Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 185 ( Tidak Mungkin dan Mustahil )



Chapter 185 ( Tidak Mungkin dan Mustahil )

0Monna yang masih tidak ingin percaya, menyangkal.     

"Itu tidak mungkin dan pasti salah!!" teriaknya penuh keyakinan dan mempercayai apa yang dia pikir.     

Sama seperti Monna yang terkadang bisa salah menafsirkan beberapa arti penting dalam mimpi terkutuknya. Alliesia pasti juga mungkin melakukan hal yang sama.     

Namun sebuah ucapan kembali mengejutkannya.     

"Saya tidak mungkin salah. Karena seperti Anda, saya juga diberikan kesempatan untuk mengulang kehidupan saya hingga dua kali."     

Monna secara otomatis terkurai lemas.     

"Apa?"     

Menemukan hal baru dan sulit percaya.     

Monna ternyata tidak mengalami kesialan seorang diri?     

Kelelahan ini langsung menusuk nadinya.     

Ingin percaya. Tapi sulit.     

"Sama seperti Anda. Saya akhirnya tahu bahwa kehidupan ini bukan kehidupan pertama saya. Tapi ketiga kalinya,"     

Jumlah ternyata yang menjadi perbedaannya.     

Baru mengalami pengulangan nasib hidup hingga tiga kali. Sementara Monna sudah kelima kalinya dengan empat nasib yang seluruhnya sial.     

"Pada kehidupan pertama saya. Saya memang berhasil menikah dengan Putra Mahkota. Memiliki keluarga kecil ketika Beliau berhasil menyingkirkan Anda atas kesalahan Anda sendiri. Namun, beberapa tahun setelah pernikahan kami.."     

Sebenarnya tidak ingin bercerita. Terlebih lagi masih ada Asraff yang nampak bingung dan tertarik untuk terus berada di sisi mereka. Alliesia dengan segala kesiapan mental menerima apa saja yang akan dipertanyakan oleh Asraff, melanjutkan kembali ucapannya.     

"Belhart berubah, Putri. Tidak sama seperti ketika pria itu begitu mencintai saya. Menenggelamkan dirinya seorang diri dalam kesendirian di ruang kerjanya dan terbayang-bayang pada masa lalu karena sebuah wasiat dari Anda,"     

Meringis perih ketika masih ada beberapa bagian dalam kehidupan di masa lalunya yang belum berhasil Monna ingat dengan sempurna.     

Namun jika pecahan ingatan itu kembali, Monna akan mendadak merasakan sakit kepala yang sangat hebat. Hingga ingatan itu benar-benar terpampang jelas.     

## Kilas balik berupa cuplikan singkat ##     

Sebuah surat dengan tulisan tangan Cattarina di atasnya.     

Teruntuk Belhart Dominic yang paling aku cintai,     

Menikah denganmu adalah sebuah kebahagiaan untukku. Meski aku tahu, kau tidak pernah mencintaiku. Sakit memang ketika aku harus memikirkannya. Namun aku sadar, tidak mudah menggerakkan hatimu yang sudah sangat membenciku.     

Tidak merasakan apapun ketika kita bahkan baru saja kehilangan buah hati kecil kita. Dan kau dengan keji menjauhkan aku sejauh mungkin darimu.     

Apa kau tahu, bagaimana perasaanku saat itu?     

Memang sangat curang dan layak dibenci ketika aku memanfaatkan ketidakwaspadaanmu untuk bisa mendapatkan keturunan.     

Namun kini, setelah kau sudah berhasil menemukan seorang wanita yang ingin kau nikahi dan bahagiakan. Apa kau akan langsung menyingkirkanku?     

Isu pembelotan itu sebenarnya aku sendiri yang sudah mencanangkannya.     

Berharap dengan isu seperti ini bisa membuatmu yakin untuk menceraikanku dan menurunkan tahtaku dari seorang ratu. Kembali menjadi seorang wanita bangsawan, seperti apa aku sebelumnya.     

Aku sungguh tidak menyangka, atas kesalahan dan kebodohanku sendiri yang dibutakan oleh cinta dan muak-ku padamu sekaligus pernikahan ini.     

Aku.. justru malah menghancurkan keluargaku sendiri?     

Bekerja sama dengan orang-orang yang sejak lama sudah tidak menyukai keluargaku. Dan membuat mereka semua harus menanggung kepedihan ini.     

Sekarang, setelah semua sudah terjadi dan menyakitkanku. Apalagi yang bisa aku lakukan?     

Mengikuti jejak keluargaku dan semakin membuatmu membenciku?     

### kilas balik berakhir ###     

Meninggalkan jawaban yang selama ini tidak pernah Monna ketahui dengan kepalanya yang seolah ingin pecah.     

"TIDAKK!!"     

