Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 129 ( Meninggal 4 Kali )



Chapter 129 ( Meninggal 4 Kali )

0Setelah menyuruh para dayangnya untuk membuatkan sesuatu untuknya.     

Termasuk Neil yang Monna minta untuk mengirimkan surat pada keluarganya. Surat yang hanya berisi basa-basi tidak terlalu penting untuk menanyakan kabar.     

Monna jelas berpikir bahwa Belhart saat ini pasti sedang bekerja di ruangannya. Tidak mungkin ada di sini dan mengejutkannya.     

"Aku yang bertanya lebih dulu. Namun kenapa kau menjawab pertanyaanku dengan dua pertanyaan?"     

Menelan ludah dengan ngeri.     

Belhart yang sedang dalam suasana hati lebih baik dari pada kemarin, memberikan jawabannya lebih dulu.     

"Aku sedang mencari beberapa buku untuk referensi. Lalu aku tidak sengaja melihatmu. Sedangkan kau? Apa yang kau lakukan dengan pergi ke perpustakaan istana pagi-pagi sekali?"     

Monna yang belum sanggup menatap mata Belhart. Karena ingat kemarahan Belhart terakhir kali yang masih membuatnya merasa tidak nyaman. Termasuk tentang kehidupan keduanya.     

Monna tidak bisa menghentikan pompa jantungnya yang berdetak lebih cepat karena cemas.     

Sudah berusaha kuat untuk menghindari mala bahaya dan seluruh kebencian dari siapapun. Pada akhirnya, kebencian itu datang sendiri tanpa Cattarina atau Monna mengundangnya dan menginginkannya.     

Monna tanpa sadar mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak, dengan wajah tertekan.     

"Hanya mencari buku untuk mengisi waktu luang,"     

Monna dengan kegugupan yang muncul tiba-tiba, tidak langsung mengambil buku yang tidak sengaja dia jatuhkan.     

Membiarkan Belhart yang berinisiatif. Dengan langkah tenang, menunduk dan mengambilkan buku tersebut untuknya.     

"Kau nampak pucat. Keadaanmu masih kurang sehat?" tanya Belhart sembari menyerahkan buku pada Monna.     

Bermaksud untuk mengkhawatirkan Cattarina. Namun, pertanyaan itu malah semakin membuat Monna ketakutan. Karena beberapa rangkaian memori di kehidupan keduanya terlintas di dalam benaknya.     

Menggeleng dengan lemah dan tidak berani bergerak sedikit pun.     

"S-saya baik, Yang Mulia."     

Masih tidak terlalu yakin. Tapi tidak ingin memaksa.     

"Benarkah? Kalau begitu, bisa kau ceritakan padaku. Apa yang kau dan ayahku bicarakan?"     

Sempat ingin menanyakan pertanyaan ini kemarin ketika Belhart mengecek kondisi Cattarina. Belhart justru terpancing ide konyol Cattarina yang membicarakan soal selir. Padahal mereka berdua tidak pernah membahas masalah itu sebelumnya.     

Belhart sekali lagi bertanya.     

"Ayah sudah mengatakan sesuatu yang menyinggungmu? Atau dia membicarakan hal yang tidak kau senangi?"     

Tidak percaya pada pertanyaannya sendiri.     

Belhart yakin, ayahnya tidak mungkin merundung atau menyakiti menantu yang dia pilih. Namun, hanya pertanyaan itu yang masih tersisa untuknya bisa memancing kejujuran Cattarina.     

"Tidak. Bukan seperti itu," ungkap Monna terbata.     

"Lalu kenapa? Karena semenjak kau bicara dengan ayah, kondisimu semakin aneh dan sukar dimengerti. Tapi kau masih ingin mengatakan kalau kau baik-baik saja? Tidak sedang memikirkan sesuatu dan memendam masalah. Kau masih ingin membuatku percaya pada hal, Catty?"     

Air mata Monna tiba-tiba menetes.     

Sudah berusaha menahannya sejak tadi. Namun ketika nama 'Catty' disebutkan. Ada semacam perasaan baru dalam diri Monna.     

Mengenali nama itu sangat baik dan ingat bagaimana nada Belhart mengucapkan namanya.     

[ "Aku berjanji akan menjagamu dengan sepenuh hati. Tidak akan membiarkan siapapun berani menyentuhmu. Dan meletakkan singgasana kerajaan padamu untuk menjadi ratuku yang abadi," ]     

Kata-kata indah sekaligus mengerikan itu tidak bisa lagi membuat Monna menahan segala keras garis hidupnya.     

Diberikan cinta yang besar oleh Belhart di kehidupan keduanya. Seperti yang pernah dia harapkan pada kehidupan pertamanya. Cinta itu pada akhirnya harus menjerumuskan dia jatuh ke dalam lembah paling gelap?     

