Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 141 ( Mengantar )



Chapter 141 ( Mengantar )

0"Itu benar!"     

Dan serangkaian pujian lain yang entah semua pekerja itu dapatkan dari mana. Sangat terharu karena ternyata, Cattarina dalam kehidupan kelima, tidak dibenci. Melainkan dicintai dengan sebagaimana dia inginkan.     

Monna mendadak meneteskan air mata haru.     

"Kalian juag sangat baik. Aku pikir kalian membenciku karena aku sering membuat onar dan tidak mendengarkan kalian. Tapi ternyata, kalian tidak rela aku pergi?"     

Bermaksud menggoda. Namun ucapannya malah dianggap serius. dengan diiringi oleh anggukan setuju semua orang.     

Sehingga sekalin tersenyum dengan hangat dan bahagia. Apa lagi yang bisa Monna berikan?     

Monna lalu memeluk semua orang.     

"Aku pasti akan merindukan kalian!!" ucap Monna sedikit meracau karena dia benar-benar senang sekaligus sedih bisa bertemu dan berpisah dengan orang-orang yang hebat.     

Hebat dalam artian perhatian dan kepedulian mereka padanya. Bukan dalam hal kemampuan karena semua itu bukan menjadi faktor utama seseorang bisa dikatakan hebat.     

Hasil dari tangisan penuh haru itu adalah wajah sedikit bengkak dan kantung mata yang juga memerah.     

Membuat Merri, Dessie dan Lily sibuk merubah penampilan Cattarina agar tidak terlihat menyedihkan. Padahal yang membuatnya terlihat menyedihkan adalah mereka.     

# Flashback end #     

Lalu sekarang, pada siapa lagi Monna harus mengucapkan pamitnya?     

Tidak memiliki hutang ucapan perpisahan. Monna harusnya sudah boleh diizinkan pergi.     

Selain tentu saja Alliesia yang tidak kunjung dia lihat selama beberapa hari ini. Dan kalau soal Alliesia, Monna tinggal mengirimkannya surat jika dia sudah sampai di kediaman Bourston.     

Belhart masih juga belum menampakan kerelaannya.     

Tahu bahwa akhir dari perceraian adalah perpisahan. Belhart lupa sejenak tentang hal yang paling penting. Bahwa cerai berarti mereka juga harus tinggal terpisah. Tidak punya hubungan apapun lagi. Cattarina juga harus dia pulangkan ke rumahnya.     

Maka jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan untuk mengulur waktu adalah.     

"Aku akan mengantarmu,"     

Menatap super serius dan menilai apakah Belhart bercanda. Namun ternyata tidak.     

"Anda ingin mengantar saya?" tanya Monna heran.     

"Ya. Aku akan mengantarmu sampai rumah,"     

Menggeleng dengan cepat. Bahkan terlalu cepat karena tidak ingin merusak suasana nyaman dalam perjalanan yang pasti akan panjang.     

"Tidak perlu, Yang Mulia!"     

Monna sontak berteriak. Menimbulkan keterkejutan semua orang. Terutama Belhart yang nampak bertambah kesal.     

"Tidak-perlu?" ulang Belhart dengan beberapa nada tidak mengenakan.     

Monna seketika menjadi salah tingkah.     

"Em.. M-maksud saya, tidak perlu karena itu pasti akan merepotkan Anda," dalih Monna.     

Menggaruk pelan dagu kanannya yang mendadak gatal.     

Belhart justru meladeninya.     

"Sama sekali tidak. Itu tidak akan merepotkanku. Dan aku akan bersedia meluangkan waktu dengan suka rela,"     

Monna segera beralasan cepat dan spontan.     

"Itu jelas tidak mungkin dan kurang etis, Yang Mulia."     

Lomus mendadak datang. Memecah keributan dan bertanya dengan serius.     

"Ada apa ini? Apa perceraiannya dibatalkan?"     

Nampak senang dan mendambakan ada seseorang yang membenarkan ucapannya. Vinpo, Sang Kepala Komite perceraian yang baru saja keluar dari ruangan menjawab Lomus.     

"Itu tidak mungkin, Yang Mulia. Justru sebaliknya, Perceraian sudah diresmikan. Dan saya Vinpo Micheline undur diri lebih dulu karena ada kasus perceraian lain yang harus saya urus. Saya juga mengucapkan salah hormat bagi Anda, Yang Mulia."     

Pergi dengan meninggalkan kekesalan dan kebingungan bagi beberapa orang.     

Lomus Dominic yang tidak berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, menatap Monna.     

"Jadi kalian resmi bercerai? Dan kau sudah tidak menjadi menantuku lagi?" merajuk dengan sedih dan kecewa.     

