Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 156 ( Salah Paham dan Tersinggung )



Chapter 156 ( Salah Paham dan Tersinggung )

0"Ya. Dan ada juga seorang suami yang bercerita bahwa dia tidak betah dengan kelakuan istrinya yang kejam. Hanya cantik dari luarnya saja. Banyak wanita di luar sana yang hanya baik soal penampilan tapi tidak tahu bagaimana cara memuaskan suaminya,"     

Memusatkan perhatian pada perkataan Nyonya Rosemary yang dalam.     

Ternyata dia ini juga punya sifat yang sama persis dengan Maydeilla.     

Monna masih menyunggingkan senyum.     

"Benarkah? Apa ini pengalaman pribadi Anda Nyonya Rosemary? Atau.. Anda hanya mengeluarkan uneg-uneg suami Anda?"     

Menjadi sedikit pucat dan tidak senang.     

"Apa maksud Anda, Nyonya Cattarina?"     

Menyeleput minumannya. Monna bersikap datar.     

"Bukan apa-apa. Saya hanya sedang mengikuti jalan pikiran Anda," balas Monna santai.     

Merri dan Dessie diam-diam tersenyum.     

Sedangkan Maydeilla yang tidak menyukai situasi ini, berucap.     

"Tolong, jangan salah paham Nyonya!" seru Maydeilla dengan niat menengahi.     

Padahal sebetulnya dia masih ingin melayangkan pernyataan yang lebih dalam dan mengena.     

"Nyonya Rosemary hanya mengungkapkan apa yang pernah dia dengar atau ketahui. Tapi jika tidak seperti itu, Anda tidak perlu menarik urat atau tersinggung."     

Monna lalu melirik Maydeilla.     

"Menarik urat dan tersinggung?"     

Memberikan senyum tipis.     

"Apa kau melihat dan merasakannya? Ketika aku bahkan baik-baik saja?"     

Monna kemudian menambahkan.     

"Aku hanya mencoba menyampaikan isi pikiranku. Dan jika itu salah. Tolong jangan salah paham dan tersinggung!"     

Membalas dengan kalimat yang sama persis. Maydeilla dan Rosemary dibuat sama-sama saling menatap.     

Tertawa mengejek dan memberikan tatapan dingin.     

"Aku? Tersinggung?" bertanya sembari mengerutkan kening.     

Monna membalas.     

"Hanya semisalnya dan abaikan jika tidak,"     

Mendengus tidak percaya. Saat ini, Monna yakin emosi Rosemary memuncak.     

Dan Maydeilla lagi-lagi mengambil peranan.     

"Bukankah kita berkumpul di sini untuk bercengkrama. Dan jika Anda memiliki uneg-uneg yang Anda simpan. Anda bisa menyampaikannya,"     

Erlena melengkapi.     

"Itu benar, Nyonya. Karena kita tidak pernah tahu bagaimana isi pikiran laki-laki. Tapi mungkin juga Anda tanpa sadar sudah melakukan sebuah kesalahan,"     

Beberapa desas-desus tidak mengenakan terdengar di dekatnya.     

"Lihat sikapnya angkuh dan sombongnya ini. Aku yakin karena kepercayaan dirinya yang tinggi. Putra Mahkota menjadi muak padanya."     

"Ah, aku rasa juga seperti itu!"     

"Apa Anda masih ingat dengan sikapnya dulu yang senang membuat onar?"     

"Tapi, bukankah selama ini setelah menikah. Dia jarang keluar istana?"     

Dan jarang mengikuti pergaulan kelas atas. Monna membenarkannya.     

Namun Merri yang tidak nampak terima, beranjak dari tempat duduknya. Bersiap akan mengajukan protes dan membela majikannya. Monna justru menghalangi. Memberikan kode untuknya tetap diam dan menyaksikan.     

"Ah! Sekali lagi maafkan kami. Terlalu banyak mendengarkan gosip yang berterbangan di luar sana. Kami mendadak jadi penasaran,"     

Tidak menunjukkan sama sekali ekspresi bersalah.     

Mereka sebut itu sebagai permintaan maaf?     

Monna yang sudah lelah berdiri dengan angkuh. Memandang ke bawah dengan mengejek.     

"Aku memang adalah wanita yang sombong dan angkuh. Tidak suka dengan sebuah keributan. Namun bisa membuat keributan jika dipancing. Kalian ingin aku memulainya darimana?"     

Terkejut ketika serangan mereka, balik mendapatkan balasan.     

Beberapa orang nampak gugup. Namun belum ada yang berani bicara.     

"Nyonya Vannella! Anda tidak lebih baik dari saya. Ketika Anda bahkan tidak berhasil mengatasi emosi suami Anda yang senang memukul Anda, pada saat dia sedang kesal dan mabuk!"     

