Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 117 ( Kepercayaan yang Harus Didapatkan )



Chapter 117 ( Kepercayaan yang Harus Didapatkan )

0Belhart lalu menghentikan seluruh aktivitas yang ingin dia kerjakan. Berjongkok sedikit untuk mengambil buku tersebut dan membacanya.     

Duduk di kursi kerja adalah hal pertama yang paling tepat dia lakukan setelahnya. Membaca dengan penuh simak dan sungguh-sungguh.     

"Aku berhasil merubah satu lagi masa depan yang akan aku alami. Melalui bantuan orang lain, memang. Tapi aku setidaknya berhasil melindungi orang-orang yang ingin aku jaga."     

Kalimat pembuka yang langsung membuat Belhart paham ke arah mana tulisan itu akan berlanjut.     

"Membuat mereka tetap aman dan terhindar dari kesialan. Aku pada akhirnya bisa menyelamatkan mereka dari kematian yang menanti mereka untuk jatuh dengan sendirinya,"     

Belhart yang menyimak, tidak pernah bosan membaca tulisan tangan Cattarina yang rapi dan elegan.     

"Namun, aneh."     

"Semua itu bukan aku lakukan atas usahaku. Melainkan usaha Belhart. Pria terakhir yang akan memberikan ajal atau akhir hidup padaku,"     

Ada sisa-sisa penyiksaan yang Belhart rasakan ketika membaca kalimat itu.     

"Benarkah Belhart tulus ingin membantuku? Melindungi keluargaku? Dan menyanggupi janji yang dia ucapkan padaku?"     

"Tidak akan membiarkan keluargaku sampai terluka dan akan membersihkan nama mereka. Belhart juga berjanji akan memperbaiki sikapnya?"     

"Memperlakukanku dengan baik dan tidak mencelakaiku?"     

Penuh dengan tanda tanya dan kebimbangan pada curahan hatinya.     

Cengkraman tangan Belhart menjadi lebih kuat tanpa dia sadari.     

Membuat keinginannya untuk mendapatkan kepercayaan Cattarina semakin besar.     

"Hingga saat ini aku masih bertanya-tanya. Namun, jauh di dalam lubuk hatiku yang paling dalam. Aku percaya bahwa pria itu 'mungkin' tidak akan mencelakaiku seperti serangkaian mimpi yang aku jumpai,"     

Kata 'mungkin' yang diberikan tanda 'kutip', memberikan bayangan pada Belhart bahwa kepercayaan itu belum akan kunjung dia dapatkan.     

Dan kalimat itu pun mengakhiri curahan hati Cattarina. Sekaligus menambah semakin banyak rasa penasaran Belhart.     

Neil yang mengamati dari samping, bertanya dengan tertarik.     

"Anda punya hobi menulis, Yang Mulia?" tanya Neil masih dengan tatapan datar. Setelah Monna menutup bukunya.     

Monna lalu mengangkat wajahnya dan menoleh.     

Menyadari kalimat pertanyaan itu adalah kalimat pertanyaan pertama Neil soal dirinya. Selain tentu saja pertanyaan lain yang Neil tanyakan padanya soal sikap Monna yang berbeda dengan orang lain terhadapnya.     

"Bukan sejenis hobi. Namun tuntunan keinginan pribadi. Aku hanya sedang mencurahkan apa yang tidak bisa bisa aku bagi dengan orang lain,"     

Bertanya dengan cukup serius. Neil masih menunjukkan ketertarikannya.     

"Termasuk pada keluarga dan Putra Mahkota? Anda tidak ingin berbagi dan Anda lebih memilih untuk menyimpannya sendiri dan menuliskannya dalam kumpulan kertas?"     

Tersenyum menanggapi. Dan sedikit merasa geli dengan penuturan Neil. Monna tidak bisa menghindari pertanyaan Neil dengan kalimat mudah.     

"Ya. Kau benar. Namun bukan berarti aku tidak percaya pada mereka. Hanya terkadang, ada hal-hal yang bersikap lebih dari pribadi yang tidak bisa kau bagikan,"     

Neil yang mungkin sepaham, mengangguk.     

Merasa jawaban itu benar dan dia sendiri secara pribadi juga punya banyak hal-hal rumit yang tidak bisa dia ceritakan pada orang lain.     

Namun yang membedakan adalah karena dia tidak percaya pada orang lain. Dan lebih memilih untuk menyimpannya sendiri sebagai sebuah kenangan dan isi hati yang akan dia simpan selamanya.     

Neil dengan perasaan sedikit enggan mengeluarkan sesuatu dari dalam satunya. Mengeluarkan sebuah benda asing yang belum pernah Monna lihat dan ditujukan padanya.     

Monna lalu bertanya.     

