Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 135 ( Menyiapkan Segalanya )



Chapter 135 ( Menyiapkan Segalanya )

0Entah siapa yang menyebarkan isu bahwa Belhart sendiri yang memutuskan perceraian.     

Padahal Monna sudah mengatakan pada ayah dan kakaknya, kalau perceraian ini adalah keputusan mereka bersama. Beberapa orang masih saja bisa mendapatkan kebenarannya entah darimana.     

Mungkin dari Belhart yang mengumumkannya secara gamblang, ketika dia meminta para pengurus perceraian untuk mempercepat proses legalisir.     

Monna hanya bisa bersikap menjadi korban. Namun tidak menunjukkan ekspresi yang mendukung. Hingga memancing banyak sekali tanda tanya dari segelintir orang.     

Oke!     

Mungkin tidak segelintir.     

Namun sangat banyak. Karena terlampau banyak di luar sana. Monna beruntung sudah lama menghindari perkumpulan kelas atas.     

Mungkin bukan sekarang akan menjadi heboh. Tapi nanti ketika lebih ada banyak orang yang mengetahuinya.     

"Bicara baik-baik? Aku rasa itu tidak perlu dan sulit, Merri. Bukan aku tidak ingin,"     

Namun aku hanya tidak mau.     

Eh, apakah ada bedanya?     

"Intinya, aku setuju dengan perceraian ini. Dan aku ingin kalian berhenti menyalahkan Belhart. Dia hanya mempermudah posisiku dan tidak menyulitkanku,"     

Tatapan iba sekaligus tersentuh, langsung muncul dari segala arah.     

"Yang Mulia!! Anda terlalu baik dan itu sangat pemaaf!!"     

Tidak mengaturnya lebih dulu. Merri dan Lily kompak seucap.     

Sehingga kini giliran Monna yang harus banyak bersabar menghadapi dua dayangnya yang sangat cerewet. Terutama untuh hal-hal yang bersifat sensitif.     

Sekalipun mereka melakukannya karena peduli padanya dan ingin banyak membantu.     

"Lalu, daripada kalina memikirkan masalah ini sampai rontok. Kalian boleh memutuskan untuk tetap bekerja di istana. Atau ikut denganku ke kediaman Bourston!"     

Monna lalu tidak lupa menambahkan.     

"Dan bantu aku berkemas-kemas, besok. Harus mengepak seluruh pakaian dan barang-barangku sebelum tenggat waktu. Aku ingin kita membawa seperlunya,"     

Semakin berderai air mata kesedihan dan keprihatinan. Merri dan Lily tidak bisa tidak meluapkannya.     

"Yang Mulia!! Ini benar-benar kejam!!"     

***     

Melewati hari yang panjang dengan segala macam pertanyaan yang membombardir isi pikiran dan perasaannya. Ketika malam tiba, Monna akhirnya bisa melepaskan lelah. Memijat pelan pundaknya dan merileksasikan diri.     

Setelah dia sudah berhasil memilah-milah barang-barang apa saja yang akan dia bawa pergi bersama dengannya.     

Mona agaknya masih bangga karena kemampuannya mengepak masih patut mendapatkan pujian.     

Datang hanya dengan membawa beberapa barang penting. Monna juga pada akhirnya harus membawa barang-barang yang dia bawa masuk dalam istana. Dan meninggalkan seluruh pakaian yang telah disediakan di lemari pakaiannya sebelum dia datang.     

Masih sibuk memijat pelan pundaknya yang seolah tegang karena jarang bekerja berat. Monna memang hanya sekedar memberikan perintah dan mengawasi para dayangnya mengepak barang-barang.     

"Tubuhku rasanya rontok! Apa ini adalah eksekusi terakhir yang harus aku hadapi?"     

Baru saja menyelesaikan kalimat terakhir, bayangan gelap masuk ke dalam kamar. Membuat Monna menjadi awas, dan kemudian lega. Ketika dia sadar kalau orang yang baru saja masuk dalam kamarnya tanpa bicara adalah Belhart.     

Tidak kunjung menampakan batang hidungnya.     

Secara mengejutkan Belhart tiba-tiba saja datang untuk menemuinya.     

Terlebih lagi, perasaan lega macam apa yang baru saja Monna rasakan?     

Merasa boleh tenang kembali karena orang yang masuk ke dalam kamarnya adalah Belhart. Pria yang terus dia takuti sepanjang kehidupannya yang sudah berulang hingga 5 kali.     

Monna justru bisa merasa damai ketika ada bersama Belhart di dekatnya?     

Perasaan yang sangat jarang. Namun tidak bisa Monna pungkiri bahwa akhir-akhir ini dia sempat merasakannya.     

