Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 159 ( Suara yang Terdengar Familiar )



Chapter 159 ( Suara yang Terdengar Familiar )

0Monna dengan perasaan tertekan membalas.     

"Sudah aku katakan. Aku hanya sedang ingin berjalan-jalan sebentar, Therens! Aku butuh refresing dan tolong izinkan aku keluar!"     

Mencengah tepat di ambang pintu. Therens yang entah mendengar niat mereka darimana, memasang badan.     

"Anda baru saja keluar kemarin, Nyonya. Dan Anda sudah ingin keluar kembali ketika izin keluar kemarin saja sulit Anda dapatkan?"     

Memutar bola matanya malas.     

Monna mulai kesal.     

"Sekarang, apa-apaan sikapmu ini? Kau sudah tidak ingin mematuhiku dan kau juga ingin mengekangku?"     

Berpikir bisa bebas keluar ketika telah kembali ke kediamannya.     

Sejak kapan Cattarina tidak diizinkan keluar?     

Memberikan kode pada Dessie dan Merri untuk bertindak cepat.     

Mereka yang cepat tanggap, segera maju dan menahan lengan Therens. Menariknya ke samping dan memberikan kesempatan Monna lewat.     

"Merri! Dessie!!" teriak Therens.     

"Apa yang kalian lakukan dan kalian berani melakukan ini padaku?"     

Dikenal sebagai kepala pelayan yang ditakuti. Karena Therens adalah pribadi yang sangat menjunjung tinggi kedisplinan.     

Lebih mengutamakan aturan daripada perasaan senang sesaat.     

Therens benar-benar dibuat kesal oleh para pelayan setia Cattarina.     

"Maafkan aku, Bibi! Aku akan segera kembali sebelum hari menjadi gelap. Anda juga tidak perlu terlalu cemas. karena aku pergi bersama Paman Lumian,"     

Sang supir kereta kuda yang akan mengantar mereka berpergian. Merri dan Dessie kemudian mengunci Therens dari luar. Meletakkan kuncinya masih di dalam lubang kunci.     

Monna lalu menyurh seorang pelayan lain untuk pergi ke kamarnya. Membukakan pintu dan membiarkan Therens bebas. Tapi setelah dia sudah berhasil keluar dari istana bersama Lily, Merri dan Dessie.     

Hanya lily yang nampak frustasi dengan tindakan Cattarina yang diluar dugaan.     

"Anda tidak semestinya mengunci Nyonya Therens dalam kamar, Nyonya!"     

Menggunakan sapaan yang lebih sopan ketika menyebutkan orang yang jauh lebih tua darinya. Lily nampak menyegani Therens karena usia mereka yang memang terpaut jauh.     

Namun Monna sama sekali tidak menunjukkan kepeduliannya.     

"Aku sudah meminta seseorang untuk membukakan pintu untuknya setelah kita pergi. Jadi semuanya tidak akan ada masalah,"     

Monna kemudian melirik keluar jendela. Menghirup udara segar dan menikmati angin sejuk yang menerpa wajahnya.     

"Kemana kira-kira tujuan pertama kita?"     

Menimbang dan memilih dengan bingung, Monna akhirnya memilih untuk mengisi perutnya lebih dulu. Datang ke salah satu restoran yang berada di pusat kota.     

Monna lalu menyuruh Lumian untuk meninggalkan kereta kudanya di salah satu tempat penitipan kereta. Mengizinkannya berkeliling bebas atau melakukan apapun yang dia inginkan setelah memberikan beberapa uang.     

"Kita berkumpul sebelum petang di tempat ini lagi. Dan lakukan apa yang ingin kau lakukan dengan uang itu. Aku dan para wanita juga akan berkeliling,"     

Sebelum pergi, Lumian sebenarnya ragu.     

"Tapi, Nyonya Muda. Bagaimana jika saya menemani?"     

Menawarkan jasa sebagai pengawal.     

Lumian tentu tidak memiliki bakat itu. Sehingga Monna yang tidak ingin diawasi, menolak.     

"Tidak. Karena ini hanya akan menjadi tema jalan-jalan para wanita. Laki-laki dilarang ikut. Kecuali kau ingin berdandan seperti wanita!"     

Lumian yang tidak bisa membayangkan, bergidik.     

"Tidak, Nyonya. Saya lebih baik mengambil uang ini dan menunggu Anda,"     

Dengan satu kali gertakan, Lumian akhirnya mengerti. Memiliki tubuh tegap dan tinggi. Lumian yang sebenarnya punya tubuh yang bagus, berulang kali harus menunduk ketika berbicara dengan Monna.     

Meninggalkan senyum penuh kepuasan di wajah Monna.     

Sesuatu mendadak menarik perhatian Dessie.     

"Nyonya! Sepertinya ada pawai? Atau ada sebuah yang terjadi? Kenapa banyak orang berkumpul di sana?"     

