Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 169 ( Benci Berbohong )



Chapter 169 ( Benci Berbohong )

0Akan aneh jika Pangeran Pertama Methov tidak terkejut. Namun, karena Murgedaff adalah pria yang lebih dewasa dibandingkan orang lain pikirkan. Dan pribadi yang tidak suka mencampuri urusan orang lain.     

Terlebih lagi membuka luka lama.     

Murgedaff mengangguk pelan saja. Berpura-pura mengerti. Padahal sebetulnya tidak terlalu mengerti dan sedikit penasaran.     

Tapi tidak bertanya karena sadar bukan rana-nya untuk ikut campur.     

Murgedaff lalu menunjukkan sikap profesionalitasnya.     

"Senang bisa bertemu dengan Anda, Putri Mahkota. Dan selamat bersenang-senang. semoga pesta sederhana ini tidak membuat Anda bosan dan jenuh. Jika Anda butuh sesuatu dan merasa kurang nyaman terhadap sesuatu. Anda bisa menyampaikan secara langsung pada saya."     

Sangat diplomatis dan welcome.     

Kalimat apa lagi yang bisa menunjukkan betapa Murgedaff menjaga dengan sangat baik nama kerajaan dan negaranya?     

Menunduk dan menyambutnya. Monna menunjukkan sikap yang sama.     

"Terima kasih, Yang Mulia. Dan sunguh sebuah sanjungan yang besar untuk saya menerima keramahan Anda,"     

Menatap dengan senang dan menemukan kecocokan dengan Cattarina. Murgedaff menemukan satu orang lagi dari negara tetangga yang bisa dia percaya hanya melalui pengamatan pertamanya.     

Monna lalu memutuskan untuk undur diri. Mencari ke sisi lain untuk mencari Beppeni dan membiarkan para orang penting itu mendiskusikan apapun. Siapa yang akan mengira, bukan hanya bertemu dengan kakaknya, Asraf.     

Monna juga bertemu dengan Neil dan Hulck?     

Menatap penampilan mereka dengan terkesima. Monna tanpa sadar berteriak.     

"Kalian juga datang kemari?"     

Membulatkan mata lebih terkejut. Ketika mereka seharusnya datang bersama. Monna bertanya lagi dengan bingung.     

"Lalu, kenapa kalian tidak datang bersama dengan Putra Mahkota?"     

Hulck yang tahu jawabannya, melirik Neil. Yakin tidak akan menjawab darinya karena Neil benci jika harus berbohong pada Putri Mahkota. Hulck yang diberikan perintah untuk datang secara terpisah oleh Belhart. Memilih untuk menekan sisi malaikatnya dan berbohong.     

"Kami ada urusan lain di sini, Yang Mulia. Itu sebabnya, kami datang lebih dulu."     

Tanpa sadar Hulck merasakan tatapan yang mengawasinya dari jauh.     

Menoleh sedikit dan mencari sumbernya.     

Putra Mahkota Dominic ternyata mengamati sejak tadi ketika sedang mengobrol dengan Pangeran Murgedaff?     

Terserang sakit kepala yang tidak menyerang organ vital. Namun, rasa tertekannya seolah sama.     

Monna menunjukkan sikap pahamnya.     

"Ah, jadi begitu. Baiklah. Kalau begitu aku pergi sisi sebelah sana untuk mencari seseorang. Dan kalian boleh melanjutkan kegiatan kalian kembali,"     

Melambaikan kemudian meninggalkan Hulck dan Neil.     

Hulck yang berhasil memperdaya Putri Mahkota, bernapas lega.     

Menyentuh pundak Neil dan berkata dengan lemah.     

"Sekarang aku mengerti. Kenapa kau benci berbohong dan merusak hati nuranimu untuk sekedar menyenangkan hati seseorang atau mengikuti perintah seseorang,"     

Neil hanya menunjukkan tatapan biasa.     

Sempat terpana sejenak dengan penampilan Cattarina yang sangat memukau. neil juga sadar bahwa Putra Mahkota terus mengawasinya dari jauh. Menatapnya dalam dan seolah bisa membaca pikirannya.     

Neil kemudian berjalan mendahului Hulck. Mengabaikan tatapan Belhart dan mencari ketenangan sendiri.     

Hulck langsung mendumel.     

"Mau kemana kau? Ingin meninggalkanku dan mengacuhkanku?"     

Keduanya lalu pergi mencari udara segar dan minuman.     

***     

Sementara Monna yang berhasil menemukan Beppeni di salah satu sudut ruangan, langsung memeluk Beppeni dengan hangat dan lega.     

"Ah, Nona Beppeni. Syukurlah aku bisa menemukanmu dan mengajakmu bicara!" rundung Monna dengan segala kelelahan yang entah dia hasilkan darimana.     