Jauh sebelum dia tahu bagaimana kehidupan terdahulunya terus diulang. Belhart terkadang memberikan situasi aman untuk Monna.     

Belhart yang masih nampak diam. Menatap dalam tanpa kata-kata. Dan seolah mematung.     

"Kau sudah akan tidur?" tanya Belhart dengan suara pelan.     

Sibuk melirik ke sekeliling. Ketika Belhart menyadari ada sedikit perubahan yang terjadi pada kamarnya. Seperti ada barang yang hilang dari tempatnya dan disimpan entah dimana.     

Monna lalu berdiri dan menegakkan tubuhnya.     

"Ya, Yang Mulia. Dan apa Anda membutuhkan sesuatu?" tanya Monna mencari tahu.     

Monna sebetulnya geli dengan pertanyaannya.     

Bukan hal aneh jika Belhart kembali ke kamarnya untuk tidur. Tapi karena, selama beberapa hari ini. semenjak Belhart mengumumkan akan bercerai dengan Cattarina.     

Belhart tidak pernah lagi masuk dalam kamar ini. lalu, begitu dia masuk dan memeriksa sekitar. Mungkinkah dia takut, Monna mungkin saja mencuri sesuatu dari dalam kamar ini?     

Menggeleng lemah kemudian menjawab.     

"Tidak. Hanya saja, aku datang untuk memberitahukan. Besok surat perceraian kita akan keluar dan kau sudah bisa menandatanganinya," jawab Belhart.     

Mencengkram kuat tangannya. Monna merasakan hatinya berdesir.     

"Besok?"     

Ah, waktu memang cepat sekali berlalu.     

Asyik menyibukkan diri dengan meladeni banyak pertanyaan yang diajukan padanya. Sekaligus mengisi waktu kosong dengan merencanakan apa saja yang akan Monna lakukan ketika dia sudah berhasil keluar dari istana ini dan kembali ke keluarga Bourston.     

Monna akhirnya baru sadar, waktu kebersamaannya dengan Belhart semakin tipis dan akan berakhir.     

"Terima kasih," ucap Monna pendek.     

Dua kata sederhana yang mencerminkan kebingungan Monna dalam merespon perkataan Belhart.     

Belhart memberikan anggukan pelan setelah mendengarnya .     

"Lalu sebelum itu, apa kau punya permintaan khusus?" tanya Belhart lagi. Masih nampak kaku.     

Dan menatap mata binar itu sekali lagi. Belhart menekan kuat keinginannya untuk menyentuh Cattarina. Istri yang sebentar lagi akan diceraikannya.     

Belum genap satu tahun, Belhart bahkan belum pernah satu kalipun menyentuhnya?     

Menyesali takdir ini.     

Belhart tidak pernah memikirkan soal perceraian ketika dulu dia ingin menikahi Cattarina.     

Pernah sangat percaya diri, ketika berpikir dirinya sanggup membuat Cattarina menyukainya balik. Belhart baru sadar, bahwa dia belum melakukan banyak hal.     

Masih menjadi suami yang tidak berguna dan kurang memahami istrinya.     

Belhart lalu memicing.     

Kenapa dia baru memikirkannya sekarang? Dan kenapa semua sudah terlambat?     

Menatap dengan sedih sekaligus kecewa , Belhart menambahkan.     

"Jika ada. Kau bisa mengatakannya langsung padaku sekarang. Atau besok ketika penandatanganan dokumen sudah diadakan,"     

Napas kembang kempis lemah Monna rasakan.     

Merasa ada bagian dalam dadanya yang terasa sakit dan bergoyang.     

"Anda memikirkan saya terlalu banyak, Yang Mulia."     

Berbeda dengan perlakuan Belhart di kehidupan sebelumnya. Sikap Belhart pada kehidupan ini sungguh membuat Monna sulit untuk membedakan mana yang realita dan mana yang hanya perasaan sesaat.     

Perasaan yang bisa menjerumuskan karena bersifat semu.     

Belhart masih juga menunjukkan sikap dewasanya.     

"Aku sudah mengatur banyak kuasa untukmu bisa memiliki banyak harta milikku. Sehingga kelak jika kau mampu. Kau bisa mengembangkannya. Atau memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Tanpa berpikir bahwa harta itu akan habis. Aku akan mencukupi kehidupanmu hingga beberapa keturunanmu selanjutnya,"     

Perceraian memang belum pernah terjadi dalam empat kehidupan Cattarina di masa lalu. Namun Monna tidak menduga bahwa efeknya akan besar.     

"Anda... sudah mempersiapkan segalanya? Sekalipun saya tidak pernah meminta,"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.