Mengikuti arahan Dessie.     

Monna, Lily dan Merri sama-sama menatap serius ke arah yang Dessie tunjuk.     

Melihat punggung-punggung yang membelakanginya.     

Monna lalu berseru pada yang lain.     

"Ayo! Sebelum kita mengisi perut, kita lihat dulu apa yang ada di sana!"     

Mengajak semua orang untuk mengikutinya.     

Monna mulai berjalan semakin masuk di tengah-tengah kerumunan. Tapi mendadak berhenti sejenak dan bersembunyi ketika mengenali seseorang.     

"Apa yang dia lakukan di sini? Hari ini adalah hari inspeksi dadakannya?"     

Bergumam pelan dengan kesal. Monna berusaha menutupi tubuhnya.     

Menunduk dan mendengar seseorang memanggilnya.     

"Nyonya! Kenapa Anda berhenti dan seolah sedang bersembunyi?"     

Memberikan kode dan bertambah panik.     

"Suitttt!! Jangan mengusikku dan jangan memanggilku seperti itu!"     

Merri yang baru memahami keramaian apa yang terjadi di depan mereka, berucap.     

"Putra Mahkota ada di sini?" berucap dengan ngeri.     

Lily dan Dessie nampak terkejut.     

Terutama Lily yang menjadi ikut panik.     

"Bagaimana ini, Nyonya? Anda sudah siap bertemu dengannya kembali?"     

Mengagumi kepintaran Lily dalam menanggapi situasi dan suasana hatinya. Monna membalas.     

"Tentu tidak, Lily. Karena itu, kita lebih baik keluar dari sini diam-diam!" berbisik sangat pelan.     

Tapi yakin para pelayan bisa mendengarnya.     

Monna akhirnya bisa lolos. Bernapas lega ketika berhasil masuk dalam salah satu restoran yang nampaknya tidak terlalu buruk. Dan tidak akan mungkin dimasuki oleh Belhart yang semisalkan saja mencari waktu senggang menghabiskan waktu istirahatnya di suatu tempat setelah selesai melakukan inspeksi dadakan.     

Monna sempat mendengar sedikit, keributan yang terjadi di belakangnya ketika berusaha kabur.     

"Kau memalsukan barang daganganmu? Menjualnya secara bebas dan membiarkan banyak orang membelinya?"     

Dessie mendadak saja berucap.     

"Pasti sudah terjadi sesuatu. Karena saya melihat wajah Putra Mahkota yang sangat serius dan marah,"     

Menatap teman seperjalanannya yang lain dengan cemas.     

"Apa akan terjadi sesuatu?"     

Menggeleng dengan asal. Monna yang tidak ingin mempedulikannya, membalas.     

"Tidak, Dessie. Dan bukan urusan kita juga,"     

Mengibaskan satu tangannya dan mencari tempat duduk.     

"Kita duduk di sana. Kemudian memesan makanan,"     

Sengaja mengambil tempat duduk di tempat paling pojok agar tidak mengundang perhatian. Monna berusaha menutupi rambutnya yaang mencolok dengan tudung dan topinya.     

Memesan beberapa menu dan sengaja melebihkannya agar para pelayannya senang.     

"Aku sepertinya jarang berbuat baik pada kalian. Dan lebih banyak merepotkan. Jadi pilih makanan yang kalian suka. Tambahkan jika kurang. Kalian tidak perlu sungkan!"     

Mendadak jadi terharu secara kompak.     

"Nyonya..."     

Mata Lily, Merri dan Dessie berlinang air mata.     

Namun Monna yang merasa kebaikan hatinya saat ini hanya sebuah kebaikan sederhana yang tidak memerlukan balasan reaksi yang berlebihan. Tersenyum kikuk.     

"Tidak ada drama dan tidak ada rasa haru yang berlebihan. Hanya traktiran sederhana tidak mungkin akan membuatku berjasa besar!"     

Pelukan Merri sudah mendarat.     

Memeluknya erat tanpa sadar dan cepat-cepat memisahkan diri setelah sadar.     

"Maafkan kelancangan saya, Nyonya. Saya tidak bermaksud tidak sopan,"     

Lily yang terkejut, memarahinya.     

"Merri! Apa yang sudah kau lakukan!? Dan bagaimana kau bisa sangat berani,"     

Tertawa kecil. Monna berusaha menapik.     

"Tidak apa-apa, Lily. Mungkin ini hanya ungkapan senang Merri yang melewati batas. Kita lebih baik mengisi perut,"     

Sudah tidak sabaran mencicipi hidangan yang datang. Restoran ini nampak tidak buruk. Aroma dan rasa sepertinya enak.     

Tapi mendadak ketika Monna baru saja akan memasukan satu sendok makanan ke dalam mulutnya. Suara sangat familiar seseorang terdengar.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.