Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 160 ( Ketidak Beruntungan )



Chapter 160 ( Ketidak Beruntungan )

0Suara yang bagaikan memukul kepalanya dengan keras.     

"Aku tidak tahu apa saja yang dikerjakan oleh para petugas keliling yang rutin melakukan pemeriksaaan setiap hari di daerah ini!"     

Hampir tersedak jika saja Monna tidak berhasil mengontrol dirinya dengan baik.     

Monna seketika menunduk. Menutupi wajahnya dan tidak berani mengangkat kepala. Suara berat dan dalam itu tidak akan mungkin, tidak bisa dia kenali.     

Lily, Merri dan Dessie sama-sama saling memandang. Terkejut dan menutupi wajahnya mengikuti gerakan Monna yang lebih cepat.     

Merri yang terkejut melihat Putra Mahkota berjalan ke arah mereka, berbisik.     

"Nyonya... bagaimana ini? Kenapa Putra Mahkota berada di sini?"     

Monna dibuat ikut gelisah.     

"Mana aku tahu? Kau kira aku yang mengundangnya?"     

Sengaja menghindar ke restoran paling jauh dari lokasi keributan tadi. Belhart justru memilih tempat ini untuk menghabiskan waktu dan meluapkan emosi?     

Memutar bola matanya dengan lelah sekaligus kesal. Monna mencengkram tangannya kuat-kuat tanpa sadar.     

Masih beruntung karena mereka memilih tempat yang berada paling pojok ruangan. Tertutup beberapa kain pada salah satu sisi dan posisi Monna yang membelakangi siapapun yang mungkin berjalan di dekatnya.     

Dalam bentuk meja persegi yang sudah penuh terisi oleh merka berempat. Tudung dan topi Monna, tentu juga menyamarkan penampilannya.     

Sungguh sial!     

Kenapa Belhart harus memilih meja paling dekat dengannya?! Tidak adakah meja kosong yang bisa dia gunakan bersama dengan pengawalnya yang lain?     

Ditambah lagi, Belhart datang bersama dengan Neil!     

Takut Neil mengenalinya, Monna semakin menunduk dan mengeratkan tudungnya.     

Lily sudah bertanya dengan cemas.     

"Sekarang apa yang harus kita lakukan, Nyonya? Apa kita akan bermain sembunyi-sembunyi? Lalu, bagaimana jika ketahuan?"     

Membasah dirinya dengan gelisah. Monna hanya berbisik pelan.     

"Suitt!! Sudah! Makan saja. Dan bersikaplah biasa! Aku yakin mereka tidak akan memperhatikan kita jika kita tidak terlihat mencolok,"     

Kemarahan Belhart kembali terdengar.     

"Bekerja seperti tidak bekerja! Mereka membiarkan begitu saja seseorang menyelundupkan barang terlarang dan memalsukan barang dagangannya?"     

Terus mendengarkan dengan seksama. Dan mencermati keadaan.     

Monna tahu Belhart pasti sedang membicarakan soal keributan yang baru saja dia ciptakan.     

Terdengar santai. Tapi juga kesal karena sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya.     

Pakaiannya yang hanya mengenakan seragam pengawal biasa. Jelas sengaja dia gunakan untuk menutupi identitasnya sebagai Putra Mahkota.     

Tetap terlihat tampan dengan jenis pakaian apapun yang dia kenakan. Monna melirik bayangan Belhart melalui kaca kecil yang sengaja dia keluarkan untuk mengawasi.     

Tidak terus menyoroti bayangan Belhart dengan kaca kecil yang dia gunakan. Agar tidak menimbulkan perhatian. Monna menyimpan kembali kaca yang dia keluarkan.     

"Katakan padaku langsung! Jika situasi mendadak menjadi genting dan kita perlu segera melarikan diri!"     

Memberikan perintah dan penegasan.     

Para pelayannya hanya bisa berusaha menghabiskan makanan mereka dengan susah payah. Menuruti permintaan Nyonya Muda Mereka untuk makan dengan tenang seperti biasa.     

Ketiganya kompak berseru pelan.     

"Baik, Nyonya!"     

Percakapan dari belakang meja Monna lagi-lagi mengacaukan konsentrasinya.     

"Saya tahu Anda kesal, Yang Mulia. Tapi bukan dengan cara seperti ini Anda melampiaskan kekesalan. Anda harus bisa mengontrolnya," memberikan peringatan secara tenang dan seolah berbisik ketika nama 'Yang Mulia' disebutkan.     

Monna masih saja tidak nampak tenang ketika dia bisa mendengar semua percakapan mereka.     

