Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 198 ( Dipermainkan Dunia )



Chapter 198 ( Dipermainkan Dunia )

0Monna menatap Belhart cukup lama sebelum bertanya.     

"Apa Anda tahu apa yang membedakan situasi saat itu dengan situasi saat ini?"     

Menatap tanpa berkedip. Belhart belum kunjung paham, situasi semacam apa yang Monna maksudkan.     

"Situasi dimana Anda pernah juga melakukan hal yang sama. Menyatakan cinta pada saya dan mengungkapkan betapa Anda ingin menjaga dan melindungi saya agar tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh saya,"     

Belhart merespon dengan tenang.     

"Dimasa lampau. Ketika aku juga pernah menyatakan cintaku padamu di kehidupanmu terdahulu?" tebak Belhart.     

"Ya. Dan cara menyampaikan kata-kata Anda saat ini sedikit berbeda. Memiliki inti pernyataan yang mirip. Namun tatapan Anda dan cara bicara Anda berkesan lain. Saya akui, Anda sudah banyak berubah," tukas Monna meyakini ucapannya.     

Terlihat senang ketika diberikan perhatian. Dan berpikir mungkin ini adalah langkah awal yang baik setelah mereka terus dirundung salah paham bertubi-tubi.     

Belhart kemudian berkata.     

"Aku senang kau menyadari perubahanku."     

Dan Monna menambahkan.     

"Tidak menjadi Belhart yang terlalu impulsif. Tapi jiwa impulsif Anda masih melekat dan belum sepenuhnya hilang."     

Belhart lalu bertanya.     

"Apa kau tidak menyukai aku yang impulsif?" tanyanya.     

Menggeleng lemah dan memberikan pertanyaan baru.     

"Saya tidak punya kuasa sebesar itu untuk tidak menyukai Anda karena hal itu. Namun, apa Anda masih ingat? Apa yang dulu pernah Anda katakan pada saya di sela-sela waktu latihan?"     

Sering membuntuti Belhart kemanapun dan mencari keberadaannya seperti seekor lalat. Belhart yang terganggu tidak bisa menutupi kekesalannya saat itu.     

Belhart yang sudah tidak ingat, bertanya.     

"Apa saja yang sudah aku katakan saat itu?"     

Menjawab tanpa merasa terbebani dan mengingat-ingat. Monna mengikuti cara bicara Belhart.     

"Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mencintaimu. Melirikmu bahkan menikah denganmu. Jadi hapus harapan palsumu itu sejauh-jauhnya!"     

Menyipitkan mata dan menajamkan tatapan.     

Belhart sadar Monna tidak sedang bercanda. Memang memperagakan cara bicara dan tindakannya pada saat jengkel.     

Belhart mengepalkan tangannya.     

"Aku... pernah berkata seperti itu?" Ingin menyangkal. Namun tahu hal itu percuma.     

Monna mengangguk pelan.     

Sudah tidak marah dan merasakan pernyataan Belhart saat itu masuk akal.     

"Ya. Dan apa Anda ingin tahu bagaimana perasaan saya pada saat itu?"     

Berpikir Monna mungkin akan terluka dan sangat sedih. Monna justru memberikan jawaban berbeda.     

"Saya semakin menyukai Anda. Mengagumi Anda. Dan menganggap Anda sangat luar biasa,"     

Belhart seketika bergeming.     

Mengira Monna hanya bercanda dan mengejek.     

Monna melanjutkan.     

"Lalu saat ini, ketika Anda mengatakan bahwa Anda mencintai saya dengan sangat serius. Dan berjanji akan membahagiakan saya. Apa Anda tahu apa yang sedang saya pikirkan pada saat itu?"     

Ingin berdamai pada diri sendiri dan berusaha membuka lembaran baru. Monna yang sudah cukup banyak intropeksi diri, mencoba melapangkan dada.     

Sedangkan Belhart yang tidak bisa membaca pikiran Monna, menggeleng dan tidak tahu menahu.     

"Aku tidak tahu, Catty. Aku tidak bisa membaca pikiranmu saat ini," jawab Belhart pendek dan memilih mendengar langsung jawabannya.     

Sebagian dalam dirinya percaya, wanita asing bernama Monna yang masuk dalam tubuh Cattarina memang adalah jiwa Cattarina yang lain seperti yang dia sebutkan.     

"Dunia ini ternyata sedang mempermainkan saya. Bukan satu atau dua kali. Tapi berulang kali dan berkali-kali. Lantas, apakah saya harus menerima Anda?"     

Bukan hal mudah dan bukan hal sulit untuk menerima Belhart di sisinya. Karena sejauh ini segala masa depannya sudah jauh berbeda dan berubah.     

Tidak lagi terikat pada masa lalu.     