Monna yang melihat meminta maaf.     

"Maafkan saya, Yang Mulia. Sebetulnya saya ingin pergi menemui Anda untuk mengucapkan pamit. Namun saya masih belum berani menatap wajah Anda,"     

Lomus justru mengabaikan salam apapun yang ingin Monna sampaikan padanya.     

"Jadi, kalian resmi bercerai?" masih sulit percaya dan mencari pembenaran lain.     

Monna dengan tegas mengatakan.     

"Perceraian berjalan lancar, Yang Mulia. Dan tidak ada halangan," ucap Monna sangat perlahan agar Lomus Dominic tidak terlalu terkejut.     

Lomus Dominic tidak bisa menutupi wajah kecewa dan terlukanya.     

Mundur satu langkah ketika dia tidak sanggup menahan perasaan terkejutnya.     

Monna masih saja berargumen.     

"Kami resmi bercerai. Dan saya harus angkat kaki dari istana," sengaja mengumumkan niat awalnya sebelum Belhart terus menghambatnya.     

Belhart dan Lomus sama-sama saling menatap.     

Tidak setuju dan keberatan. Monna tetap bersikeras.     

"Kita sudah bercerai jadi mana mungkin saya tinggal di sini dan menggunakan fasilitas istana," ungkap Monna sekali lagi dengan yakin.     

Belhart masih saja menunjukkan sikap berlawanan.     

"Tidak masalah selama kami menyetujuinya," ungkap Belhart entah mewakili berapa orang.     

Lomus nampak tidak keberatan.     

Sedikit bingung dengan paksaan itu, namun setuju.     

Monna tetap bersikeras.     

"Itu tidak mungkin," ucap Monna.     

"Jangan menyalahi aturan yang sudah ada, Yang Mulia. Dan jangan paksa saya melanggar aturan!" tukas Monna lagi.     

Dan masih menambahkan.     

"Apa kata orang tentang hak saya, jika mereka melihat dan mengetahuinya?" tanya Monna.     

Namun Belhart masih saja keras kepala.     

"Tidak usah pikirkan omongan orang lain. Cukup ikuti perkataanku dan aku akan menjamin mereka tidak akan berani mengatakan apapun ketika aku sudah melarangnya!"     

Membesar kedua bola matanya, Monna tidak sanggup percaya dengan apa yang dia dengar.     

Jadi, Belhart ingin dia melanggar aturan dalam istana? Dan membuat larangan baru untuk keuntungan pribadi?     

Agak menakjubkan memang.     

Namun mungkin itu memang adalah sifat asli Belhart.     

Sementara Lomus dominic yang memang masih menginginkan Cattarina berada di dalam istananya, memutuskan untuk tidak perlu mengatakan apapun. Dan menikmati saja pertunjukan yang mungkin akan segera berakhir.     

Monna lalu menggunakan aksi memohon.     

"Oh, ayolah. Itu jelas tidak mungkin, Yang Mulia. Demi kenyamanan serta ketenangan semua orang!"     

Belhart masih menggila.     

"Siapa yang akan merasa tidak nyaman dan tidak tenang ketika aku bahkan sudah berkehendak? Mereka berani melawanku? Ksatria tangguh bahkan pangeran di negeri ini?"     

Melirik ayahnya lagi untuk meminta dukungan. Belhart lalu bertanya.     

"Bukan begitu ayah?" tanyanya.     

Lomus dominic yang peka tersenyum tipis.     

"Terserah. Jika Cattarina masih ingin berada di istana pun tidak apa-apa. Aku akan menyuruh orang menyiapkan istana baru untuknya," ungkap Lomus dengan sangat enteng.     

Kini giliran Monna yang tidak bisa percaya dengan negosiasi yang baru terjadi.     

Bukankah jika Monna tetap berada di dalam istana ini, semua akan sama saja?     

Untuk apa mereka bercerai jika mereka masih saja saling berhubungan? Untuk membuat semacam permainan menandatangi surat dan melegalisir, tanpa ada kegunaan khusus??     

Menyentuh lemas kepalanya. Monna seketika menggeleng.     

"Kalian ingin seperti itu?" ucap Monna hanya sekedar berbasa-basi.     

"Ya. Jika itu yang terbaik bagi semuanya," ucap lomus kompak dengan putranya.     

Monna merasa diakali. Dan berucap tegas kembali.     

"Tidak yang mulia. Terima kasih dan saya hargai niat Anda. Namun saya lebih baik kembali ke kediaman ayah. Karena saya yakin, mereka juga sudah menunggu saya."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.