Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 196 ( Boleh Jika Meminta Izin )



Chapter 196 ( Boleh Jika Meminta Izin )

0Monna lalu berkata.     

"Anda tahu saya bukan Cattarina. Tapi Anda tetap menyatakan perasaan Anda pada saya?"     

Tidak ingin percaya dan merasakan semua itu konyol.     

Belhart tetap membalas santai.     

"Ya. Kenapa? Apakah itu aneh menurutmu?" tanyanya tanpa beban.     

Monna lantas menjawab.     

"Berhenti mempermainkan saya, Yang Mulia. Dan saya akui, saya sudah sangat salah karena menipu Anda. Berpura-pura menjadi Cattarina dan bersikap seolah saya adalah dirinya,"     

Belhart yang tidak senang dengan jawaban Monna, membalas.     

"Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa, kau adalah Cattarina Bourston? Wanita tercantik di negeri ini. Dan satu-satunya Putri Bourston yang paling menggemaskan?"     

Monna terdiam.     

Sudah menduga Belhart mendengar penurutan itu. Monna tidak mengira kalau efek sindirannya sangat mengena.     

Menusuk harga diri dan menurunkan sikap elegan yang selalu Cattarina tunjukkan pada siapapun.     

"Anda benar. Tapi kenyataan adanya jiwa lain bersemayan dalam tubuh ini, tidak bisa Anda abaikan begitu saja. Itu sebabnya, seperti perkataan Anda dulu. Cattarina memang telah banyak berubah karena sifat dan kepribadian Monna lebih mendominasi."     

"Ya. Dan aku justru lebih menyukai kepribadianmu sekarang. Tidak angkuh dan sangat peduli pada banyak hal."     

Monna dibuat sulit membalas.     

"Tetap saja. Ini bukan tubuh asli saya. Tubuh saya ketika menjadi Monna sangat berbeda dan tidak cantik. Sehingga Anda mungkin tidak akan merasa tertarik."     

@w.e.b.n.o.v.e.l     

Mengutuk ucapannya yang bodoh. Monna seharusnya sadar bahwa dia tidak akan mungkin kembali ke tubuh asalnya.     

Sedangkan Belhart yang terpancing, mendorong tubuhnya semakin maju ke depan.     

Hampir lupa betapa dekat mereka karena terus berbicara serius. Monna yang merasakan wajah Belhart hanya berjarak lima senti, menahan napas.     

Kegugupan besar melandanya.     

"Namun... bagaimana jika aku tidak peduli?" ucap Belhart semakin lembut seperti berbisik. Membuat aliran darah Monna berdesir hebat.     

"Ya?"     

Masih menahan napas dan menderita.     

Monna meruntuk seorang diri.     

Ya, Tuhan!! Apa yang sebenarnya diinginkan oleh pria tampan ini? Apa dia tidak sadar pesonanya itu sangat kuat?     

Menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Monna.     

Gerakan intens ini cukup membuat Monna merasa terjepit.     

"Kecantikan akan menghilang, Catty. Namun isi hati, aku yakin tidak akan mudah berubah. Sekalipun kemungkinan itu ada."     

Sudah pernah mengalami perubahan hati Monna yang cepat dan sulit ditebak.     

Belhart yang awalnya punya hati yang keras pun, bisa mencair.     

"Dan apa kau tahu apa yang semakin membuatku menyukaimu?"     

Menatap tanpa berusaha berpikir.     

Monna tentu tidak bisa membaca pikiran Belhart. Sehingga dia langsung menggeleng.     

"Bibir ini,"     

Terus menatap bibir Monna dan merasakan sensasi baru.     

Belhart lagi-lagi berusaha menahan diri.     

"Terus bicara dan menolak. Tapi selama 10 menit kita bicara dan berdekatan. Bukankah kau sama sekali tidak merasa terganggu?"     

Menyentuh dagu Monna dan terus mengamati dari sudut pandangannya yang turun. Belhart menahan kuat keinginannya untuk langsung menyentuh bibir tipis nan menggoda itu.     

Menelusuri setiap sudut bibir Monna dan tenggelam dalam imajinasi liarnya sendiri.     

Monna menepis pelan tangan Belhart. Lalu spontan berkata.     

"Aku benci padamu, Belhart!"     

Berhasil membuat Monna memanggil namanya dengan lantang. Apakah panggilan kebencian semacam ini yang Belhart inginkan?     

Mengerutkan kening, ketika realita selalu berbeda dengan keinginan pribadinya.     

Belhart yang merasakan hatinya terluka, tidak menajamkan sorot matanya.     

Namun tetap lembut dan menerima semua kebencian itu dengan hati lapang.     