Dan seperti kehidupan-kehidupan Monna terdahulu, Monna bisa merasakan masa depan yang lebih cerah di masa depan.     

Namun, benarkah ada Belhart di masa depannya?     

Tanpa menghubungkannya dengan masa lalu dan kadang kala menghubungkannya.     

Mungkinkah Belhart memang ditakdirkan untuknya?     

Diperuntukkan untuknya. Dan begitu juga sebaliknya?     

Cattarina Bourston atau Monna. Apakah pada akhirnya memang ditakdirkan untuk Belhart?     

Bukan Alliesia dan bukan wanita lain.     

"Aku mungkin bisa menerimamu. Kau adalah pria yang tampan. Siapa yang tidak akan bangga bisa bersanding denganmu?"     

Menemukan sedikit kebahagiaan dan harapan. Belhart terus mendengarkan dengan serius dan penuh harap.     

"Namun, apakah ini saja cukup? Apa ini yang aku cari dan apa ini yang aku inginkan?"     

Terus mengamati dan menunggu jawaban.     

"Aku rasa bukan, Belhart. Kau menyukaiku karena terbiasa. Kau menyukaiku karena kita sering bertemu dan sama-sama terluka. Lalu kau ingin merubah nasib kita bersama. Dan kau ingin memulai segalanya dari awal. Ketika kau pikir semua telah rusak dari pertama,"     

Belhart membalas dengan kecewa.     

"Jadi, kau mengira semua hanya karena rasa tanggung jawab dan rasa bersalahku?"     

Sedikit menertawakan lelucon ini dalam hati dan menilai Monna salah. Belhart membantah.     

"Aku tidak seperti itu, Catty."     

"Namun kenyataannya, mungkin seperti itu! Aku tidak butuh dikasihani, Yang Mulia. Cukup bersikap seadanya. Semampunya dan seikhlasnya. Karena aku tidak pernah menuntutmu untuk bertanggung jawab. Memperbaiki segala kesalahan yang sama-sama kita lakukan bersama. Aku tidak ingin ada penyesalan,"     

"Dan tidak menerimaku, tidak akan membuatmu menyesal?"     

Tidak tahu apakah ini jawaban yang benar atau tidak. Monna tetap menyatakan pikirannya.     

"Ya. Karena aku masih belum siap," ucap Monna begitu tenang seakan-akan dia sudah memikirkannya dengan matang.     

"Semuanya terasa sulit. Karena setiap kali saya melihat Anda dan bersama dengan Anda. Seluruh ingatan masa lalu saya berhamburan menjadi satu. Datang secara acak dan mengaduk-aduk perasaan saya."     

"Saya mulai tidak mengerti diri saya sendiri. Tidak bisa mengabaikan semua perasaan saya yang berantakan antara sedih, bahagia, kecewa dan tersentuh. Segalanya seakan bercampur menjadi satu. Tidak tahu mana yang benar dan tidak tahu mana yang paling unggul,"     

Belhart yang telah menetapkan hati untuk menerima apapun keputusan Cattarina. Memutuskan untuk tidak akan memaksa. Membiarkan takdir yang menuntun mereka dan dia yang akan berjuang namun dengan cara yang bijak.     

"Baik. Aku mengerti. Tapi untuk malam ini. Bisakah aku tidur di sini?"     

Sangat merindukan Monna sampai hampir gila dan tidak tahu harus kemana lagi untuk melampiaskan kerinduannya. Belhart yang sudah terlalu lelah baik secara fisik dan hati memilih untuk merebahkan diri.     

Tidur kembali di atas pangkuan Monna yang terus dia kejutkan.     

"Yang Mulia!!"     

Berteriak dengan sedikit heboh dan mengira Belhart akan menyerah. Belhart justru masih saja ingin mennggodanya?     

Bertingkah kelelahan ketika mungkin Monna yang seharusnya merasa lelah dengan sikapnya yang katanya tidak akan memaksa. Namun tidak konsisten.     

"Hanya malam ini. Karena aku sudah sejak seminggu ini tidak tidur dengan benar,"     

Monna lalu mengamati kantung mata Belhart yang memang mulai menghitam. Terlihat kelelahan dan kurang bersemangat.     

Memutuskan untuk menyerah dan lagi-lagi mengalah untuk kesekian kalinya.     

"Baiklah. Hanya untuk malam ini dan jangan meminta lebih,"     

Diberi peringatan yang tidak menyenangkan. Belhart mengeliat. Memeluk erat paha Monna dan berbaring miring.     

Monna dibuat mengerang. Menahan amarah dan frustasi karena kata-katanya selalu tidak pernah Belhart dengar.     

Dasar pria angkuh! Dia sebut dirinya tadi sudah banyak intropeksi diri?!     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.