Tidak bisa menerima, Monna mulai membuat penyangkalan.     

"Aku bukan Catty. Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Karena aku bukan dia,"     

Melengkungkan alis dan menatap dengan sangat serius. Belhart lalu mendekat.     

"Kau menangis? Ada apa? Ada yang sakit atau masalah yang kau pendam? Katakan, Cattarina!! Katakan apapun! Jangan membuatku seperti orang bodoh dan menyiksaku!"     

Monna dengan konyolnya tertawa.     

"Hanya karena aku tidak mengatakan apapun, Anda menjadi marah dan tersiksa?" balas Monna.     

Setelah berpikir matang-matang. Monna baru sadar, seluruh masalah yang terjadi dalam hidupnya semua berpusat pada Belhart.     

Jika saja. Jika saja pria itu tidak pernah ada dalam hidupnya. Kehidupan indah seperti apa yang akan Cattarina jalani?     

"Catt.."     

"Sudah aku katakan jangan menyebut nama itu di depanku! Apa kau tidak bisa mendengarnya?!" merasa kesal sendiri. Monna tahu kalau kemarahannya ini salah sasaran.     

Memang menyalahkan pengaruh Belhart padanya, yang tidak bisa Monna hindari.     

Monna yang terlalu frustasi tidak bisa mencari orang lain untuk melampiaskan kebenciannya.     

"Aku bukan Cattarina, Yang Mulia. Aku Monna. Dan aku..."     

Merasa dadanya sakit. Monna masih berusaha melanjutkan kata-katanya.     

"Aku tidak ingin menjadi Cattarina!!"     

Terlepas jiwa mereka sebenarnya adalah satu. Monna tetap tidak ingin hidup akhirnya harus berakhir sama seperti nasib Cattarina yang penuh dengan keburukkan.     

Meninggal 4 kali karena kebodohannya. Karena orang-orang di sekitarnya. Dan karena takdir buruk yang harus dia jalani.     

Pada kehidupan kelima ini. Kematian seperti apa yang akan Cattarina jalani?     

Berucap dengan kacau dan getir.     

Tatapan mata Monna sama sekali tidak fokus.     

"Mati karena ditusuk. Mati karena diracuni. Mati karena dikurung dan tidak diberi makan. Lalu mati karena didorong dari atas jurang..?"     

Memejamkan mata dengan sangat berat dan ngeri.     

Inikah, kematian yang Cattarina alami di 4 kehidupannya terdahulu??!     

Merasa sulit menerimanya ketika kematian itu sebelumnya hanya samar dan sangat buram. Tapi kali ini semua ingatannya telah kembali.     

Monna masih mengucapkan kalimat lain dengan kacau, setelah berhasil menatap Belhart dengan tatapan frustasinya.     

"Aku Monna. Dan aku bukan Cattarina. Karena itu aku mohon! Jangan pernah peduli padaku dan mengkhawatirkan aku! Anda hanya akan membuatku semakin tersiksa!"     

Tidak mengerti satu kalimat pun yang Monna ucapkan karena diucapkan sangat pelan hingga samar. Belhart terus menatap keseriusan Monna dengan hati yang tersayat-sayat. Sedikit berkaca-kaca ketika menyadari perhatian yang selama ini dia tujukan tidak memiliki arti.     

"Cattarina... apa sebenarnya yang kau maksudkan?"     

"Sudah aku katakan kalau aku bukan Cattarina! Aku bukan orang yang Anda benci dan Anda cintai dalam waktu bersamaan dengan tanpa arah!! Aku..."     

Terlalu banyak membuat kerja otaknya bekerja berkali-kali lipat. Sekaligus stres karena tidak bisa menahan ketidakwajaran garis hidupnya.     

Monna akhirnya jatuh pingsan. Terhuyung lemah pada awalnya. Kemudian tidak sadarkan diri.     

Belhart yang sigap, menopang tubuh Cattarina. Meletakkannya dalam pangkuan dan berseru dengan panik.     

"Cattarina!! Ada apa sebenarnya denganmu?!!"     

***     

@w.e.b.n.o.v.e.l     

Lomus Dominic yang panik dan cemas, langsung datang menghampiri istana putranya ketika mendengar kabar yang menghebohkan.     

Baru saja bisa bersantai sejenak setelah berkeliling untuk mengecek pekerjaan para bawahannya setelah lama tidak bekerja dan mengawasi.     

Lomus Dominic mendadak diberi kabar soal pingsannya Cattarina tanpa sebab yang pasti.     

Bertanya dengan sangat gelisah dan kesal, Lomus menatap putranya.     

"Pingsan?"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.