Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 175 ( Mampu dan Berhak )



Chapter 175 ( Mampu dan Berhak )

0"Kalian masih tetap akrab meski sudah bercerai?" tanya Asraff di sela-sela waktu perjalanan mereka pulang ke rumah.     

Entah dengan alasan apa, Belhart mengizinkan Asraff menggunakan kereta kudanya. Sementara dia akan pulang bersama dengan Hulck dan Neil.     

Monna akhirnya terjebak pada pertanyaan yang dia tidak yakin bisa menjawabnya.     

"Aku akrab dengan Belhart? Begitukah?"     

Tidak merasa seperti itu karena Belhart terus memberikannya kesulitan setiap kali mereka bersama.     

Monna menekan pelipisnya pelan.     

"Aku yakin Kakak salah melihat. Kami tidak seperti itu dan aku yakin Belhart juga berpikir sama,"     

Asraff lalu mengajukan pertanyaan yang sejak dulu ingin dia tanyakan. Karena takut memberikan banyak beban pada Monna. Namun entah mengapa situasinya sekarang terlihat berbeda.     

"Apa kau yakin keputusanmu untuk bercerai dengannya adalah tepat dan yang paling kau inginkan?" tanya Asraff tanpa berbasa-basi lebih dulu.     

Masih tidak mengerti bagaimana mereka berdua pada akhirnya menikah lalu bercerai.     

"Pernikahan bukan sebuah permainan, Catty. Permainan yang bisa kau lakukan dan hentikan kapanpun kau ingin?"     

Monna justru menunjukkan wajah sedih setelah menerima tuduhan kakaknya.     

"Kakak kecewa padaku?" tanya Monna.     

Menggeleng lemah dan menjawab yakin.     

"Aku tidak pernah merasa kecewa padamu, Catty." Ucap Asraff lembut.     

"Seperti yang sudah pernah aku katakan. Aku akan mendukung apapun keputusanmu secara penuh. Tapi kau harus memikirkan segalanya melalui sudut pandang keuntungan yang bisa kau dapatkan. Karena aku tidak ingin adikku sampai dirugikan,"     

Lagi lagi merasa hatinya tersentuh dan hangat.     

"Ini adalah keputusan kami, Kak. Dan aku yakin, aku tidak akan menyesalinya." Ucap Monna setengah berbohong.     

Asraff lalu membalas.     

"Semoga saja. Tapi... apa yang akan kau lakukan jika Putra Mahkota tidak berpikir seperti itu?"     

Bertanya dengan sangat serius. Tapi tidak memberikan penjelasan rinci.     

Monna sontak bertanya.     

"Tidak berpikir seperti apa?" tanyanya kurang memahami.     

Menggeleng lemah dan merasa serba salah.     

"Bukan apa-apa. Yang terpenting, lakukan apa yang kau yakini dan jangan mudah goyah."     

Mengangguk pelan dan berusaha mengerti.     

Monna kemudian duduk di sisi Asraff. Memeluknya lembut dan penuh sayang.     

"Kakak memang yang paling baik! Dan aku semakin menyayangimu!" tukas Monna.     

Mengusap lembut kepala Monna dan tersenyum hangat. Asraff yang sejak kecil sudah menjaga Cattarina dengan ekstra. Tidak pernah mengira gadis kecil yang sering dia goda. Telah tumbuh dengan cepat menjadi besar dan sudah menikah.     

Bahkan bercerai.     

Hingga Asraff sering kali menyayangkan pernikahan adiknya yang masih seumur jagung. Belum mengenapkan masa pernikahan mereka sampai satu tahun. Cattaryina harus kembali sendiri. Asraff yang telah mengetahui beberapa rahasia pun, tidak bisa berbuat banyak.     

Hanya, merubah ekspresi wajahnya menjadi dingin ketika pikiran jelek melintasi kepalanya.     

Asraff mendadak ingat bagaimana percakapannya dengan Belhart. Ketika Asraff menanyakan keseriusan mereka untuk menikah.     

Tepat satu hari sebelum pernikahan.     

## Flashback ##     

"Aku tidak menyetujui pernikahan ini! Maka, bagaimana pun caranya. Tolong, Anda batalkan! Karena saya yakin, Anda mampu melakukannya. Dan hanya Anda yang berhak!"     

Asraff yang selama ini diam, bukan berarti dia tidak tahu apapun.     

Sempat sengaja mendengar percakapan antara Cattarina dengan Putra Mahkota di taman istana. Hari dimana keputusan Cattarina untuk menyetujui pernikahan ini atau tidak, diumumkan.     

Asraff yang kesal dengan alasan pernikahan adiknya. Tidak bisa menahan emosi dan benci pada situasi yang mendesak keluarganya.     

