Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 115 ( Menangkap Count Bourston )



Chapter 115 ( Menangkap Count Bourston )

0Berbohong dengan sangat pintar. Monna dengan tatapan tidak percayanya, tertawa pelan.     

"Begitukah?" rundung Monna.     

"Lalu, apa yang membawamu kemari?"     

Melirik sedikit ke arah Neil. Neil yang cepat tanggap, menunduk.     

"Saya akan pergi lebih dulu,"     

Belhart lalu bicara setelah Neil menjaga jarak lebih jauh dari keduanya.     

"Aku datang untuk minta maaf,"     

Sebuah kalimat yang sangat menggegerkan rongga pikiran Monna.     

"Apa yang baru saja Anda sampaikan?"     

Merasa salah mendengar dan mungkin berhalusinasi.     

Belhart justru menyindir.     

"Kau sengaja bertanya agar aku mengulanginya hingga dua kali?"     

Menggeleng dengan lemah ketika memang pendengarannya yang ingin dia periksa. Monna sekali lagi mencermati pendengarannya.     

"Anda... baru saja meminta maaf padaku?"     

Berbicara dengan separuh mengerti dan separuh tidak. Apa yang baru saja Belhart ucapkan?     

Permintaan maaf?     

Langsung dari mulutnya?     

Dan itu nyata?     

Bukan sedang bermimpi?     

Atau berhalusinasi?     

Dan mengkhayal?     

Masih dengan tampang bodoh.     

Tubuh Monna sontak merinding.     

Tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menanggapi. Belhart yang melihat kebingungan itu, berkata.     

"Kenapa? Kau tidak ingin menerima permintaan maafku?" bertanya dengan lugas. Monna spontan menjawab lemah.     

"Bukan seperti itu. Namun ini... pertama kalinya saya mendengar Anda meminta maaf pada seseorang. Terlebih pada saya? Anda ingin meminta maaf perihal apa?"     

Tidak ingin besar kepala dan salah menanggapi, Monna tentu perlu mendapat penjelasan.     

"Perihal bagaimana aku sudah membuat emosionalmu terbuang percuma dan menjadi tontonan. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu menjadi takut dan frustasi. Hanya ingin memberikan kejutan yang nampaknya kurang tepat sasarannya,"     

Monna dengan tenang membalas.     

"Dan saya memang sangat terkejut seperti yang Anda inginkan,"     

"Namun bukan terkejut seperti ini yang aku harapkan,"     

Dengan mata jernih itu, Monna menatap Belhart melalui tatapan mata Cattarina.     

"Ya. Dan Anda ternyata mengharapkan sesuatu yang baik untuk saya?"     

Menjawab dengan kerutan.     

"Tentu saja. Memangnya kau pikir aku mengharapkan apa?"     

Masih saja kesal setiap kali Monna berpikiran buruk tentangnya. Kenapa Monna selalu saja bersikap lain terhadap Neil. Memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan tidak membeda-bedakannya. Kecuali pada pihak keturuan raja.     

Apa Cattarina saat itu ingin mengatakan bahwa kesopanan dan keinginannya untuk bicara pada Belhart adalah hanya karena kesopanan dan keharusan semata?     

Tidak ingin beramah tamah dengannya dan mengenali sosoknya lebih baik dari orang lain.     

Monna kemudian merekah ulang situasi yang terjadi antara dia dan Belhart.     

Sempat mengira Belhart menjaga jarak darinya.     

"Anda sama sekali tidak menghindari saya?" tanya Monna dengan manik mata yang menatap lurus mata kelam itu. seiring berjalannya waktu, Monna kini sudah berani menatap mata itu. Entah sejak kapan dan dengan perasaaan baru.     

"Menghindar seperti apa yang kau maksudkan?"     

"Tidak tidur di kamar Anda dan tidak mengganggu... maksud saja bertemu dengan saja selama beberapa hari belakangan ini,"     

Belhart langsung menjawab alasannya dengan yakin.     

"Aku sibuk. Terlalu fokus pada penyelesaian tuduhan yang dilayangkan pada ayahmu. Aku sepenuhnya lupa sekitar dan.. "     

"Anda juga lupa pada saya dan kamar Anda?"     

Memberi kesimpulan pelengkap yang aneh. Belhart bingung meresponnya.     

Ingin mengatakan bahwa dia tidak mungkin lupa pada istri yang kini sudah menggerogoti seluruh memori otaknya.     

Kilasan balik bagaimana Belhart terkadang kembali ke kamar untuk mengecek kondisi Cattarina terlintas dalam ingatannya.     

Menatap wajah yang terpejam itu dengan beberapa macam perasaan. Belhart yang tidak ingin mengganggu tidur tenang itu, memilih hanya mengamati.     