"Aku mengerti. Karena aku tahu. Aku memang pria brengsek dan bajingan yang senang mempermainkan wanita."     

Kehilangan kesabaran karena kata-kata itu menusuknya. Monna berkeluh kesah dengan kesal.     

"Berhenti terus mengikuti ucapan saya! Dan berhenti menyindir saya secara halus!"     

Sadar Belhart pasti sengaja terus memancing emosinya.     

"Saya bisa mengerti bagaimana perasaan Anda. Tapi Anda sudah sangat keter--"     

Tidak berhasil menyelesaikan kalimatnya dengan sempurna. Sesuatu yang lembut, hangat dan basah menyentuh bibirnya.     

Melumat bibirnya yang sedang terbuka dan tidak membiarkan satu kata pun keluar dari bibir terkunci itu.     

Cup!     

"Em.. Emm.. !!"     

Monna mencoba meronta. Mendorong dada bidang itu menjauh dan mendadak hilang akal. Monna bahkan sampai harus berulang kali berkedip dan memaki Belhart dalam hati.     

Apa yang dilakukan Si Bodoh ini!!?     

Mendorong Belhart menjauh dan mengusap bibirnya. Ketika Belhart telah mengendurkan kekuatannya.     

Monna sontak berseru.     

"Apa yang sedang Anda lakukan?! Anda berani mendadak mencium saya dan tidak meminta izin??!"     

Mengulaskan sebuah senyuman samar.     

"Aku minta maaf dan aku merasa bersalah,"     

Namun Monna justru memicingkan matanya.     

"Anda sebut itu sebagai permintaan maaf?"     

Sama sekali tidak terlihat bersalah dan dengan tenang menunjukkan ekspresi datar yang menyembunyikan keceriaan di baliknya.     

Belhart membalas.     

"Jadi, jika aku sudah meminta izin. Aku boleh melakukannya?"     

Selalu memiliki pemahaman tersendiri.     

Monna dengan cepat menunjukkan wajah bodoh.     

"Apa?"     

Apa yang Belhart sampaikan?     

Apa dia sudah gila?!     

Menghembuskan napas dengan kasar. Monna menambahkan.     

"Saya tidak pernah mengatakan hal itu, Yang Mulia! Dan saya tidak akan pernah mudah memberikan Anda izin!!"     

Belhart masih juga keras kepala.     

"Dan itu berarti, kemungkinannya sangat ada. Aku hanya diminta untuk berusaha?" ucap Belhart absrud.     

Monna yang tidak percaya, terperanjat.     

"Ya?"     

Bersikap sangat santai. Lalu mencari tempat duduk. Kebahagiaan kecil terpancar jelas di sorot mata Belhart.     

Membuat Monna yang tidak ingin disalahpahami, mengajukan protes.     

"Saya tidak pernah mengatakannya!"     

Namun, hal apa yang membuat Belhart terlihat senang?     

Ciumannya?     

Atau perasaan senang karena telah berhasil mempermainkan Monna?!     

Mendadak frustasi. Monna akhirnya baru sadar, bahwa ini adalah ciuman pertama mereka setelah sekian lama menikah dan menyandang status sebagai suami istri.     

Dan yang lebih hebat lagi adalah..     

Jika ini ada dalam kisah novel yang sebenarnya. Sudah dipastikan rating novel itu adalah yang terburuk.     

Mendapatkan banyak hujatan dari pembaca dan ditanya berulang kali bagaimana sang penulis ingin menggiring kisah romance ini ke jalan yang benar.     

Monna diam-diam menyentuh bibirnya. Merasakan sensasi papermint dari bekas ciuman Belhart. Monna jadi mulai berpikir yang tidak-tidak.     

Mungkinkah Belhart baru saja menyantap daun papermint? Atau dia baru saja menyeduh teh rasa papermint?     

Menggeleng dan menyadarkan diri.     

Monna merasakan ada sesuatu yang berbeda.     

hatinya menjadi berbunga-bunga. Dan dia sama sekali tidak membenci ciuman itu. Meski mulutnya sempat menolak.     

Haizzz!! Ini mustahil!     

Sejak kapan aku menjadi wanita yang tidak stabil dan ababil?     

Belhart masih mengajukan pertanyaan membingungkan.     

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Monna."     

Belum terbiasa pada saat ada seseorang yang memanggilnya dengan sebutan Monna setelah sekian lama.     

"Pertanyaan yang mana? Apa Anda sejak tadi bertanya pada saya dan bukannya bercerita?"     

Mengeluarkan keluh kesah dari awal sampai akhir. Lalu mengerjainya.     

Jenis pertanyaan seperti apa yang Belhart tunggu-tunggu?     

Soal ciuman mereka dan izin yang ingin dia dapatkan?     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.