Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 133 ( Peringatan )



Chapter 133 ( Peringatan )

0"Namun Ayah sama sekali belum bisa membayangkan bagaimana Rubylic akan merespon perkara ini,"     

Memberikan jawaban tenang. Namun kalimat yang digunakan agaknya mngkhawatirkan. Monna seketika teringat pada ibunya.     

Mulai membayangkan keributan kecil apa yang akan ibunya ciptakan kelak di hadapannya. Monna memilih memberikan senyum tipis.     

Diikuti tatapan kesal dari Asraff yang ternyata sedang bersama dengan mereka.     

"Bukan senyum milis yang ingin kami lihat dari wajahmu, Catty. Kau benar-benar membuat gempar! Bukan hanya satu atau dua kali. Namun berkali-kali dengan sikapmu yang selalu tidak pernah terduga," ungkap Asraff dengan mata terbelalak.     

Monna akhirnya sadar Asraff ternyata datang bersama dengan ayahnya. Berselisih waktu dan memilih diam sampai ayahnya selesai bicara.     

Monna lalu mengajukan protes.     

"Sejak kapan kakak datang menemuiku bersama dengan ayah?" tanyanya berlagak tidak tahu menahu.     

Menatap dengan separuh kesal dan kecewa, Asraff yang datang belakangan menghela napas. Melirik kelakuan adiknya yang prihatin.     

"Aku datang bukan ingin menegurmu. Namun ingin bertanya apa yang sebenarnya kalian pikirkan sampai membuat serangkaian lelucon yang akan ditertawakan banyak orang?! Kau bersungguh-sungguh ingin cerai dengan Putra Mahkota?"     

Dengan wajah kusut, Monna membalas.     

"Aku tahu ini mengejutkan. Namun aku sudah tidak bisa berbuat apapun ketika seluruh keputusan ini sudah diambil dan dijalankan,"     

Merasa mendadak amnesia dan kehilangan beberapa momen penting karena pusing memikirkan banyak hal. Monna yang tersadar, tahu-tahu sudah berada di tengah-tengah situasi yang genting.     

Monna kemudian bertanya dengan sangat serius.     

"Namun, apa akibatnya akan fatal? Akan memberikan pengaruh buruk bagi keluarga kita? Sesuatu akan terjadi?" tanyanya gelisah jika mungkin keputusan Belhart malah memberikan dampak negatif bagi keluarganya.     

Monna yang belum memperkirakan sampai sejauh itu, meringis. Sedangkan Alpen Bourston yang tidak tega melihat wajah putrinya sedih, memberikan penghiburan.     

"Tidak akan sampai parah, Putriku. Karena aku yakin kalian pasti sudah memikirkan keputusan ini dengan matang," ucapnya menengahi. Bersikap dewasa dan mendukung apapun keputusan putrinya.     

Penghiburan yang diberikan Alpen Bourston, membuat Monna merasa lega.     

Namun Asraff masih bersikap menyindir.     

"Ayah yakin?" tanyanya balik dengan ragu.     

Mempertanyakan kebenaran ucapan Alpen. Yang Asraff sadar, hanya ayahnya katakan demi untuk membuat putri tercintanya merasa jauh lebih baik.     

Dan di dalam hati ayahnya terkandung banyak sekali keraguan. Sama seperti Asraff yang tidak yakin segalanya akan menjadi baik.     

Monna jadi ikut menatap Alpen khawatir.     

"Apa akan ada masalah? Semuanya tidak akan mudah bagi kita? Terutama padaku?" tanya Monna cemas.     

Tidak masalah memang, jika Cattarina yang akhirnya dipersulit. Namun jika karena masalah perceraiannya, seluruh keluarga menerima dampaknya? Monna jelas tidak ingin.     

Bertanya dengan sangat serius. Alpen masih menunjukkan ketenangan yang dia perlihatkan hanya karena tidak ingin membuat putrinya cemas.     

"Bukan masalah, Sayang. Karena jika ada masalah serius pun, Ayah tidak akan membiarkan kau menanggungnya sendirian,"     

Menyadari kalimat itu bukan sebuah solusi dan jawaban yang menjanjikan.     

Monna justru semakin merasa ragu. Sementara Asraff yang awalnya memancing ketegangan, ikut memberikan dukungan.     

"Begitu juga dengan aku," ucap Asraff menyerah dan yakin.     

"Akan mendukungmu, apapun keputusanmu. Namun aku ingin sekali lagi bertanya padamu,"     

Memberikan lirikan penuh arti, Asraff llau bertanya.     

