Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 189 ( Cemburu )



Chapter 189 ( Cemburu )

0"Jangan membuatku merasa bodoh, jika yang terjadi semuanya adalah karena kesalahan dan kebodohanku,"     

"Tapi aku yang memaksamu melakukannya. Mendorongmu bertindak gegabah dan salah mengartikan niat baikmu,"     

Monna yang hanya tahu sampai dialah yang sudah mendalangi pembelotan palsu itu demi agar bisa berpisah dengan Belhart. Terlihat bergeming.     

Menatap dalam diam dan berpikir perlahan.     

"Aku.. memiliki niat baik?"     

Memberikan penjelasan dengan tenang. Belhart berpikir Monna mungkin belum sepenuhnya ingat.     

"Ya. Dan Alliesia sudah menceritakan segalanya semalam,"     

Membulatkan mata dan nampak baru mendengarnya.     

"Apa saja yang dia jelaskan?" tanya Monna.     

Terlalu fokus pada kesalahan yang dia lakukan, Monna sudah tidak mendengar percakapan apapun yang Alliesia, Asraff dan Belhart bicarakan setelah otaknya kacau.     

"Soal niatmu untuk bercerai denganku karena ingin memberikanku kebebasan menikah dengan Alliesia. Lalu, soal racun yang sengaja kau berikan pada Alliesia dengan maksud agar aku bisa langsung menghukummu,"     

Monna sontak menutup mulutnya dengan kedua tangan.     

Mengingat itu dan baru memperhatikannya saat ini.     

"Itu benar. Dan isu pemberontakan itu juga aku yang menyebarkannya! Hanya demi agar aku bisa menjauh darimu dan meninggalkanmu!"     

Jadi ini adalah point pentingnya?     

"Kini, kau bisa merasakan sendiri bukan? Betapa berdosa aku tidak bisa memahami istriku sendiri. Bertindak keji dan tidak punya perasaan,"     

Monna seketika menunduk. Membenarkannya dan hatinya menjadi perih.     

"Tapi Anda memperlakukan saya dengan sangat baik pada kehidupan kedua saya,"     

Menunjukkan minat. Monna menyadari sorot mata Belhart sedikit berubah.     

"Saya memang tidak tahu sampai mana Anda mengetahui segala pengulangan hidup yang saya jalani. Tapi dalam kehidupan kedua saya. Anda memperlakukan saya lebih dari baik,"     

Memang sudah tidak terlalu mengingatnya. Namun, perasaan itu sedikit tidaknya masih tertinggal dalam ingatan Monna.     

"Namun tetap saja, akhir buruk yang selalu harus saya hadapi pada akhirnya."     

Ingin tahu lebih banyak, maka dari itu bertanya.     

"Akhir seperti apa yang terjadi?" tanya belhart tanpa kesabaran.     

"Sama seperti kehidupan pertama saya. Anda yang takut saya berinteraksi dengan pria lain dan direbut, mengurung saya dalam kastil. Lalu.."     

Tahu kisah akhir Monna selalu buruk. Belhart mempersiapkan diri mendengar kemungkinan terburuk.     

"Anda meracuni saya karena tidak ingin saya dekat dengan Neil. Pria lain yang Anda curigai mungkin sudah merebut hati saya,"     

Hati Belhart bergetar. Tahu bahwa bukan akhir yang baik akan dia dengar. Tapi ketika mendengarnya secara langsung. Kerongkongannya terasa kering dan tersendat.     

"Be-begitu? Aku.. yang lagi-lagi menjadi seorang pembunuh?"     

Sangat kecewa hingga sorot mata itu kian meredup.     

"Ya. Tapi dua sisa kehidupan berulangku berikutnya, bukan."     

Sebenarnya tidak ingin mengingat lagi masa lalu. Tapi tidak bisa juga tidak memberikan jawaban dan menuturkannya.     

"Ada beberapa faktor dan mereka yang tidak senang padaku yang melakukannya. Jadi mungkin kau tidak bisa sepenuhnya salah,"     

Namun hanya perlu dihindari.     

Tapi sangat sulit. Hingga Cattarina harus berulang kali mengalami kesialan.     

"Baik. Aku mengerti. Lalu terima kasih,"     

Menggerakkan sedikit alis dan nampak bingung.     

"Terima kasih untuk apa?" tanya Monna belum paham.     

"Untuk pengorbananmu dan pertimbangan yang besar terhadapku. Lalu, maaf karena aku tidak menghiburmu ketika kau kehilangan anak kita,"     

Menggigit bibir. Dan teringat kembali pada kenangan lama yang hampir saja berhasil Monna lupakan.     

"Ya.. bayi itu sangat malang. Karena akan lahir dari rahimku,"     

Nampak kecewa dan tidak menutup-nutupinya.     

