Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 199 ( Dokter Istana yang Cantik dan Menggemaskan )



Chapter 199 ( Dokter Istana yang Cantik dan Menggemaskan )

0Hari-hari yang ditunggu-tunggu Asraff akhirnya tiba. Sudah sibuk sejak pagi dan terus saja mengganggu Monna untuk dimintai pendapat dan pilihan.     

Asraff terus merecoki Monna dengan puluhan pertanyaan.     

"Apakah pakaian ini cocok untukku? Apakah terlihat bagus dan sempurna?"     

"Apakah kau benar-benar ingin ikut denganku?"     

"Bagaimana dengan model rambutku? Apakah aku perlu menyisirnya rapi. Atau apa aku perlu membuatnya menukik tajam ke atas, seperti model-model masa kini yang sedang beken?"     

"Aku tahu ini masih pagi! Tapi kenapa perginya pada pelayan yang aku suruh untuk membantuku berkemas-kemas dan berkumpul?"     

"Mereka mengacuhkanku? Mereka sudah tidak ingin aku beri gaji?"     

Menepuk keningnya pelan dan sulit percaya. Monna menatap kakaknya sinis.     

"Apa-apan ini, Kak! Kakak sedang ingin mengikuti sebuah kompetisi berdarah yang perlu banyak persiapan? Atau akan melakukan sebuah lamaran? Kenapa begitu merepotkan dan heboh? Tidak bisa menenangkan diri dan berpikir jernih?"     

Mengejek dengan sengaja dan tidak peduli dengan kecemasan Asraff.     

"Kakak takut ditolak? Tidak percaya diri ketika sudah berhasil membuat Alliesia sangat kecewa? Dan Apakah kakak juga berpikir akan gagal?"     

Hendak memukul pelan kepala Monna. Tapi menahannya karena tidak tega.     

"Bicara apa kau? Mendoakan kakakmu ini gagal dan pulang dengan tangan kosong?" keluh Asraff.     

Mencibir dan bersikap acuh. Monna menjulurkan lidah dan menurunkan turun satu kantung matanya dengan jari untuk mengejek Asraff.     

Kehebohan kedua dimulai.     

Datang dengan tergopoh-gopoh dan heboh seperti mendapat sebuah surat kabar yang mengguncang dunia. Alpen Bourston dan istrinya sibuk menunjukkan kepanikan dan semangat mereka yang menggebu-gebu.     

Belhart ternyata memenuhi janjinya pada Asraff untuk pulang lebih dulu sebelum kedua orang tua mereka pulang.     

Tidak sempat berpapasan. Dan jika ia, Alpen dan Rubylic pasti lebih gempar.     

Tidak mengira putra sulungnya sudah merencanakan pernikahan dan akan melamar seorang gadis.     

Rubylic nampak lebih dulu menunjukkan ketidaksabarannya.     

"Kau akan melamar Alliesia? Kalian berencana menikah dan selama ini ternyata kau sedang berpacaran dengannya?"     

Menyembunyikan hubungan mereka dengan rapat karena permintaan khusus Alliesia yang tidak ingin menimbulkan kecurigaan dari Cattarina soal hubungan mereka. Sekaligus tidak merasa yakin dan percaya diri bisa diterima di keluarga Bourston. Berapa kalipun Asraff meyakinkannya.     

Kini anggap, kebohongan yang Asraff buat soal alasan dia mengencani Alliesia adalah sebagai salah balasan kekeras kepalaan Alliesia terus menolak keinginan Asraff untuk memberitahukan semua orang.     

Membenarkan pernyataan itu. Asraff memang tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang awalnya ingin mendekati Alliesia karena tidak ingin Alliesia menjadi penghalang hubungan adiknya dengan Putra Mahkota.     

Betapapun Asraff tidak terlalu menyukai Belhart,     

Dan sering berjalannya waktu lalu perkenalan yang semakin dalam. Asraff akhirnya memenjarkan perasaannya pada Alliesia.     

Tidak menginginkan wanita lain dan yakin pada keputusannya.     

"Aku sudah berpacarannya cukup lama, Ibu."     

Tidak pernah merasakan namanya berpacaran ketika berada di dalam dunia novel dan langsung menikah dengan Belhart.     

Monna menunjukkan tatapan iri.     

Ingin merasakan hal yang sama dan diberikan perhatian yang sama.     

Monna teringat kembali bagaimana semalam dia pasti sudah sangat melukai Belhart.     

Membuat Belhart tidak akan punya kepercayaan diri lagi untuk mendekatinya dan berharap padanya. Meski Monna juga tidak yakin apakah Belhart benar-benar akan menyerah atau malah semakin tidak tahu malu seperti tingkahnya semalam.     

