Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 139 ( Tunda Atau Batalkan ?! )



Chapter 139 ( Tunda Atau Batalkan ?! )

0Memang, mereka ingin Belhart berasumsi buruk tentangnya dan membatalkan perceraian hanya karena kesal?! Mencoba menyalahgunakan arti sebuah perceraian dengan bendera kemerdekaan??     

Berusaha tampil cantik memang wajar. Tapi jika sengaja menggunakan penampilan yang mencolok dan tidak sesuai dengan situasi.     

Siapa yang pada akhirnya akan mendapatkan getahnya?     

Melewati beberapa jeda waktu yang entah bagaimana menjadi terasa panjang. Lantaran Lily dan Merri terus saling berdebat mempertahankan keinginan mereka masing-masing.     

Dessie, dayang Cattarina yang lain.     

Akhirnya bisa bernapas lega ketika Monna sudah melotot kesal, menghentikan seluruh kegaduhan itu.     

Proses perceraian akhirnya dimulai.     

Berbeda dengan proses perceraian yang terjadi di negara tempat Monna pernah tinggali. Proses perceraian di dunia Cattarina berlangsung terlampau privat.     

Jika di dunianya, harus dihadiri oleh hakim, pengacara dan saksi. Serta beberapa teman atau keluarga lain yang ikut dalam persidangan.     

Proses perceraian dalam dunia Cattarina hanya dihadiri oleh tiga orang.     

Pasangan yang akan bercerai dengan satu orang perwakilan dari pihak komite perceraian negara Geraldy.     

Masuk dalam ruangan yang sudah ditunggu-tunggu dan hening. Monna dipersilahkan duduk dan mulai membaca surat perceraiannya. Duduk berseberangan dengan Belhart yang sangat terlihat dingin dan kaku.     

Monna pun tidak punya keberanian untuk menyapa.     

Vinpo Micheline lalu memecah keheningan dengan sikap hormat dan gugup yang tidak berhasil dia sembunyikan. Ketika melihat wajah dingin dan tidak ramah Putra Mahkota.     

"Saya adalah Vinpo Micheline. Kepala Komite pengurus perceraian. Orang yang akan menangani masalah perceraian Yang Mulia dan mengesahkan surat-suratnya, sekaligus menjadi saksi."     

Vinpo Micheline nampak membenarkan letak kacamatanya yang tergelincir karena dia berkeringat.     

Berusaha berpikiran positif, bahwa sikap dingin dan kurang bersahabat yang Putra Mahkota tunjukan sepanjang pertemuan adalah karena saat ini merupakan acara perceraian pertamanya.     

Tidak mungkin ada orang yang merasa senang dan tidak akan ada orang yang akan bersorak gembira dengan menunjukkan ekspresi bahagianya.     

Belhart justru nampak keberatan dengan penampilan Cattarina yang hari ini nampak bersinar.     

"Kau, sepertinya sudah mempersiapkan hari ini dengan sangat matang."     

Sedikit tersedak dengan air ludahnya sendiri. Monna yang baru saja membuka lembaran pertama surat perceraiannya, mendongak.     

"Ya?"     

Respon Monna ragu. Bukan tidak tahu dan tidak mengerti ke arah mana pertanyaan itu Belhart ajukan.     

Melainkan bingung bagaimana menanggapi dan memberikan respon. Sembari mesih menutupi wajahnya dengan satu tangan agar kecantikannya tidak serta merta menjadi benar-benar menyilaukan.     

"Apa aku terlalu mencolok?" tanya Monna cemas.     

Dibarengi dengan sikap menilai Belhart yang tidak nampak puas.     

Kesal karena mendadak diberikan pertanyaan yang memancing.     

Sial! Apa lagi yang ingin dia perbuat? Ingin menunjukkan bahwa perceraian ini tidak akan memberikan pengaruh apapun padanya? Dan dengan suka cita, ingin menunjukkan kebahagiannya?     

"Kenapa? Apa ini terlalu buruk?"     

Menjawab dengan dingin juga acuh.     

"Buruk! Dan lebih dari itu,"     

Tidak berani berkata-kata apa-apa lagi. Monna lalu menunduk ketika sadar suasana hati Belhart tidak bisa diajak berkompromi.     

Lalu membuat alasan bersalahnya.     

"Bukan aku yang mendandani penampilanku hari ini. Tapi seluruh dayang yang mencemaskan perasaan emosionalku hari ini yang mereka pikir akan sangat buruk selama proses perceraian berlangsung,"     

Belhart lalu melipat kedua tangannya.     

"Dan.. apa proses ini tidak membuatmu merasa buruk?"     

Ditanya mendadak, Monna menyesuaikan jawaban.     