Monna berteriak kencang dan seolah ingin menghancurkan dirinya.     

Sedangkan Asraff yang sangat terkejut menghampiri sang adik.     

"Cattarina!! Apa yang terjadi padamu?! Dan kenapa kau berteriak dengan memiluhkan seperti itu?"     

Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama bisa merasakan ketenangan dan kebebasan.     

"Aku... yang sudah memenjarakan ibu dan ayah? Lalu, membunuh mereka. Juga kakak???" rundung Monna tanpa henti.     

Tidak bisa mempercayai semua ini dan hatinya seolah dihujam ratusan peluru.     

Monna menarik pakaian kakaknya dengan sangat frustasi.     

"Tidak! Itu tidak mungkin!" ucapnya masih terus menangis dan histeris.     

Belhart yang entah muncul darimana, mendadak menghampiri.     

Terlihat sama panik dan syok. Belhart lalu berucap.     

"Ada apa ini? Dan kenapa dengan Cattarina?"     

Tidak sanggup berhadapan dengan Belhart atau siapapun.     

"Menyingkir! Aku bukan orang baik dan kalian peduli padaku?"     

Mengejek diri sendiri dan terlihat sangat kacau dengan ekspresinya yang sudah tidak beraturan.     

Belhart menatap Alliesia.     

"Ada apa? Dan kenapa dia bisa jadi seperti ini? Lalu apa hubungannya denganku?"     

Memicingkan mata dan sudah mendengar semua pembicaraan mereka sejak tadi.     

Belhart yang melihat Monna berjalan ke arah balkon. Dan penasaran dengan apa yang dia lakukan. Mengikutinya. Mendengarkan dengan serius keseluruhan cerita mengejutkan antara Alliesia dengan Cattarina.     

Karenanya, masih adakah banyak hal yang harus mengguncang Cattarina?     

Sudah mengakhiri hubungan pahit mereka. Namun hal itu seolah belum cukup.     

"Kau datang untuk memberikan garam pada lukanya?"     

Tahu Alliesia bukan wanita yang jahat. Namun Belhart tidak pernah suka jika ada satu orang saja. Siapapun itu, menyakiti Cattarina. Termasuk dirinya.     

Beberapa kali berusaha menyiksa diri dengan melakukan kekerasan keji pada diri sendiri.     

Alliesia kini ingin menambahkan luka yang sudah bernanah dan baru perlahan membaik?     

Menggeleng dan membantah.     

"Tidak, Yang Mulia. Saya tidak mungkin berani dan saya tidak bermaksud seperti itu!"     

Monna masih saja terlihat menggigil di pojokkan.     

Takut berdekatan dengan orang lain dan terus mengingat kata-kata apa saja yang dia tulis dalam suratnya.     

"Saya hanya ingin mengatakan bahwa, setelah Yang Mulia selesai membaca surat wasiat Cattarina. Kepribadian dan perhatian Anda jadi berubah. Merasa sangat bersalah dan menyesali segala kesalahan yang sudah Anda lakukan pada Cattarina,"     

Belhart yang sudah sempat separuh paham soal masa lalu dan masa depannya secara acak. Menunjukkan minatnya.     

"Aku berubah? Seperti apa dan ceritakan semuanya?"     

Masih terus berucap 'tidak mungkin' dan 'itu mustahil' berulang kali. Monna nampaknya kurang bisa mendengarkan cerita Alliesia.     

"Keterkejutan Anda nampak berbeda. Apa Anda sebenarnya sudah tahu semua mimpi Putri Cattarina?"     

Menjawab pelan dan tidak tahu apakah jawabannya ini benar atau tidak.     

"Sebagian besar aku tahu. Tapi jika kau memberikan penjelasan tambahan aku mungkin bisa semakin paham. Karena aku hanya mengetahuinya secara acak dan sepotong demi sepotong,"     

Alliesia juga nampak ragu ketika dia menatap Asraff.     

"Ceritakan apapun agar aku bisa mengerti kalian. Dan tidak membuatku berasumsi buruk,"     

Alliesia lalu bercerita soal kaitan antara mimpi Cattarina dengan kehidupannya di masa lalu. Sudah mengalami renkarnasi mungkin sama sepertinya atau lebih.     

Alliesia yang sudah mengalami renkarnasi hingga 3 kali. Nampak sudah menjalani 3 kehidupan yang berbeda.     

Memang sedikit bertolak belakang dengan Putri Cattarina yang mungkin seluruh nasibnya berubah menjadi buruk dan menyebabkannya meninggal secara tidak wajar.     

Alliesia bisa melihat bagaimana Asraff yang sangat terkejut mencengkram tangannya kuat-kuat.     

Marah tapi masih menahannya. Karena dia ingin tahu segalanya. Apapun itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.