Monna lagi-lagi mengelus dada dan melapangkan dada.     

Sadar telah berharap pada Belhart tapi dia tidak ingin terjebak pada perasaan yang belum jelas.     

Monna terus menyimak perdebatan antara kedua orang tuanya dengan Asraff.     

"Ayah senang kau berhasil menemukan seorang wanita yang spesial bagimu. Tapi, apa tidak apa-apa jika kami belum mengenalnya dengan baik?"     

Akan membawa masuk seorang wanita masuk dalam keluarga Bourston, tentu tidak mudah.     

Selain harus mengenalnya dari bibit, bebet dan bobot.     

Sebagai kepala keluarga dan orang tua. Alpen Bourston tentu harus menilai dulu wanita seperti apa yang akan Asraff nikahi. Alpen Bousrton juga harus mempertimbangkan kemampuan putranya untuk membentuh sebuah keluarga baru.     

Belum pernah melihat bagaimana rupa dan penampilannya. Rubylic nampak setuju.     

"Ayahmu benar! Ibu juga bahkan belum pernah bertemu dengannya!"     

Memberi dukungan tapi juga memberi desakan.     

"Karena itu hari ini aku mengajak kalian untuk bertemu dengannya!"     

Sangat percaya diri dan berkerja efisien. Monna menertawakan sikap kakaknya yang terlalu tergesa-gesa. Seperti dunia akan kiamat besok. Dan tidak ada waktu lagi untuknya melamar Alliesia.     

Sehingga mungkinkah tokoh utama dalam novel sudah berpindah?     

Alpen menyanggah.     

"Untuk langsung kau lamar dan kami yang menjadi saksinya?" ucap Alpen tidak percaya hanya dijadikan penonton dan bukan penentu.     

Alpen memang selalu memberi kebebasan pada putra putrinya untuk menentukan pilihan. Tapi, bukan pilihan tergesa-gesa semacam ini yang dia pertimbangkan.     

"Aku tidak akan langsung menikah dengannya, Ayah!" ucap Asraff membela diri.     

"Mungkin akan menikah setelah dua bulan. Dan itu adalah waktu yang cukup untuk kalian langsung mengetahui bagaimana baik dan juga spesialnya Alliesia. Bahkan hanya dari pertemuan pertama!"     

Berucap bangga dan yakin. Monna jelas tidak membantahnya karena Alliesia memang adalah pribadi yang mudah disukai.     

Tapi, mungkinkah sejak pertama kali Asraff bertemu dengan Alliesia. Dia sudah menyukainya?     

Mendorong kedua orang tuanya yang telah bersiap-siap masuk ke dalam kereta.     

"Ah, ayolah. Kita berdebat di jalan saja. Dan akan lebih banyak menghemat waktu."     

Monna menggeleng tidak percaya. Begitu juga dengan Alpen dan Rubylic yang terpaksa mengikuti permintaan putranya.     

Namun ketika mendadak Rubylic teringat sesuatu, Rubylic langsung bertanya dengan separuh berpikir keras.     

"Tapi, kenapa aku seperti pernah mendengar namanya? Semalam kamu menyebut namanya siapa, As?"     

"Alliesia Rustchel, Ibu. Seorang dokter istana yang manis dan menggemaskan,"     

Seakan ingin muntah dan menertawakan sikap berlebihan Asraff. Monna bergidik dengan pandangan aneh.     

"Manis dan menggemaskan?" ulang Monna dengan nada menyindir dan terdengar ambigu..     

Asraff yang dalam suasana genting, memberi peringatan halus.     

"Ya. Dan kau tetap selalu menjadi yang pertama, Catty! Tidak perlu cemas dan membandingkan kalian. Tapi Allie, selalu menjadi case berbeda."     

Monna mengangguk asal.     

Bersikap penuh pengertian dan tidak mencoba merusak suasana.     

"Baik. Aku mengerti. Tapi kendalikan emosi kakak agar tidak mengacaukan banyak hal,"     

Setuju dengan penuturan Monna, Asraff mengatur napasnya.     

Menariknya dalam-dalam. Kemudian menghembuskannya secara perlahan.     

Perjalanan ternyata terasa pendek karena semua orang yang berada dalam kereta terus berdebat. Dan berbicara tanpa henti. Saling menukar pikiran mereka satu sama lain.     

Monna dan kedua orang tuanya baru sadar kemana arah tujuan mereka. Hampir sampai dan hanya berjarak beberapa meter di depan.     

Monna yang terkejut menengok ke luar jendela. Berpaling melihat kakaknya dan menyerang.     

"Kau mengajak kami... ke istana?!!" pekik Monna tak kalah heboh dengan sikap Asraff hari ini.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.