"Apa kau yakin pada keputusan perceraian ini? Kau setuju untuk menyerah pada pernikahanmu dan mengakhiri hubunganmu dengan Putra mahkota? Kau sudah siap menerima semuanya? Sudah tidak menginginkan pernikahan. Dan kau sudah tidak ingin bersama dengannya?"     

Bukan bermaksud menakut-nakuti. Namun mengingatkan.     

Jika sudah bercerai, tentu tidak mungkin ada kata kembali.     

Monna yang mengerti, diam seribu bahasa.     

Tidak memberikan jawaban pasti karena Monna sendiri tidak merasa yakin.     

Pertanyaan semacam ini ternyata tidak hanya berasal dari pihak keluarga sang wanita yang akan diceraikan.     

Namun juga bermunculan dari pihak sang pria yang memang hanya punya satu keluarga inti, yaitu Raja sendiri.     

Tapi orang-orang yang berada di sekitar Belhart ikut mempertanyakan keseriusannya. Tahu dan sadar bahwa jika Belhart sudah berucap dan memutuskan sesuatu. Belhart akan melaksanakan ucapannya dengan mantap, tanpa peduli dengan masukkan dari orang lain.     

Termasuk Hulck yang selama ini bukan adalah pribadi yang senang mencampuri urusan orang lain.     

Namun tingkah laku tuannya, yang sangat sukar dimengerti sekaligus membingungkan. Mengundang banyak sekali tanda tanya dan kegelisahan bagi orang-orang di sekitarnya.     

Sempat tidak sengaja berpapasan dengan Putri Mahkota ketika mereka sedang melewati taman istana, yang sering menjadi tempat Putri Mahkota menghabiskan waktu senggangnya menikmati secangkir teh.     

Belhart dengan sangat dinginnya justru mengabaikan Cattarina. Memalingkan wajahnya tanpa menyapa dan tindakannya itu memunculkan banyak sekali kebingungan terlihat di wajah Hulck, yang pada saat itu berada di sampingnya.     

"Anda akan pergi seperti ini begitu saja? Tidak akan menyapa dan sengaja membuat ekspresi Putri Mahkota menjadi aneh?"     

Terus berjalan mengikuti Belhart ketika pria itu sudah akan berjalan masuk ke ruang kerjanya. Hulck merasakan ada banyak sekali kelemahan yang Belhart tunjukkan.     

"Saya tahu ini berat. Namun jika Anda sudah berani membuat keputusan. Anda juga harus berani menghadapinya. Bukan bersikap seperti kucing-kucingan dan tidak mengajak Putri Mahkota bicara sama sekali karena Anda sedang marah entah pada siapa dan terhadap apa! Ketika mungkin hari ini adalah hari terakhir Anda bersama dengannya,"     

Sedikit kesal dan jengkel dengan penuturan Hulck. Belhart langsung memakinya.     

"Masih ada 3 hari, Hulck! Dan masih ada hari esok untukku bicara dengannya,"     

Menatap tidak percaya dan     

"Tapi Anda terus saja bertingkah menyebalkan! Berulang kali memikirkan Putri Mahkota. Tapi tidak ingin mempertahankan pernikahan. Anda pikir saya tidak tahu bahwa ucapan perceraian yang Anda katakan itu, tidak bersungguh-sungguh?"     

Hanya duduk secara asal di kursi kerjanya. Hulck yang sadar bahwa Putra Mahkota sama sekali tdiak membantah ucapannya, menambahkan.     

"Uring-uringan tidak jelas selama beberapa hari. Dan membuat kekacauan di beberapa tempat karena terlalu sensitif. Anda kira saya tidak tahu apa yang menjadi pemicunya?"     

Membenarkan letak kacamatanya yang sedikit turun karena terlalu banyak menarik urat. Hulck merasakan saraf dalam otaknya menegang.     

"Karena itu, saat ini akan menjadi kesempatan terakhir Anda. Apakah Anda kan tetap melanjutkan perceraian itu atau membatalkannya. Saya memberikan seluruh keputusan berada di tangan Anda. Dan tolong, pikirkan hal ini sematang mungkin. Sehingga tidak akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Ini juga merupakan peringatan!"     

Menunjukkan kepedulian dan tidak ingin suatu saat dipersalahkan karena tidak mengingatkan. Hulck dengan tegas menyuarakan pikirannya.     

Namun, Belhart yang merasa Hulck mengoceh terlalu banyak dan terganggu. Mengibaskan tangannya asal.     

"Hal itu akan menjadi urusanku dan tanggung jawabku. Jadi kau tidak perlu banyak bicara. dan beritahu saja bagaimana perkembangan proses perceraiannya,"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.