Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 140 ( Pamit )



Chapter 140 ( Pamit )

0Sekali lagi menggeleng.     

Belhart tentu belum siap mendengar dan melihat kemungkinan itu.     

"Dan, ketika aku bisa melihat seluruh niat baik Anda untuk memberikan keleluasaan padaku untuk meminta tolong langsung pada Anda. Terkait masalah apa saja yang mengganggu dan merundungku selama kita sudah bercerai. Apa Anda berpikir aku akan menolaknya?"     

Sama-sama saling menatap. Monna lalu melanjutkan.     

"Saya tidak akan mempertahankan harga dirinya menjadi terlalu tinggi, Yang Mulia. Dan saya sama sekali tidak bisa menganggap Anda sebagai orang asing. Sekalipun kita nantinya akan memiliki kehidupan keluarga kita masing-masing,"     

"Anda sudah pernah ada di dalam kehidupan saya. Dan perceraian tidak akan membuat kita saling membenci. Ketika saya berharap Anda bisa bahagia. Sama seperti saya yang juga menginginkan kebahagiaan."     

Belhart tidak tahu, sudah berapa kali ucapan Cattarina terus menyentuh hatinya.     

Bukan dengan kata-kata yang rumit. Namun hanya kata-kata sederhana. Seperti menginginkannya bahagia sama seperti dia menginginkan kebahagiaan.     

Cattarina ternyata juga pernah memikirkan dirinya?     

Tidak sebenci dan kedangkal pikirannya. Lalu, wanita seperti inikah yang tega Belhart ceraikan.     

Menunjukkan tatapan terharu namun terluka dalam waktu bersamaan.     

Kini giliran Belhart yang tidak memiliki keberanian untuk membalas.     

Hingga sebuah suara menyadarkan mereka.     

"Kalian telah resmi bercerai dan surat perceraian ini sudah saya legalisir,"     

Monna dan Belhart saling menatap. Ingin mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Tapi segera mengurungkannya. Karena jabat tangan dengan suami sendiri yang adalah seorang Pangeran atau calon raja, nampak tidak pernah terjadi.     

Maka Monna hanya memberikan senyum sungkannya.     

Sementara Belhart mengepalkan tangan.     

Menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik dan menyuruh seseorang untuk menyimpan dokumen miliknya.     

Belhart yang mengikuti Cattarina berjalan keluar, menatapnya heran. Ketika Cattarina memilih jalan yang berselisih dengannya.     

"Mau kemana kau? Dan kenapa kau berjalan ke arah sana?"     

Monna yang merasa dipanggil menoleh.     

"Aku?" tanyanya memastikan.     

"Ya, kau! Memangnya ada orang lain lagi selain kau di sini?"     

Bukan bermaksud bicara tidak sopan dan kasar. Namun entah bagaimana menjelaskannya. Tindakan Cattarina saat ini memunculkan firasat buruk bagi Belhart.     

"Tentu berjalan keluar istana ketika aku sudah berhasil mendapatkan surat cerai," jawab Monna yakin.     

Dan menatap datar.     

"Memangnya, selain itu. Ada hal lain yang harus aku lakukan?"     

Mungkin melewatkan beberapa prosedur penting. Monna lalu melirik Neil yang ternyata masih ada di balik pintu, menunggunya. Termasuk Lily dan Merri yang senantiasa menunggu tuan putri mereka.     

"Ada hal lain yang harus aku lakukan?" tanya Monna benar-benar tidak paham.     

Sementara Lily dan Merri saling menatap dan mengangkat bahu. Neil hanya diam sembari menatap Cattarina sedih.     

"Ah, aku belum berpamitan dengan benar pada semuanya."     

Berjalan mendekat ke arah Neil dan menyentuh pundaknya dengan lembut.     

"Kau sudah berusaha keras menjaga dan melindungiku dengan baik. Karena itu, karena aku sudah bukan Putri Mahkota lagi. Tugasmu kini sudah selesai dan selamat menantikan Putri Mahkota yang baru!"     

Ingin memasang wajah sedih yang keren. Namun ucapan Monna malah membuat Neil semakin muram.     

Sementara Belhart yang ikut mendengarkan salam perpisahan itu mengernyit tajam dan bersuara.     

"Apa??"     

Beranggapan sudah selesai berpamitan dengan Neil. Monna lalu berjalan dengan tenang menuju Belhart.     