Monna berpaling pada putri bangsawan lain.     

"Lalu Anda, Nona Erlena! Anda mungkin memang terlihat lugu di luar. Tapi aku tahu, bahwa Anda adalah wanita simpanan seorang Viscount tua."     

"Dan Anda adalah perawan tua yang tidak bisa menemukan satu laki-laki yang sesuai dengan kriteria Anda."     

Kini pandangan Monna beralih ke Maydeilla.     

"Kalau Anda.."     

Menatap dengan sangat serius dan berkeringat.     

Maydeilla nampak gugup mendengar kalimat selanjutnya.     

"Anda menyukai Putra Mahkota. Tapi Beliau sama sekali tidak pernah menyukai Anda dan bahkan melirik Anda bukan? Itu sebabnya, ketika aku berhasil menikahinya. Anda tidak datang ke pesta pernikahan kami. Dan menyebarkan isu soal pernikahan paksa yang kami lakukan?"     

Mengerjap beberapa kali. Maydeilla nampak sangat tidak terkejut sekaligus percaya bagaimana Monna sanggup mengatakan itu semua.     

Begitu juga dengan semua orang yang tidak mengerti bagaimana Cattarina bisa mengetahui semua hal yang masing-masing dari mereka sembunyikan.     

Dessie dan Merri tidak berhenti terpana sekaligus kagum pada majikan mereka.     

Berpikir bahwa Monna mungkin sengaja mengajak dua dayangnya serta untuk membantunya menyerang dan meminta bala bantuan.     

Putri Cattarina justru menyerang semua orang secara bersamaan. Bahkan sampai tahu seluruh rahasia mereka.     

Sehingga sebagai wanita yang senang memprovokasi dan mencari kehebohan, Merri berucap.     

"Nyonya!! Jadi, mereka semua tidak lebih baik dari Anda? Mereka hanya nampak baik di luar. Namun sebenarnya, hidup mereka jauh lebih kasihan?"     

Mengepal dengan marah. Maydeilla bangkit berdiri dan bersiap menyerang Merri.     

"Apa yang baru saja kau katakan?! Seorang dayang sepertimu berani bicara lancang pada kami, para Putri Bangsawan?!!"     

Kurang memiliki kemampuan untuk membalas kata-kata Monna. Maydeilla yang pengecut sengaja menyerang Merri?     

Tidak terima dayangnya dihardik.     

Monna maju ke samping untuk menghalangi.     

"Ada apa? Apa Merri mengucapkan kalimat yang benar? Karena jika itu tidak benar, kalian seharusnya tidak tersinggung dan salah paham."     

Kata-kata Monna sungguh menohok Maydeilla.     

"Kau...!!"     

Tidak bisa memberikan balasan. Monna yang merasa tujuannya sudah tersampaikan, memilih untuk pergi secara terhormat sebelum mungkin diusir.     

"Karena pembicaraan kita sudah berlangsung lama. Dan aku punya banyak urusan lain yang harus aku kerjakan. Aku rasa, aku harus pamit. Lalu kalian silahkan melanjutkan sesi curhat kalian dan tidak perlu mengantarku,"     

Melirik Merri dan Dessie bersamaan. Monna lalu mengajak mereka keluar.     

"Ayo, Merri. Dessie. Urusan kita sudah selesai di sini. Kita sebaiknya pergi ke destinasi lain,"     

Dengan sikap sangat kooperatif, Merri menyanggupi.     

"Ya, Nyonya! Dengan senang hati dan sangat melegakan,"     

Seolah terbebas dari berbagai macam gangguan dan berhasil mengakhiri rutinitas yang membosankan.     

Merri mengikuti Monna dari belakang. Disusul Dessie yang buru-buru keluar sebelum menjadi amukan para wanita liar yang mungkin akan menerkamnya hidup-hidup menggantikan Monna.     

Dessie lalu berucap panik.     

"Saya ikut, Nyonya. Tunggu sebentar," serunya sembari banyak pasang mata yang menatap mereka tajam.     

***     

Dessie yang sudah berhasil kembali ke kediaman. Menceritakan seluruh hal yang terjadi selama dia berada di kediaman Bourston pada pada Putra Mahkota. Menggunakan telepon sihir versi dua yang dia dapatkan dari Putra Mahkota untuk sebuah misi.     

Dessie secara sembunyi-sembunyi menghubungi Putra Mahkota melalui telepon sihir itu. Ketika teman sekamarnya, Merri sedang tidak berada di kamar.     

Sengaja mengunci pintu dan berbisik pelan.     

"Begitulah, Yang Mulia."     

Sudah diberikan pertanyaan secara langsung bagaimana perkembangan Cattarina selama berada di dalam rumah. Dessie yang telah diberikan mandat untuk memantau dan menginformasikan berita apapun.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.