Kembali ke ruang kerjanya diam-diam. Ketika seluruh kerinduan berhasil dia salurkan. Walaupun tidak terlalu memberikan kepuasan. Namun seperti ini untuk sementara waktu mungkin tidak buruk.     

Belhart lalu bertanya.     

"Kenapa? Kau terus mencari sosokku dan sulit untuk tidur tanpaku seperti sudah menjadi kebiasaan?"     

Bisa melihat Cattarina tidur dengan sangat nyenyak. Belhart tahu ucapannya ini hanya untuk mengolok-olok Cattarina dan membuat hati Belhart senang.     

"Aku memang merasa sedikit aneh ketika tatapan dingin tidak aku rasakan tepat sebelum tidur,"     

Dengan kening berkerut, Belhart merespon.     

"Aku menatapmu dengan dingin? Darimana kau berasumsi dan memiliki kepercayaan yang besar soal hal tersebut?"     

Monna lalu memutar bola matanya ke samping.     

"Entahlah.... mungkin hanya perasaanku saja yang kurang tepat,"     

Belhart memicing.     

"Bukan karena kau membayangkan hal buruk-buruk tentangku?"     

Tidak ada bantahan. Dan berarti itu benar.     

Monna terlihat mencari-cari jawaban yang tepat.     

"Mungkin memang karena sebuah kebiasaan?"     

Belhart pada akhirnya memutuskan untuk menyerah.     

"Lupakan. Dan tidak perlu berpikir keras. Aku sudah mengerti,"     

Menatap dengan ragu dengan pengertian apa yang Belhart maksudkan. Namun tidak bertanya banyak. Monna lalu berucap dengan satu sanjungan singkat.     

"Terima kasih," ucap Monna tulus dengan tatapan melembut yang hangat.     

Belhart kemudian bertanya.     

"Terima kasih untuk?"     

Seolah ingin membalas dan menunjukkan tampang bodoh sama seperti dirinya tadi. Belhart dengan segala keseriusan bertanya.     

"Terima kasih karena sudah membersihkan nama ayahku. Mengurangi tekanan yang membebaniku dan mengubah takdirku,"     

Tatapan penuh perhatian Belhart langsung terarah pada Monna.     

Membuat Monna yang sadar memberi penambahan.     

"Anda mungkin tidak mengerti bagaimana hal ini sangat berarti bagi saya. Merupakan satu-satunya kunci paling penting untuk mungkin mengubah masa depan,"     

Dengan pemahaman penuh, Belhart membalas.     

"Masa depan? Masa depanmu akan berubah karena aku membantu ayahmu?"     

Tidak bisa menutupi ketertarikan dan keingintahuannya. Belhart berusaha dengan keras mencari tahu lebih banyak.     

"Em, ya.."     

Menjawab sedikit ragu. Namun masih menambahkan.     

"Aku sering bermimpi buruk," ucap Monn akhirnya dan berjalan masuk ke dalam kamar setelah sadar mereka sudah terlalu lama berbicara di luar.     

Sudah seharusnya masuk dan bicara di dalam ketika Belhart menyuruh Neil menjaga jarak.     

Belhart lalu mengikuti dari belakang.     

"Mimpi buruk seperti apa?" tanya Belhart pura-pura bodoh.     

"Tentang keluargaku. Tentang masa depan kami," ungkap Monna dengan beberapa keringanan hati.     

Bisa memiliki niat untuk bercerita mungkin karena Belhart sudah banyak membantu. Dan hal itu memunculkan berbagai macam niat tulus Monna untuk membalasnya.     

"Aku tidak tahu apa Anda akan percaya atau tidak,"     

Tidak memberikan jeda, Belhart justru menyanggah Monna dengan cepat.     

"Aku percaya. Dan ceritakanlah semua,"     

Melirik sedikit ke arah Belhart ketika mencari tempat duduk yang paling nyaman untuk berhadapan dengannya. Monna merasakan yang besar namun terlalu mendadak padahal Monna belum menyampaikan apapun.     

"Aku tidak yakin Anda ingin mendengar, Yang Mulia."     

Bukan bermaksud tidak jujur. Namun Monna merasa ucapannya tidak akan mungkin dipercaya. Sekaligus, kunci penting lain dalam mimpinya adalah Belhart. Monna tidak mungkin mengungkit nama pria itu secara langsung.     

Namun Belhart masih berkeras hati.     

"Tidak apa-apa. Aku akan mendengarkannya dan kemudian baru memutuskan,"     

Ada sedikit perasaan ketir yang Monna rasakan. Dan dia sendiri tidak pernah mengira akan menyampaikannya pada orang lain. Terutama Belhart.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.