"Kau memintaku untuk bersabar? Berapa lama? Kita sudah melakukan inspeksi dadakan sangat sering, Neil! Dan selalu saja ditemukan ketidakberesan! Lalu, kau masih saja memintaku untuk bersabar?"     

Neil dengan pikiran terbuka sekaligus tenang membalas.     

"Ya. Karena selalu saja ada orang-orang yang memanfaatkan kesempatan yang ada untuk keuntungan mereka sendiri,"     

Mengangkat tangannya ke atas. Neil memanggil beberapa pelayan restoran untuk menyiapkan mereka beberapa hidangan untuk empat orang.     

Monna justru menghitung waktu.     

"Ya. Kau benar, Neil. Dan itu sebabnya juga, kita semakin rajin melakukan inspeksi berkala. Karena wilayah Rafens memang selalu menjadi perhatianku,"     

Wilayah dengan pemungkiman paling ramai dan aturan yang terlalu longgar. Wilayah yang bersebelahan dengan wilayah Nettvilee. Wilayah tempat tinggal keluarga Bourston dan hanya memerlukan waktu satu setengah jam bagi Monna menggunakan kereta kuda untuk bisa sampai ke kota ini.     

Monna yang sengaja memilih wilayah Refans untuk menghabiskan waktu dan mencari suasana baru karena wilayah refans terkenal sebagai kota hiburan terbesar.     

Tentu tidak menyangka akan bertemu dengan Putra Mahkota di kota ini!!     

Memerlukan waktu sekitar tiga jam dari istana untuk bisa sampai ke wilayah ini. Belhart ternyata sejak lama dan secara khusus, sudah memberikan perhatian lebih pada wilayah Rafens?     

Memijat pelan pangkal hidungnya.     

Monna sungguh dibuat tidak mengerti dengan ketidakberuntungan ini.     

Belhart, Neil dan beberapa pengawal masih saja terus bercengkrama soal strategi dan rencana mereka ke depannya.     

Monna yang mendengar hanya bisa menghela napas. Tidak ingin mendengar, tapi tidak mungkin tidak mendengar. Karena jarak mereka yang terlalu dekat dan suara mereka yang seolah masuk ke dalam rongga telinga.     

"Bagaimana menurutmu, Neil? Hukuman apa yang pantas mereka terima karena tidak menjalankan tugas dengan benar?"     

Sedikit menunduk dan berusaha bersikap biasa tanpa menunjukkan rasa hormat yang terlalu berlebihan agar akting mereka sebagai pengawal biasa tidak ketahuan.     

Neil membalas.     

"Keputusan berada di tangan Putra Mahkota. Anda hanya perlu memberitahukannya,"     

Seulas senyum tipis terlampir.     

"Ya. Aku setuju dan sependapat. Aku yakin Yang Mulia Putra Mahkota pasti punya hukuman yang menarik untuk mereka. Tapi, apa menurutmu hukuman penjara saja sudah lebih dari cukup? Ketika mungkin saja setelah mereka berhasil menyelesaikan masa hukumannya. Mereka akan bisa melakukannya lagi?"     

Penyataan yang masuk akal dan Monna menyetujuinya. Tapi apa pernah ada seorang pencundang yang berhasil dibuat jerah?     

***     

Menguap untuk ke 10 kalinya.     

Monna hampir saja tertidur dengan perut kenyang dan wajah bosan.     

Sudah terus bersabar semenjak dia tahu percakapan Belhart dengan Neil dan para pengawalnya akan berlangsung lama.     

Monna yang enggan untuk beranjak karena takut ketahuan. Hanya terus berusaha menghilangkan rasa kantuk. Setelah dia sudah lama mengosongkan piring dan kekenyangan.     

Belhart akhirnya bisa memberikannya perasaan lega. Ketika mendadak berkata.     

"Kita lebih baik kembali ke istana dan menindaklanjuti para pedagang ilegal itu,"     

Monna buru-buru mendumel dalam hati.     

Kau seharusnya melakukan itu sejak tadi! Memangnya apa yang kalian bicarakan sampai berjam-jam dan tidak ada bosannya?     

Hampir meleleh karena menahan frustasi dan kebosanannya menghabiskan waktu tanpa melakukan apapun. Selain mendengarkan percakapan Belhart dengan anggotanya yang masuk kuping kiri Monna dan keluar melalui kuping kanan.     

Para pengawal kemudian berdiri. Berjalan keluar dari restoran diikuti oleh Neil dan Belhart yang berjalan di belakang setelah membayar pesanan.     

Monna yang mati lemas, menenggelamkan wajahnya di atas meja. Menimbulkan kepanikan Dessie.     

"Nyonya!! Anda baik-baik saja?"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.