Situasi yang membuat Cattarina berbuat nekat dan Asraff tidak tega untuk melarangnya.     

Hanya karena, persyaratan aneh yang Cattarina buat. Asraff akhirnya berpikir bahwa Cattarina pasti punya rencana.     

Tidak akan menyerahkan begitu saja pernikahannya pada laki-laki yang sudah tidak dia cintai dan tidak pernah mempedulikannya.     

Keteguhan hati Belhart membuat Asraff bimbang.     

"Kenapa aku harus membatalkannya? Kau ingin aku mempermalukan keluargamu?"     

Bukan pribadi yang peduli pada pandangan orang lain terhadap keluarganya. Asraff menatap dengan penuh arti.     

"Anda mendadak jadi peduli pada Catty?" tanya separuh mengejek.     

Menatap dengan pandangan tertentu.     

"Kenapa? Bukankah aneh jika aku tidak peduli dengan calon istriku sendiri?"     

Mengepalkan tangan dan membenarkan pembelaan Belhart.     

"Pernikahan tidak akan terjadi, jika Anda membatalkannya!"     

Semua itu benar. Namun..     

"Aku tidak pernah membatalkan pertunangan. Bahkan pernikahan kami,"     

Asraff semakin menatap tidak percaya.     

"Tapi Anda tidak pernah peduli dengannya selama ini! Karena itu, dengan menggunakan alasan harus ikut berperang. Anda sengaja menghindar darinya. Bukan begitu?"     

Berhasil menebak rencana dan pola pikir Belhart beberapa tahun silam.     

"Kau.. ternyata mengamatiku?" tanya Belhart yang baru tahu.     

Menatap dengan serius dan menjawab yakin.     

"Ya. Karena semuanya berhubungan dengan Catty. Maka aku harus menaruh perhatian paling banyak bahkan berlebih,"     

Asraff kemudian menatap sedih dan kecewa.     

"Jika saja, Catty dulu tidak pernah menaruh perhatiannya pada Anda. Saya tidak akan mungkin bersusah payah untuk membenci Anda,"     

Menatap dengan datar. Belhart masih saja menunjukkan sisi tenangnya.     

"Apa kau tidak takut mendapatkan hukuman berat, karena sudah membenci calon raja?"     

Tersenyum kecut dan tidak nampak peduli.     

"Berbeda dengan ayah. Aku lebih peduli pada logika-ku. Ketimbang harus terus tunduk pada hukum dan kekaisaran."     

Menunjukkan keberanian dan pola pikir yang berbeda.     

Belhart sadar pada yang Asraff ucapkan adalah seluruh isi hatinya yang jujur.     

Hingga Belhart yang tidak ingin memperpanjang perkara. Segera mengatakan.     

"Sama halnya dengan logika yang kau pertahankan. Aku tidak pernah menganggap sebuah pernikahan adalah tujuan politik dan permainan. Aku akan menjaganya. Jadi kau tidak perlu khawatir."     

Karena kalimat inilah, Asraff merelakan adiknya pada Belhart.     

Mengikuti keinginan Cattarina. Meski setelah hari itu Asraff pernah mengajukan pertanyaan ragu beberapa kali pada Cattarina, soal keyakinan dan keputusan akhirnya.     

Cattarina terus menyakinkan Asraff bahwa pilihan yang dia ambil adalah benar.     

## Flash End ##     

Lalu, lihat sekarang. Menjadi seorang janda cantik yang diceraikan oleh suaminya. Cattarina tidak takut akan ada banyak orang yang akan mengusiknya?     

Iri dan dengki.     

Lalu menggunakan kejatuhan Cattarina sebagai sasaran empuk untuk melampiaskan kebencian mereka.     

Asraff yang sudah ditinggal tidur oleh Cattarina. Menatapnya prihatin. Mengelus lembut wajahnya yang bagai buah plum dan sangat terasa lembut. Hingga menentramkan. Sampai-sampai, Asraff tidak ingin tidur nyenyak Cattarina diganggu oleh serangga kecil mana pun.     

Berjaga dan tidak membiarkan guncangan pada kereta kuda membuatnya terbangun.     

Keduanya lalu sama-sama tertidur karena kelelahan.     

***     

Hingga Esok pagi menjelang siang tiba.     

Belhart sudah menunggu Monna di luar rumah.     

Berdiri dengan gagah menggunakan pakaian paling santai yang belum Monna lihat. Ketampanan dan kegagahannya hari ini, sungguh membuat semua pelayan wanita menjadi heboh.     

Berdiri menghadap keluar dan sibuk mencari tahu ada apa gerangan Putra Mahkota Dominic datang ke kediaman Bourston untuk menjadi mantan istrinya.     

Belhart ternyata juga berhasil membuat matahari pagi ini bersinar lebih terik dari biasanya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.