"Tentu saja! Bagaimana mungkin aku tidak bersedih dan kecewa!"     

Belhart lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dengan ekspresi datar.     

"Kalau begitu apa lebih baik kita tunda atau batalkan saja proses perceraian ini?"     

Memberikan alternatif dan menawarkan hasil akhir keputusan pada Cattarina. Monna dengan yakin dan cepat membalas.     

"Tentu saja itu tidak perlu!"     

Terlalu terburu-buru seperti tidak perlu dipikirkan lebih dulu. Karena memang hasil seperti itulah yang dia inginkan.     

Belhart sekali lagi terluka karena perasaan Monna.     

Terus memperlihatkan sorot mata yang berbeda. Belhart kemudian menatap dokumen lain yang ada di depan matanya.     

"Sudah kau baca dengan benar dan kau pelajari?" tanya Belhart sembari berusaha mengusir rasa sakit hatinya diabaikan.     

Monna menunduk. Belum sepenuhnya membaca isi surat perceraian itu. Monna yakin tidak akan ada masalah di dalamnya.     

"Ya. Baru separuh. Dan apa aku hanya perlu menandatangi surat ini di bagian ini?"     

Menunjuk beberapa bagian dan melirik ke arah Vinpo yang terus mengawasi dari posisi berdirinya yang tidak tenang. Vinpo mengangguk.     

"Ya, Yang Mulia. Sertakan nama dan sidik jari Anda di bawahnya. Maka surat itu akan menjadi sah,"     

Tidak perlu membaca lagi, karena Belhat sudah memeriksa dan membaca dengan teliti setiap keterangan dan isi yang ditulis dalam surat perceraian itu. Belhart dengan gerakan cepat langsung membubuhkan tanda tangan, sidik jari dan namanya di kolom persetujuan.     

Menutup dokumen di hadapannya dengan acuh. Sembari masih mempertahankan ekspresinya yang angkuh.     

Belhart nampak menunggu Cattarina memberikan komentar terkait isi suratnya.     

Mengikuti cara Belhart yang cepat menyetujui surat perceraiannya. Monna dengan sikap percaya diri melakukan hal yang sama.     

"Aku juga sudah menandatanganinya,"     

Mengangkat satu tangannya ke atas. Monna menunjukkan bekas tinta yang dia tolehkan pada jari jempolnya.     

Tersenyum dengan yakin dan mengeser dokumen miliknya untuk diperiksa.     

"Seperti ini, bukan?"     

Belum pernah mengurus segala urusan dokumen mulai dari yang ribet sampai mudah. Apalagi persoalan perceraian. Monna tentu memerlukan orang lain untuk memeriksa hasil kerjanya.     

Seolah menjadi seorang dosen dan memeriksa hasil ujian muridnya. Vinpo Micheline mengangkat sedikit kaca matanya agar semakin dekat.     

"Ini sudah benar, Yang Mulia."     

Sedikit menyipitkan mata dan menatap dengan separuh heran.     

"Kau sudah menandatangani keseluruhan isi surat itu?"     

Terkejut karena Belhart saja membutuhkan waktu semalaman untuk memeriksa dan membenarkan serta mencari-cari kesalahan yang ada di dalamnya.     

Hanya dalam hitungan menit, Cattarina sudah menandatanganinya.     

Melakukan hal yang sama pada dokumen yang sudah mereka tukar. Dua dokumen yang awalnya kosong, sudah ditanda tangani oleh masing-masing satu orang dari pihak yang berbeda. Lalu kemudian masing-masing dari mereka membubuhkan tanda tangan mereka di dokumen lain satunya.     

Dengan begitu mereka resmi bercerai dan semua berakhir?     

Merasa masih belum rela, Belhart menatap manik mata biru yang menatapnya balik.     

"Memang, jika aku ingin melakukan beberapa negosiasi terkait harta melimpah yang kau berikan padaku. Anda akan mengoreksinya?"     

Belhart menggeleng. Sudah memperhitungan dengan matang seluruh pembagian harta yang harus dia berikan pada Cattarina sebagai kompensasi. Belhart tentu tidak bisa menjadi pria yang pelit pada wanita yang pernah hidup bersama dengannya.     

Dan selama mereka menikah, Cattarina sendiri jarang menghabiskan uangnya.     

Sedikit mengernyit, Belhart mulai mengingat-ingat.     

Atau, apa belum sama sekali?     

Berpikir dengan keras ketika hal penting itu baru dia pikirkan. Monna sudah mengangkat kedua alisnya dan menambahkan.     

"Lalu, ketika aku meminta Anda untuk mengurangi aturan membingungkan soal masa waktu pernikahanku selanjutnya. Anda akan merubahnya?"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.