Beppeni tersenyum senang melihatnya.     

"Yang Mulia Putri? Anda sudah sampai dan langsung mencari saya?"     

Mengangguk dengan lemas dan separuh frustasi ketika otaknya terus bekerja sejak pagi. Monna lagi-lagi tidak mempertahankan wibawanya.     

"Ya, tentu saja! Bagaimana bisa aku tidak menghampiri lebih dulu, wanita spesial yang sudah mengundangku?"     

Melirik sekeliling dan tidak menemukan Si Pirang Menyebalkan.     

"Mana Argedaff? Dia tidak sedang bersama denganmu? Dia menelantarkanmu?"     

Berpura-pura marah dan akan mencari ribut ketika sudah berhasil menemukan topik. Beppeni yang tahu dimana Argedaff, menunjuk salah satu sudut tempat.     

"Dia ada di sana, Yang Mulia. Sedang menemani beberapa tahu dan mengajak mereka mengobrol bersama,"     

Monna lalu mengangguk.     

Menyesuaikan situasi dengan ucapan Dessie yang tepat. Bahwa Argedaff pasti akan banyak menghabiskan waktu dengan para tamu dibandingkan dengan Beppeni.     

Monna justru mengulaskan senyum.     

"Sangat bagus. Kalau begitu, kau jadi bisa lebih banyak menghabiskan waktumu denganku supaya aku tidak bosan dan jenuh."     

Monna seketika menggeleng tidak percaya. Ketika dia secara sengaja menggunakan kalimat Murgedaff untuk menunjukan situasinya.     

Seseorang tiba-tiba saja mengajaknya ribut.     

"Berhenti mematenkan wanitaku dan membuatku seolah kejam padanya,"     

Menoleh ketika sindiran dan teguran itu berasal dari Argedaff yang berhasil meloloskan diri dari para tamu yang terus memburunya untuk mengajaknya bicara dan bertukar pikiran.     

Monna sontak mencibir.     

"Jadi kau pikir selama ini kau sudah memperlakukan wanitamu dengan baik dan benar?"     

Memeluk Beppeni dengan lembut dan mencium tangannya seperti sebuah kehormatan besar. Monna bisa melihat wajah Beppeni bersemu merah menerima perlakuan Argedaff.     

Datang bukan untuk mengamati sekali lagi keromantisan keduanya. Monna mengusir Argedaff secara halus.     

"Tidak ada tamu lain yang perlu kau urus?" tanya Monna.     

Menjawab dengan santai dan acuh. Argedaff jelas sekali sengaja menunjukkan kemesraannya dengan Beppeni di depan Monna.     

"Aku sudah terlalu lelah melayani mereka. Untuk sekarang, setelah acara hampir memasuki intinya. Aku ingin berdansa lebih dulu dengan Nona Beppeni,"     

Menggunakan bahasa yang sopan dan sedikit menunduk untuk memberikan salam sekaligus tata krama dalam mengajak seseorang berdansa.     

Misi Argedaff untuk memisahkan Monna dengan Beppeni berhasil.     

Membawanya pergi ke tengah acara dan meminta sejumlah pemusik untuk mengubah alunan lagu mereka.     

Monna bisa melihat banyak pasang mata menatap serius ke arah mereka berdua. Tidak ingin ikut terlibat dan menjadi sorotan. Monna mundur beberapa langkah. Mencari ruang ketenangan.     

Namun dia malah bertemu dengan orang-orang dari kerajaannya dan Murgedaff.     

"Kebetulan sekali, Nyonya. Anda berada di sini dan senang menonton Argedaff berdansa dengan kekasihnya?"     

Ikut melihat kemana arah pandangan Murgedaff menunjuk. Monna memang sudah mengetahui sejak awal kalau Murgedaff adalah orang yang berpikiran terbuka dan tidak mempermasalahkan wanita mana saja yang sedang adik-adiknya kencani.     

Apalagi, Beppeni adalah pribadi yang lembut, ceria dan manis. Jadi, siapa yang tidak akan menyukai keramahan dan keceraiannya?     

Baru hanya berstatus sebagai kekasih dan bukan berencana untuk menikah. Monna berharap, bukan hanya karena alasan itu Murgedaff membiarkan adiknya bertindak sesuka hati dan kurang diarahkan.     

Monna lalu menjawab sopan pertanyaan Murgedaff.     

"Ya, Yang Mulia. Dan karena ulahnya, saya mulai mengalami kejenuhan."     

Bukan bermaksud menyindir. Tapi mengikuti keinginan Murgedaff untuk menyampaikan kebosanan yang akan mungkin menyerangnya karena tidak punya teman bicara.     

Monna yang sudah mengenal Murgedaff jauh sebelum dia terlahir kembali ke pengulangan kehidupannya yang keempat. Menunjukkan saja sisi aslinya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.