Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 170 ( Menjadi Pembicara )



Chapter 170 ( Menjadi Pembicara )

0Tertawa dan semakin menyukai keberanian serta ketenangan Monna.     

Murgedaff tidak bisa, tidak menunjukkan kekagumannya dan mengakuinya.     

"Aku tidak pernah melihat seorang wanita yang begitu percaya diri dan berkharisma seperti Anda, Putri. Bahkan istriku sendiri, yang saat ini sedang hamil dan lebih baik beristirahat untuk memperkuat janinnya. Tidak pernah seberani ini ketika berbicara denganku,"     

Mata jernih Monna manatap Murgedaff lurus.     

"Putri Mahkota Yumania memang adalah wanita yang hebat. Namun bagaimana Anda bisa meninggikan saya dan membandingkan kami, hanya demi sekedar berbasa-basi?"     

Tertawa semakin keras dan menatap tidak percaya ucapan lantang Monna.     

Murgedaff mendadak terpikirkan sesuatu. Menatap dengan serius dan bertanya-tanya.     

"Ba-bagaimana Anda bisa mengenai nama istri saya?"     

Menjawab dengan pelan dan tenang.     

Monna yang sebenarnya hanya pernah mendengar nama Yumania di kehidupan lampau. Tapi tidak pernah bertemu secara langsung. Tidak sepenuhnya bisa dikatakan mengenalnya.     

"Saya hanya sempat membicarakannya sedikit dengan Beppeni, Yang Mulia." Ucap Monna penuh kebohongan.     

"Dan dia bercerita, kalau istri Anda adalah wanita yang sangat memukau. Lembut dan hangat. Saya mendengar semuanya dari Beppeni,"     

Mengangguk paham dan tidak bertanya banyak.     

Murgedaff nampak senang ketika istrinya dipuji.     

Sementara Monna sadar, kalau Belhart terus meliriknya dan tidak memalingkan wajahnya barang sekejap.     

Monna masih saja berusaha tidak menyadarinya.     

Tersenyum formaal ketika etika masih ingin dia pertahankan.     

Diskusi kemudian beralih ke kerjasama dua negara. Sama-sama akan membuat perjanjian yang akan menguntungkan kedua belah pihak.     

Monna yang sebenarnya masih memiliki kemampuan berpolitik. Dan sering mengurus beberapa hal di pemerintahan istana. Ketika masih menjadi Putri Mahkota yang dapat diandalkan di kehidupannya terdahulu.     

Mengerti banyak hal yang mereka bahas.     

Soal pergerakan ekonomi yang ingin mereka tuju dan rencanakan dari awal. Sampai perubahan seperti apa yang mreka harapkan akan terjadi. Lalu proses-proses seperti apa saja yang harus mereka lewati.     

Memunculkan rasa tertarik dan kebosanan yang mendadak menghilang. Karena pikiran jenuhnya berhasil dia alihkan.     

Murgedaff yang sangat peka, menatap Monna.     

"Anda tertarik dengan pembicaraan kami?"     

Sadar Monna tidak kunjung beranjak dan terus mendengarkan ketika lima pria terus berdiskusi masalah negara dengan rumit.     

Monna sontak menatap semua orang.     

Baru sadar sudah melakukan kesalahan. Ketika di kehidupan ini dia tidak pernah menyentuh urusan politik.     

Monna nampak canggung.     

"Tidak seperti itu, Yang Mulia." Ucap Monna ragu.     

Asraff yang melihat keengganan Monna memberikan kesaksian, membantu.     

"Cattarina jarang mengikuti urusan politik negara kami, Yang Mulia. Mungkin lebih tetapnya belum sempat karena beberapa sebab,"     

Mungkin berhubungna soal perceraian Putra dengan Putri Mahkota yang terlalu cepat dan sangat disayangkan. Sehingga mantan Putri Mahkota belum memiliki waktu yang cukup untuk ikut serta.     

Monna mendadak teringat beberapa hal yang berjalan secara berbeda.     

Di empat kehidupan lampaunya, Cattarina sudah memegang urusan politik tidak lama setelah dia menikah dengan Belhart.     

Memang baru dimulai dari hal-hal kecil. Namun lambat laun menjadi semakin besar dan malah memegang peranan penting sebelum pembelotan itu terbongkar.     

Lalu seluruh jasanya diabaikan dan tidak pernah dianggap, seolah semua tidak pernah terjadi.     

Tapi, pada masa sekarang. bahkan sampai mereka bercerai setelah 8 tahun menikah. Belhart sama sekali tidak pernah memberikan tugas kekaisaran padanya?     

Masih bingung dengan fakta tersebut.     

Murgedaff dan Putra Mahkota kembali membicarakan soal politik serta kerjasama mereka yang terhenti.     