"Aku sudah sempat memberikan salamku pada seluruh pekerja. Mungkin hanya tinggal kau dan Baginda Kaisar. Namun aku masih belum sanggup bertemu dengannya karena aku tahu dia pasti akan sangat kecewa,"     

"Karena itu, titipkan salamku padanya. Katakan. Jika aku sudah berhasil menatap hati dan pikiranku. Aku akan datang menemuinya secara resmi,"     

Berpikir keras kata-kata seperti apa yang akan dia ucapkan lagi. Monna tanpa sadar mengusap dagunya.     

"Dan untuk Yang Mulia Putra Mahkota,"     

Memberikan salam ala putrinya di hadapan Belhart dengan penuh kesopanan.     

"Saya, Cattarina Bourston. Mengucapkan pamit pada Anda. Semoga hidup Anda lancar dan Anda bisa menemukan pengganti saya dengan segera,"     

Kerutan yang semakin besar dan dalam langsung Belhart guratkan.     

"Kau.. sudah langsung ingin kembali ke kediamanmu di Nettvilee?"     

Nettvilee adalah wilayah tempat tinggal keluarga Bourston.     

Mengangguk dengan bersemangat lalu menjawab.     

"Ya. Memangnya aku akan kemana lagi?"     

Seperti telah berhasil menghilangkan seluruh beban dan kini terbang bebas dari seorang pemburu. Cattarina kini bertindak sangat ringan dan juga leluasa mengatakan apa yang ingin dia katakan sekaligus lakukan?     

"Tapi kita baru saja bercerai," sanggah Belhart yang dia sendiri bingung akan mengarah pada mana arti kalimatnya.     

"Benar. Karena itu saya harus keluar dari istana ini dan kembali ke rumah saya di Nettvilee!"     

Menatap dengan tidak percaya. Belhart berseru.     

"Secepat itu?"     

Sedikit menggerakkan kelopak matanya dengan bimbang.     

"Memang ada hari lain yang lebih pantas selain hari ini?"     

Surat perceraian sudah Monna dapatkan dan status janda sudah berhasil dia dapatkan. Jadi apakah ada alasan lain dia masih harus menjadi benalu di kediaman mantan suaminya?     

Monna tidak terlalu paham bagaimana adat istiadat di negara ini.     

Namun, di negara asalnya dulu.     

Sang wanita sangat diwajibkan untuk mandiri dan tinggal terpisah dengan suami yang sudah dia ceraikan. Jika tidak ingin menimbulkan fitnah atau pandangan miring dari tetangga mereka.     

Tapi, apakah di negeri Geraldy tidak seperti itu?     

Merasa ragu dan lebih yakin pada tindakannya sendiri ketika para dayangnya tidak melarang. Hanya bersedih dan kecewa ketika banyak diantara mereka harus ditinggalkan.     

Monna memang tidak sadar sejak kapan mereka memberikan perhatian lebih padanya. Namun, ketika mengingat bagaimana mereka beramai-ramai menemuinya pagi ini di depan kamarnya.     

Rasa haru juga tersentuh tidak bisa Monna sembunyikan.     

# Flashback #     

"Yang Mulia. Kami akan sangat kehilangan Anda, jika Anda pergi dengan cara seperti itu."     

Sedikit menertawakan anggapan itu. Monna nampak masih bisa membuat lelucon dalam hati, tanpa dia utarakan. Lantaran suasana hatinya sedang baik pagi ini.     

"Jika bukan seperti ini, memangnya kalian ingin kau pergi dengan cara seperti apa?"     

Meninggal karena kemarahan Belhart? Atau meninggal karena obsesi Neil?     

Menatap semakin sedih dan panik ketika maksud baik sekaligus tulus mereka dianggap berbeda. Kepala koki istana sekaligus dapur istana, Gugoloft Margenie, menegurnya seperti biasa.     

"Yang Mulia! Bagaimana Anda bisa salah mengartikan niat baik kami dengan tuduhan tidak mendasar?! Memangnya Anda akan pergi dengan cara lain apa? Jika kami bahkan ingin Anda selamanya berada di dalam istana? Karena kehadiran Anda yang selalu memberikan warna untuk istana yang tidak pernah hidup ini,"     

Kompak berwajah sedih. Beberapa pelayan lain ikut berkata-kata.     

"Itu benar! Dan kami senang Yang Mulia berada di istana!"     

"Anda cantik dan sangat baik!"     

"Anda juga tidak pernah memarahi kami!"     

"Sekalipun Anda sering membuat kami kewalahan dan bingung dengan tingkah Yang Mulia yang sulit bisa ditebak. Anda benar-benar adalah Putri Mahkota panutan!"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.