnya Belhart punya wanita lain yang akan dia cintai?     

Lalu, apa ada wanita lain yang berada di sisinya? Kenapa Mona tidak pernah melihatnya? Ketika Monna berpikir bahwa Belhart dan Alliesia sebetulnya sudah cukup akrab.     

Terkadang tertangkap sedang bersama dan mengobrol santai.     

Oh, tidak! Kenapa seluruh situasi ini menyulitkannya!?     

Mungkinkah karena hal ini Belhart jarang terlihat?     

Sedang bersama dengan wanita lain, entah siapa. Itu sebabnya juga Neil tidak berani berkata apapun padanya. Karena Neil tidak ingin menyakitinya? Dan mungkin juga...     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.