Membingungkan beberapa hal. Dan Monna yang lagi-lagi terbawa suasana, menjawab kebingungan itu.     

"Sungai panjang Anda antara negara Methovenia dan Geraldy. Bukankah sungai itu bisa menjadi penghubung?"     

Terkejut ketika Monna mendadak mengajukan jawaban yang belum terpikirkan oleh semua orang dan jawaban itu sangat tepat.     

Ada banyak asumsi yang berterbaran di dalam pikirkan mereka.     

Cattarina sebenarnya paham banyak soal politik.     

Catty bisa menemukan jawaban yang semua orang pertanyakan?     

Putri Mahkota wanita yang cerdas?     

Lalu,     

"Kenapa tidak sejak lama saja Anda mengikuti percakapan kami?"     

Senang ketika berhasil menemukan wanita yang cakap dan berintelek. Monna lalu tersenyum canggung kembali.     

Bukan bermaksud membuat semua orang terkejut atau memujinya.     

Murgedaff secara mengejutkan malah memberikan usul baru.     

"Begini saja! Bagaimana jika Anda menjadi penyambung antara dua negara? Penyambung atau pembicara bagi masing-masing negara? Karena Argedaff yang secara khusus akan aku tunjuk untuk mengurus kerjasama ini secara langsung."     

Argedaff yang sudah selesai berdansa dengan Beppeni dan mendengar namanya disebut. Melakukan protes.     

"Kakak pertama! Kenapa namaku harus kakak sebut? Bukankah kakak punya dua adik lain yang lebih terbukti kemampuannya?"     

Bukan bermaksud menjatuhkan kemampuan sendiri. Tapi lebih ingin menjalani paham kebebasan dan tidak terikat pada urusan politik yang merepotkan.     

Murgedaff yang terlalu lelah menghadapi tingkah adik bungsunya yang semaunya, menegur tajam.     

"Kau sebut dirimu itu pangeran, tapi tidak ingin mengurus masalah negara?"     

Tersenyum diam-diam ketika kebodohan Argedaff diperlihatkan pada semua orang.     

Murgedaff mendadak menunjuk Monna.     

"Liat, Nyonya ini! Dia bahkan lebih cerdik dan dapat diandalkan bila dibandingkan denganmu!"     

Kesabaran ekstra tentu harus selalu Murgedaff berikan pada Argedaff yang lebih mengejar urusan dunia daripada urusan kepahlawanan dan tanggung jawab.     

Melirik Monna dengan malas, Argedaff yang sudah terbiasa ditegur. Membalas santai.     

"Jika Kakak lelebih percaya dan yakin padanya. Kakak berikan saja perkerjaan yang ingin kakak limpahkan padaku padanya,"     

Mengagumi kepercayaan diri Argedaff melawan kakaknya.     

Monna yang geram, ikut angkat bicara.     

"Dan kau akan membiarkan aku yang menjadi putri di kerajaan Methovenia untuk menggantikanmu. Dan menendangmu keluar?"     

Lebih terkejut dengan penuturan Monna yang sarkas.     

Semua pria menatap serius ke arahnya. Kemudian bergantian menatap Belhart yang nampak sudah bisa memaklumi sikap Monna yang selalu terpancing. Jika hal tersebut berhubungan dengan Aregdaff.     

Hingga terkadang Belhart berpikiran buruk.     

Mungkinkah Cattarina sebenarnya punya hubungan khusus dengan Argedaff?     

Menggeleng cepat ketika hal mengerikan itu tidak ingin sampai terjadi. Belhart lalu mengeluarkan sebuah argumen netral.     

"Kerjakan tugas yang memang seharusnya kau kerjakan, Gedaff. Dan aku akan menyelahkan pekerjaan penyambung atau pembicara itu pada.."     

Mencari orang yang bisa dia limpahkan. Tatapan Belhart tertuju pada Neil.     

Bergidik dan merasakan firasat buruk. Neil berhenti membalas tatapan Belhart.     

"Neil. Aku rasa aku akan memberikan pekerjaan itu padamu,"     

Asraff dan Hulck menatap tidak percaya. serta keberatan.     

"Apa itu masuk akal? Kenapa Anda malah melimpahkan pekerjaan penting itu pada Neil?"     

Bukan ingin meragukan kemampuan Neil atau merendahkan statusnya.     

Tapi...     

Menyentuh kening dan menahan pergolakkan.     

Neil mengajukan diri sendiri alasannya.     

"Saya bukan juru bicara yang baik, Yang Mulia!" tukas Neil yakin dan datar.     

Namun Belhart tidak nampak peduli.     

"Benarkah? Padahal kau sendiri yang meminta penambahan pekerjaan. Tapi, ketika aku memberikan tugas. Kau menolaknya?"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.