Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 164 ( Pendamping Pesta )



Chapter 164 ( Pendamping Pesta )

0Pesta ulang tahun Argedaff akhirnya tiba. Sudah menyibukkan diri sejak pagi untuk menentukan tema dandanan seperti apa yang ingin Monna tunjukkan. Monna terus merepotkan para pelayan wanitanya untuk memberikan hasil terbaik.     

Mengeriting rambutnya agar lebih bergelombang. Mengepang pada bagian tertentu dan menyanggulnya dalam bentuk yang manis.     

Monna tentu Bukan sekedar ingin menunjukkan penampilannya yang sudah cantik.     

Hanya ingin tampil maksimal di hari pertamanya datang ke sebuah pesta. Setelah dia sudah berhasil memulai seluruh kehidupannya dari awal.     

Pesta perayaan ulang tahun Argedaff yang ke 21 pasti mengundang banyak perhatian banyak. Tidak hanya akan dihadiri oleh orang-orang penting. Tapi juga seluruh putri dan putra bangsawan terkenal.     

Monna yang berasal dari negeri tetangga sekaligus membawa nama keluarga Bourston di wajahnya. Tentu tidak mungkin menggunakan kesempatan ini untuk mempermalukan diri sendiri.     

Harus tampil cantik dan menguras banyak perhatian. Mesti Monna sangat mengharapkan perhatian itu hanya diberikan dari jarak jauh.     

Monna masih juga belum mendapatkan surat yang dia tunggu-tunggu sejak kemarin.     

Tidak menemukan lawan yang sepadan untuk menemaninya datang ke sebuah pesta. Monna menatap kecantikan dirinya dalam cermin dengan lemas.     

"Apa Alliesia belum membalas surat dariku?" tanya Monna gelisah yang belum ingin pergi ke pesta seorang diri.     

Sudah mengirimkan surat balasan pada Alliesia yang terkejut dan buru-buru mengirimi surat paniknya. Ketika Alliesia baru saja tahu Belhart dan Cattarina bercerai.     

Sibuk mengurus hal lain dan membantu para dokter untuk melakukan perawatan gratis atas perintah Putra Mahkota di daerah pesisir.     

Ketika Alliesia pulang, Alliesia sudah dikejutkan pada berita perceraian Putra Mahkota yang terus dibicarakan di istana secara diam-diam.     

Tidak ada yang mengerti mengapa semua itu terjadi dan bagaimana Putra Mahkota tega menceraikan Putri Mahkota. Kekosongan hati Belhart terhadap Putri Mahkota yang pada akhirnya menjadi alasan dasar Putra Mahkota melakukan itu pun terus menyebar kemana-mana.     

Merasa tidak percaya sekaligus sedih, Alliesia yang cemas langsung mengirimkan sebuah surat ke kediaman Bourston melalui bantuan seseorang.     

Menuliskan betapa dia ikut prihatin dan mengharapkan adanya akhirnya yang bahagia bagi Cattarina. Sekalipun dia tidak bersama dengan Belhart.     

Monna akhirnya membalas surat perhatian itu dengan ucapan terima kasih dan ajakan untuk pergi bersama-sama ke pesta ulang tahun Argedaff.     

Namun surat semacam apa yang sampai padanya hari ini. Tepat di hari 'H' dan menjadi penentu.     

"Nyonya! Surat yang Anda tunggu-tunggu sudah datang! Nona Alliesia sudah membalas surat dari Anda!"     

Datang dengan tergopoh-gopoh dan mengangkat tinggi-tinggi surat yang dia bawa. Dessie ternyata bisa juga berteriak dengan kencang. Ketika Monna berpikir, Dessie hanya gadis lugu yang pemalu.     

Monna menadahkan tangan.     

"Mana, Dessie? Cepat berikan padaku dan biarkan aku membaca isinya.     

Tidak sabar membuka dan mengetahui apa yang Alliesia sampaikan. Monna segera saja merobek amplopnya.     

Membuka lipatan kertas dan mengatur napas untuk membaca kalimat pertama.     

Salam hormat Alliesia selalu menjadi pembuka.     

"Salam sejahtera bagi Anda, Yang Mulia Putri Mahkota. Saya Alliesia Rustchel. Memberikan balasan untuk surat Anda yang terakhir,"     

Merasa kesal dan menggaruk kening dengan jari.     

"Aduh! Kenapa dia masih saja memanggilku dengan sapaan hormat itu? Ketika aku bahkan sudah memperingatkan di akhir surat,"     

Monna lalu masuk ke inti surat.     

