Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 153 ( Soal Hati )



Chapter 153 ( Soal Hati )

0Belhart masih saja tidak menunjukkan kepeduliannya pada sikap Argedaff yang langsung mematikan teleponnya.     

Sibuk berpikir keras mempertimbangkan ucapan Argedaff soal Cattarina yang mungkin saja akan mendapatkan perlakuan yang tidak adil.     

Telepon sihirnya bergetar lagi.     

Drrrt.. drrtt..     

Melirik telepon sihir yang berbentuk bulat itu dengan tatapan dingin sekaligus malas. Belhart menyalakan kembali teleponnya.     

"Apa masih ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Belhart sama sekali tidak bersahabat.     

Sudah mendengarkan keluh kesah Argedaff panjang lebar. Semua itu masih saja belum cukup bagi Argedaff?     

Mengerucutkan bibirnya dan asyik berbaring sembari mengangkat telepon sihir agar wajahnya tetap terlihat.     

"Anda tidak ingin menghentikan atau membujuk saya? Sudah kesal pada sikap Anda yang membingungkan dan melelahkan. Karena sikap inikah Anda tidak mendapatkan perhatian darinya?"     

Mengerti betul perhatian siapa yang sedang Argedaff bicarakan. Belhart menghentikan segala aktivitas bekerja dan berpikirnya.     

"Apa maksudmu?"     

Bersikap menatang dan acuh. Argedaff membalas.     

"Kenapa? Apakah yang saya ucapkan ini sangat tepat?"     

Tersenyum dengan sangat puas ketika berhasil memancing perhatian Belhart.     

"Putri Mahkota benar-benar sudah mengacuhkan Anda?"     

Tertawa dengan konyol. Mengerjai Belhart dan membuatnya kesal, selalu menjadi hal yang menyenangkan.     

"Apa semuanya terlihat jelas?"     

Bukannya marah atau tersinggung. Belhart justru mengucapkan kalimat balasan yang mengejutkan.     

Sehingga Argedaff yang terkejut langsung duduk kembali.     

"Apa separah itu?"     

Sedang memiliki banyak waktu kosong. Argedaff yang tidak seperti Putra Mahkota, selalu punya banyak waktu bersantai.     

Tidak mengerjakan apapun. Seperti halnya saat ini. Mengganggu pangeran lain dari negara dan kerajaan lain.     

Argedaff masih menyunggingkan senyum geli.     

"Ah!! Jadi, Anda tidak sanggup menaklukannya? Karena itu, Anda menceraikannya? Takut menanggung malu dan tidak bisa menghadapi pengkhianatan jika mungkin suatu saat dia meninggalkan Anda lebih dulu. Karena itu Anda menceraikannya?"     

Seolah berhasil membuka kotak rahasia yang terkubur dalam.     

Argedaff memuji kepintarannya dalam hati.     

Sementara Belhart membalas tajam dengan pikiran kekanak-kanakkannya.     

"Dia.. mungkin akan mengkhianatiku dan meninggalkan aku demi laki-laki lain?"     

Tidak pernah memikirkan kemungkinan itu sampai sejauh ini. Belhart merasakan pembuluh darahnya mendidih.     

"Oh, demi apapun! Dan demi logika yang selalu aku utamakan! Kau sungguh-sungguh sudah menjadi budak cintanya? Tapi kau masih saja tidak ingin mengakuinya? Dan malah memilih untuk bercerai karena kebodohanmu sendiri?"     

Duduk dengan lemas dan tidak jadi merasa senang di atas penderitaan orang lain. Melainkan kasihan.     

"Ayolah, Bell!! Kau tidak mungkin tidak memikirkan dan mempertimbangkannya. Jika tuduhan pertamaku yang mengira kau takut terluka jika dikhianati, adalah benar. Keputusan cerai adalah keputusan paling salah yang sudah kau lakukan!"     

Belhart lalu berkata.     

"Kau tidak paham, Daff. Segalanya lebih rumit dan aku hanya ingin memberikannya waktu, kebebasan dan ketenangan."     

Benci dengan fakta ini. Namun memang seperti itulah kenyataannya.     

"Dan aku, akan melepaskannya begitu saja? Tidak berusaha mengejar dan menggunakan cara yang lebih pintar untuk bisa mendapatkan hatinya?"     

Menjadi pemain ulung dan pemikat wanita yang jauh lebih berpengalaman daripada dirinya. Sekalipun umur Argedaff berada dua tahun di bawahnya.     

Belhart tanpa sadar berucap.     

"Kau benar,"     

Menyetujui pemikiran Argedaff dan mengetahui kebodohannya.     

Tapi sekali lagi. Situasi tidak berpihak padanya. Mengingat fakta itu, Belhart menggertakkan giginya.     

Namun, beberapa informasi lain mengundang Belhart berkata-kata lebih banyak.     