"Apa ini?"     

Menatap sebuah gelang unik buatan tangan dan anyam.     

"Kau membuatnya sendiri?"     

"Tidak tahu apakah Anda akan menyukainya. Atau malah sangat membencinya. Saya hanya ingin membalas hadiah yang Anda berikan dengan sebuah benda yang memang mungkin tidak sebanding. Namun saya memberikannya secara tulus,"     

Monna spontan menatapnya lekat.     

"Sebuah gelang yang kau anyam sendiri?"     

Tidak pernah tahu Neil memiliki kemampuan menganyam yang sangat baik dan telaten. Monna lalu tersenyum ramah ketika melihat Neil mengangguk pelan.     

"Aku menyukainya. Sangat estetik dan simpel,"     

Monna lalu mengangkat gelang itu pada Neil.     

"Tidak ingin membantuku memasangkannya?"     

Meminta Neil memasangkan gelang itu padanya. Ada sedikit sorotan mata yang berbeda yang tidak Monna sadari.     

Tidak pernah berpikir punya keberanian dan hal untuk memberikan sekaligus memasangkan gelang tersebut. Keterkejutan Neil, membuat Monna kembali bertanya.     

"Kenapa? Kau tidak ingin memasangkannya? Kau ingin membiarkan aku yang memakainya sendiri?"     

Masih menunggu jawaban dan tahu Neil bukan bermaksud menolak. Jawaban yang sudah Monna duga akhirnya terdengar.     

"Akan saya pasangkan. Dan maaf,"     

Seperti seorang anak kecil yang berhasil mendapatkan pengakuan dan niat baiknya tersalurkan. Monna lalu tersenyum hangat pada Neil. Masih mengingat dengan jelas bagaimana Neil menjadi salah satu tokoh baik yang Monna sukai ketika dia membaca novel terkutuk itu.     

Sosok Neil selalu menjadi yang paling menenangkannya.     

Tahu bahwa Neil adalah pribadi yang sangat setia bahkan lembut dibalik kerasnya tanggapan orang luar tentangnya. Neil selalu menjadi sosok yang meneduhkan hati Alliesia ketika dia terus dirundung oleh Cattarina.     

Mengusap air mata Alliesia ketika wanita itu menangis seorang diri dan tidak ada seorangpun yang bisa memahaminya. Termasuk Belhart yang memiliki hati sangat keras pada awalnya.     

Neil saat itu menjadi orang pertama yang mencintai Alliesia dengan sungguh-sungguh.     

Namun tidak memiliki keberuntungan karena nasib percintaanya terhadap Alliesia harus dia relakan demi kebahagiaan Alliesia dan Putra Mahkota.     

Monna kembali menunjukkan senyum puas.     

"Sangat bagus dan cantik. Apalagi ada sau batu giok yang akan bersinar ketika terpapar sinar matahari. Kau... belajar secara khusus untum menganyamnya?"     

Merasa sedikit malu ketika dipuji dan tidak pernah memberikan hadiah pada orang lain. Sehingga takut dan cemas mungkin hadiah tersebut tidak akan membuat si penerima puas. Putri Mahkota ternyata sangat menghargai niat baiknya.     

"Saya mempelajarinya ketika berada di medan perang. Sempat terjadi kekosongan waktu yang cukup lama ketika kedua pihak yang saling berselisih, bersembunyi dan menyusun strategi. Saya lalu mempelajarinya dari salah seorang penduduk desa yang saya temui di dekat basecamp,"     

Penuturan yang panjang dan lengkap, membuat Monna mengangguk.     

"Ah, jadi seperti itu? Kalau begitu aku sangat berterima kasih pada penduduk desa itu. Dan terutama padamu. Akan mengenakannya sekali-kali dan menyimpannya agar tidak cepat rusak,"     

Sangat dihargai dan berjanji akan dijaga baik-baik.     

Tanpa sadar senyum hangat Neil merekah.     

Memberikan kehangatan hubungan antara keduanya dengan pikiran yang berbeda oleh orang yang mungkin melihatnya secara tidak sengaja.     

Di salah satu sudut yang lain, Belhart yang baru selesai membaca catatan hati Cattarina. Berniat melihat apa yang sedang Cattarna kerjakan. Menelusuri beberapa jalan dan yakin sore ini Cattarina sedang melakukan waktu santainya minum beberapa cangkir teh untuk mengisi kekosongan waktu.     

Neil ternyata menggunakan kesempatan ini untuk memberikan sebuah hadiah padanya?     

Kalah cepat dan kalah dalam hal berinisiatif.     

Ekspresi kecewa Belhart tidak bisa dia tutupi. Menatap dengan tatapan sangat dalam lalu pergi tanpa menghampiri.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.