[ Berhubungan dengan permintaan terakhir Anda yang mengajak saya pergi bersama ke ulang tahun pangeran keempat kerajaan Methovenia, Pangeran Argedaff Doeff Methov. Dengan perasaan bersalah dan tidak enak hati. Saya benar-benar minta maaf harus menolaknya, Yang Mulia.     

Bukan karena saya tidak bersedia untuk menemani Anda. Tapi pekerjaan saya di sini sedang sangat banyak, Yang Mulia. Sehingga, saya belum bisa menemani Anda hari ini. Lalu, saya berharap Anda bisa menemukan pengganti saya. ]     

Monna spontan terkurai lemas.     

"Alliesia tidak bisa menemaniku hadir? Dan dia baru memberitahukannya hari ini, setelah kau mengirimkan surat dua hari yang lalu?"     

Ikut membaca dan membayangkan situasi Alliesia. Merri berucap.     

"Dia mungkin sibuk, Yang Mulia. Itu sebabnya, Nona Alliesia baru membalas surat itu sekarang."     

Monna sontak menyentuh kepalanya yang terasa berat dengan kedua tangan.     

"Tidak mungkin!! Jadi, aku harus pergi bersama siapa?"     

Memasang wajah frustasi dan sedih.     

"Apa Anda tidak bisa mengundang teman Anda yang lain?"     

Menawarkan solusi. Namun pernyataan itu sama sekali bukan solusi. Monna menatap Merri tajam.     

"Kau kira, Cattarina Bourston punya seorang teman dalam hidupnya?"     

Menjadi wanita antagonis memang bagus. Karena banyak orang akan menjadi segan dan berpikir ulang jika ingin tidak tulus mendekatinya.     

Tapi, karena ke-antagonis-an Cattarina. Wanita itu pada akhirnya tidak punya satu orangpun teman yang bisa dia ajak pergi ke pesta bersama-sama.     

Sangat menyedihkan. Sampai-sampai Monna ingin sekali mengubur dirinya ke dalam tanah.     

Meninggalkan nama Cattarina yang tidak berguna pada situasi seperti ini.     

Lily memberikan usul lain. Ketika semu orang sadar, Cattarina yang menyedihkan tidak punya satu orangpun teman.     

"Jika Anda tidak punya teman dan takut dipermalukan. Kenapa Anda tidak usah saja datang, Nyonya?"     

Menatap Lily dengan pasrah ketika jawaban itu sama sekali tidak membantu.     

"Aku sudah mengirimkan pesan pada Beppeni, bahwa aku akan hadir. Dan dia pasti akan menyampaikannya pada Argedaff. Dan kalian tahu apa artinya itu?"     

Menatap separuh berapi-api. Monna mengerucutkan bibirnya.     

"Aku akan lebih dicibir oleh Si Pirang Menyebalkan itu!"     

Lalu terkurai lemas kembali.     

"Dan aku juga sungkan pada Beppeni yang sudah berbaik hati mengundangku,"     

Monna kemudian menatap para dayangnya satu persatu dan bertanya dengan asal.     

"Apa salah satu dari kalian ingin ikut?" tanya Monna separuh berharap.     

Tapi tidak ada satu orangpun yang menginginkannya dan menolak mentah-mentah.     

"Tidak. Nyonya! Bagaimana itu mungkin? Dan bagaimana kami bisa sangat berani melakukannya!"     

"Itu benar! Pesta itu pasti dihadiri oleh orang-orang penting. Jadi bagaimana mungkin kami berani berbaur?"     

Menyilangkan kedua tangan dengan heboh.     

Dessie nampak sama saja dengan Lily dan Merri yang menolak usulnya.     

"Tidak, Nyonya. Itu terlalu beresiko dan saya tidak berani," ucap Dessie sekata.     

Monna semakin dibuat lemas.     

"Baiklah aku mengerti. Tapi bagaimana jika kalian sekali-kali mencobanya? Mungkin akan membuat kalian malah ketagihan dan menyukainya?"     

Tatapan keras Lily membuat Monna memalingkan wajahnya.     

"Baiklah. Baiklah. Aku mengerti. Jadi kalian tidak perlu ketakutan seperti itu!" protes Monna.     

Lalu melanjutkan dengan malas.     

"Aku juga tidak akan mungkin memaksa kalian jika kalian tidak mau,"     

Memutar otak dan berkesal hati.     

"Apa kakak tidak berada di rumah? Aku sudah ingin menggunakan jasanya sebagai alternatif terakhir. Jika saja Alliesia menolak. Tapi kemana kakakku yang super sibuk itu?"     

Jarang melihatnya selama beberapa hari. Asraff hanya muncul ketika dia ingin menggoda adiknya. Mengecek kondisinya dan berbasa-basi sejenak.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.