"Kalau begitu. Jika itu kau. Ketika kau melihat masa depanmu dengan dia sudah tertutup. Tidak memiliki akhir bahagia dan hanya akan saling menyakiti satu sama lain. Apa yang akan kau lakukan ketika kau sudah jauh terlalu dalam untuk mencintainya? Masih belum mendapatkan balasan yang sama. Tapi isi pikiranmu, selalu tentang dia. Dia dan dia,"     

Belhart menatap Argedaff lurus.     

"Kau akan tetap mempertahankan prinsipmu untuk mengejarnya? Tidak akan menyerah sampai kau mendapatkan hatinya dan membuatkan keinginanmu untuk menang?"     

"Yang terpenting dalam sebuah hubungan. Bukan menang atau kalah, Pangeran. Melainkan soal hati," ucap Argedaff yang mendadak menjadi sangat dewasa. Melebihi apa yang bisa Belhart bayangkan.     

"Ya. Kau benar. Itu sebabnya aku memilih jalan ini,"     

Menatap dengan serius kemudian menambahkan.     

"Dan semua bergantung pada keberuntungan kalian berdua," tambah Argedaff sembari menatap Belhart tenang. Lalu memikirkan kalimat lanjutannya.     

"Karena aku pribadi tidak pernah percaya pada takdir yang sudah bisa kita lihat pada saat ini. Tidak ada yang abadi dan tidak ada yang pasti. Kita hidup untuk hari ini dan kita bahagia untuk saat ini. jadi, untuk apa kita memikirkan masa depan yang tidak jelas?"     

Mendengarkan dengan baik. Belhart lagi-lagi menyetujui pemikiran Argedaff yang sangat santai. Namun tetap.     

"Lalu, soal menyakiti dan disakiti. Apa semua itu benar-benar terjadi karena keseriusan kalian?"     

Belhart malah menyindir.     

"Jangan menanyakan pertanyaan semacam itu. Ketika kau bahkan sering menyakiti banyak wanita, Daff!"     

Sempat meningkatkan kepercayaannya pada ucapan Argedaff. Belhart lagi-lagi disadarkan apa sifat dan sikap Argedaff yang tidak menentu dan kacau.     

Tidak pernah bisa bertahan pada satu wanita untuk waktu yang lama. Argedaff selalu menemukan kelebihan baru dari kekasih barunya.     

Sehingga, perlukah Belhart mendengarkan nasehat cinta darinya?"     

Merasa dikecewakan. Argedaff lalu berucap.     

"Anda sudah tidak ingin mendengarkan nasehat saya lagi?"     

Bertanya dengan sangat serius. Argedaff masih saja tidak ingin Belhart melakukan kesalahan sama yang pernah ayahnya dulu lakukan.     

"Setelah bercerai. Sekitar 10 tahun lamanya, ayah sadar sudah melakukan kesalahan yang sangat besar terhadap ibu kandungku. Menyesal sudah pernah bercerai dan membiarkan wanita yang hebat dan tulus padanya untuk pergi,"     

Belhart malah menyindir halus.     

"Aku mungkin akan menyesal sampai hari tua-ku. Tapi Cattarina tidak pernah tulus mencintaku. Seperti ibumu mencintai ayahmu,"     

"Tapi mereka berdua juga menikah karena pernikahan politik. Tidak pernah saling mengenal satu sama lain dan mendadak disatukan. Hingga lambat laun ibuku mulai mencintai ayah dan sebaliknya. Namun ayah yang gelap mata malah lebih mencari wanita lain yang lebih pintar mendapatkan perhatian darinya,"     

Bukan bermaksud membuak aib keluarga sendiri. Tapi memberikan nasehat berdasarkan bukti nyata dan contoh.     

Belhart lagi-lagi memberikan balasan yang sarkas.     

"Ya. Tapi aku dan Catty sudah saling mengenal sejak lama sebelum kami menikah. Dan pada awalnya, dia yang menyukaiku lebih dulu. Namun karena sebuah sebab, perasaan itu menghilang dan tidak bersisa."     

Berlhart menambahkan.     

"Kini, aku yang mencintainya secara sepihak. Dan ini menunjukkan betapa kami sangat bertolak belakang. Ketika dia mencintaiku. Aku tidak mencintainya. Tapi, ketika aku mulai mencintainya. Dia sudah tidak mencintaiku."     

Dengan mata berputar, Argedaff mendengarkan penjelasan Belhart.     

"Tapi, bukankah itu artinya. Kau tinggal membangkitkan kembali cinta lamanya?"     

Bergeming sejenak dan mencerna pertanyaan itu.     

"Aku.. membangkitkan kembali cinta lamanya?"     

Mengangguk yakin.     

"Ya. Tentu saja!"     

Belhart mengerutkan kening.     

"Apa kau yakin, cara itu akan berhasil?"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.