"Dan karena itu, kau memintaku untuk tidak menyentuhmu? Sampai batas satu tahun dan setelah itu kau yakin aku akan berpaling pada Alliesia? Menjodohkanku dengannya dan memberikan keyakinan penuh padaku bahwa kau akan mendukung kami dengan sepenuh hati?"     

Monna lagi-lagi dibuat tidak bisa berkutik.     

"Anda tahu dan paham lebih banyak dari apa yang saya bayangkan, Yang Mulia."     

Mempertanyakannya juga berulang kali dalam hati.     

Bagaimana sebenarnya Belhart bisa mengetahui masa lalunya dengan sempurna?     

Menebak alur dan memikirkan pola pikirnya.     

Belhart segera merespon.     

"Benarkah? Aku juga merasa heran. Kenapa aku yang sekarang begitu mengertimu?"     

Mata itu kembali menyala.     

"Sehingga karena hal itu, mungkinkah masa depan kita akan berubah?" tanyanya menimbang-nimbang.     

Masih berkutat dengan pertanyaan penting yang menjadi inti dari pembicaraan mereka. Seorang pelayan mendadak mengetuk pintu. Menyadarkan posisi keduanya yang kurang tepat.     

Tok! Tok! Tok!     

Monna yang terkejut langsung menarik tangannya. Merasakan wajahnya memerah dan hatinya berdegup dengan aneh.     

"Yang Mulia!"     

Kesal dan merasa terganggu, Belhart menjawab ketus.     

"Ya! Ada apa!?"     

"Tuan Asraff Grey datang. Beliau ingin menjemput adiknya dan mencari Anda,"     

Kekesalan Belhart menjadi bertambah.     

Belum rela harus melepaskan Cattarina untuk kesekian kalinya. Belhart berdecak marah.     

"Ck! Apa dia datang tidak terlalu pagi? Kunjungan macam apa yang sudah hadir bahkan sebelum matahari mencapai tengah-tengah langit?"     

Tersenyum kecil ketika kedongkolan itu terbaca sempurna oleh Monna.     

Sang ajudan malah berani membalas.     

"Yang Mulia, sudah saya katakan Tuan Muda Asraff Grey datang bukan untuk bertamu. Melainkan datang untuk menjemput Yang Mulia Putri,"     

Monna sontak tidak bisa menghentikan tawanya. Merasa kekesalan ini sudah konyol. Sang ajudan malah tidak peka.     

Monna berucap senang.     

"Kakak datang untuk menjemputku. Jadi aku harus langsung menemuinya!"     

Bangkit berdiri dan bersiap-siap. Namun setelah melihat penampilannya yang separuh polos. Monna menutup dirinya rapat-rapat dengan kedua tangan. Namun sayang, hanya sebagian kecil dalam tubuhnya yang berhasil dia tutupi.     

"Kemana pakaianku? Kenapa aku tidur dengan mengenakan... pakaian tidurku?"     

Mengenali pakaian yang dia kenakan saat ini sebagai pakaian sehari-harinya ketika menjelang tidur. Belhart membalas santai.     

"Kau sedang tidur. Jadi wajar jika kau mengenakan pakaian tidur. Memangnya kau masih ingin mengenakan pakaian pestamu yang merepotkan dan membuat gerah itu?"     

Kebetulan menyebutkan pakaian pestanya yang merepotkan dan gerah. Monna sontak berteriak.     

"Saya hampir saja lupa. Kenapa Anda sengaja memasangkan pakaian pesta saya sama dengan pakaian Anda? Anda senang mengerjai saya?"     

Menghela napas dengan tatapan lelah. Lalu berucap dengan tidak bertenaga.     

"Apa hal semacam ini saja tidak jelas? Semua tentu saja karena aku ingin tampil bersama denganmu. Namun semua gagal karena sebuah insiden. Dan aku bahkan gagal mengenalkanmu sebagai pasanganku di pesta semalam,"     

Kekecewaan besar terlihat di wajah tampan Belhart.     

Namun keterkejutan besar terlampir di wajah polos Monna.     

Menatap dengan sungguh-sungguh dan mencerna.     

"Anda ingin mengenalkan saya sebagai pasangan Anda semalam?" tanya Monna tidak percaya.     

Dan menambahkan.     

"Lalu, bagaimana dengan Putri Detriana? Bukankah dia datang untuk mendapatkan sambutan yang meriah dari Anda. Dan.."     

Mengatupkan bibir ketika sikap ikut campurnya terbongkar.     

Belhart yang cerdas, menyipitkan senang.     

"Kau memperhatikanku terus semalaman?" tanyanya.     

Menyadari Monna terus melirik ke arahnya ketika dia sedang berbicara dengan Detriana. Ternyata sikapnya semalam mengundang keingintahuan Cattarina dan membuatnya cemburu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.